KOMPAS.com – Baru-baru ini, Ukraina semakin kencang menyuarakan protesnya terhadap proyek pembangunan pipa gas Nord Stream 2.
Ukraina khawatir tentang masa depannya sebagai negara transit apabila proyek tersebut rampung. Di sisi lain, Jerman dan Amerika Serikat (AS) bakal membahas jaminan bagi negara tersebut.
Baca juga: Inspirasi Energi: 5 Teknologi Energi Terbarukan yang Naik Daun
Melansir DW, Nord Stream 2 adalah jaringan pipa gas yang memungkinkan Jerman untuk secara efektif menggandakan impor gasnya dari Rusia.
Pada 2017, Jerman mengimpor 53 miliar meter kubik gas dari Rusia. Jumlah tersebut setara 40 persen dari total konsumsi gas Jerman.
Sementara itu, jaringan pipa Nord Stream 2 dirancang untuk menyalurkan hingga 55 miliar meter kubik gas per tahun.
Berlin dan Moskwa menyepakati jaringan pipa sepanjang 1.200 kilometer tersebut yang akan menghubungkan daerah Ust-Luga dekat Saint Petersburg, Rusia, dengan Greifswald di timur laut Jerman.
Baca juga: Inspirasi Energi: Benarkah Mobil Listrik Lebih Ramah Lingkungan?
Pipa-pipa tersebut akan melintasi Laut Baltik di mana sebagian besar bakal mengikuti rute pipa Nord Stream 1 yang sudah ada sebelumnya. Untuk diketahui, Nord Stream 1 mulai beroperasi pada 2011.
Raksasa energi Rusia Gazprom adalah pemegang saham tunggal Nord Stream 2 AG.
Nord Stream 2 AG bertanggung jawab untuk mengimplementasikan proyek senilai 9,5 miliar euro
Gazprom menanggung setengah dari biaya tersebut. Sisanya, dibiayai oleh lima perusahaan Barat yakni ENGIE, OMV, Royal Dutch Shell, Uniper, dan Wintershall.
Baca juga: Inspirasi Energi: Permintaan Mobil Listrik Bisa Tersendat jika Litium Defisit
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.