Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Tokoh Dunia: Abraham Karem, Perintis Drone dari “Mainan” Jadi “Predator Pembunuh”

Kompas.com - 31/08/2021, 18:00 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Air & Space Magazine menyebut inovasi itu sebagai “kendaraan udara tak berawak yang mengubah drone dari benda aneh yang tidak dapat diandalkan, menjadi perangkat militer”.

Sejak itu, perusahaan yang merancang dan memproduksi drone telah mengalami pertumbuhan besar-besaran. Pertumbuhannya tidak menunjukkan tanda-tanda melambat, bahkan dengan berakhirnya perang di Irak dan sejak penarikan pasukan AS di Afghanistan direncanakan.

Teknologi ini secara signifikan lebih murah daripada pesawat tradisional. Potensi penggunaannya meningkat setelah pengembangan membuat pesawat tak berawak ini semakin cepat dan lebih tersembunyi.

Predator adalah sensor saya yang paling mampu memburu dan membunuh kepemimpinan al-Qaeda dan Taliban, dan terbukti sangat penting bagi perjuangan kita (AS),” tulis Jenderal AS Tommy Franks dalam latar belakang laporan Angkatan Udara 2003.

Baca juga: Polisi Ini Mengaku Dibuntuti Drone, Ternyata Planet Jupiter

Mobil terbang

Predator, bagaimanapun, hanya salah satu kontribusi paling menonjol yang dibuat Abe untuk industri penerbangan sepanjang lima dekade kariernya.

Tak lama setelah meninggalkan General Atomics, Abe bersemangat untuk mengejar proyek-proyek baru. Salah satunya adalah apa yang sekarang menjadi Boeing A160 Hummingbird UAV, helikopter pertama yang rotornya dapat mengubah kecepatan dalam rentang besar putaran per menit, tanpa getaran atau ketidakstabilan yang berlebihan.

Helikopter itu memiliki efisiensi jelajah dan tingkat kebisingan yang minim karena selalu berputar pada rpm optimal.

Abe menganggap eVTOL sebagai bidang yang menarik, karena merupakan pasar yang masih benar-benar bebas.

Menurutnya, inovasi itu menantang dalam beberapa aspek teknologi, dan dapat sangat menguntungkan untuk berbagai teknologi yang telah dikembangkan timnya selama 13 tahun terakhir.

Tantangan terbesar untuk mobil terbang adalah keselamatan, kebisingan, kinerja baterai, dan keterjangkauan.

Dia mengatakan kendala itu justru menunjukkan perlunya jenis pesawat yang sama sekali baru, untuk mobilitas udara perkotaan.

“Saya berulang kali menemukan hampir tidak mungkin memperkenalkan perusahaan pesawat baru, kecuali jika Anda bersedia memikirkan kembali pendekatan aeronautika konvensional, dan bekerja dari prinsip awal untuk membuat langkah perubahan dan perbaikan atas pemain lama,” katanya.

Baca juga: Drone AS Hancurkan Truk Milisi yang Didukung Iran, Diduga Angkut Senjata

Forbes pada 2019 melaporkan, perusahaan Karem Aircraft membuat kemajuan dalam terobosan yang dapat menghasilkan mobil terbang yang layak. Mereka telah ditunjuk sebagai mitra kendaraan oleh Uber.

Proyek Butterfly, adalah kendaraan eVTOL yang menargetkan jaringan mobilitas udara berdasarkan permintaan Uber di masa depan.

Pada Juli 2019, Abe mengumumkan usaha spin-off baru yang didedikasikan untuk mendorong proyek Butterfly ke pasar.

Perusahaan baru ini didukung oleh investasi Seri A senilai 25 juta dollar AS (Rp 358 miliar), yang dipimpin oleh Hanwha Systems, konglomerat industri besar Korea Selatan.

“Saya masih menikmati setiap menit dari apa yang saya lakukan, dan benar-benar percaya bahwa ditantang oleh karyawan saya setiap hari telah membantu saya mempertahankan ketajaman dan energi yang saya butuhkan,” ujar pria 83 tahun itu.

"Melakukan kenakalan dengan orang-orang muda, yang berjiwa muda, membuat Anda awet muda," pungkasnya.

Baca juga: Iran Klaim Punya Drone dengan Daya Jelajah 7.000 Kilometer

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com