Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Malala Yousafzai, Gadis yang Ditembak Taliban karena Bersekolah, Selamat, hingga Lulus Kuliah di Oxford

Kompas.com - 21/08/2021, 19:40 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

PESHAWAR, KOMPAS.com - 9 Oktober 2012, kisah Malala Yousafzai menggemparkan dunia setelah ditembak Taliban.

Malala yang kala itu berusia 15 tahun sedang dalam perjalanan dari rumah ke sekolahnya naik bus. Remaja perempuan tersebut asyik mengobrol dengan teman-temannya tentang PR di sekolah.

Tiba-tiba, di tengah perjalanan dua anggota Taliban mencegat bus. Mereka masuk dan salah satunya memanggil-manggil nama Malala.

Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Malala Yousafzai, Melantang bagi Pendidikan Anak

Tim medis Pakistan membawa Malala Yousafzai dengan tandu di rumah sakit, setelah dia diserang oleh orang bersenjata di Mingora pada 9 Oktober 2012. (AFP) Tim medis Pakistan membawa Malala Yousafzai dengan tandu di rumah sakit, setelah dia diserang oleh orang bersenjata di Mingora pada 9 Oktober 2012. (AFP)
Tak lama kemudian suara tembakan terdengar. Malala ditembak tiga kali, satu peluru menembus kepalanya dan bersarang di bahunya. Siswi itu pun terluka parah.

Pada hari yang sama, dia dibawa ke rumah sakit militer Pakistan di Peshawar.

Empat hari selanjutnya Malala Yousafzai diterbangkan ke Birmingham, Inggris, untuk menerima perawatan intensif.

Meski memerlukan banyak operasi, termasuk perbaikan saraf wajah untuk memperbaiki sisi kiri wajahnya yang lumpuh, Malala Yousafzai tidak menderita kerusakan otak besar.

Pada Maret 2013, gadis Pakistan itu mulai bersekolah di Birmingham. Atas penembakan itu dukungan besar-besaran mengalir kepada Malala Yousafzai.

Biografi Malala Yousafzai

Malala Yousafzai adalah anak sulung pasangan Ziauddin dan Tor Pekai Yousafzai. Ia memiliki dua adik laki-laki.

Malala lahir pada 12 Juli 1997 di Mingora, kota terbesar Lembah Swat, provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan.

Malala Yousafzai, ayahnya Ziauddin, dan wartawan CNN Christiane Amanpour berfoto bersama sebelum melakukan wawancara di New York, Kamis (10/10/2013).EMMANUEL DUNAND / AFP Malala Yousafzai, ayahnya Ziauddin, dan wartawan CNN Christiane Amanpour berfoto bersama sebelum melakukan wawancara di New York, Kamis (10/10/2013).
Mengutip Kompas.com pada 12 Juli 2018, masa kecil Malala Yousafzai sangat menyenangkan karena tempat tinggalnya adalah destinasi wisata populer, dan dikenal dengan festival musim panasnya.

Akan tetapi, semua itu berubah ketika Taliban mencoba menguasai daerah tersebut.

Usia Malala Yousafzai masih 10 tahun ketika Taliban mulai mengendalikan Lembah Swat dan menjadi dominan di bidang politik dan sosial.

Taliban lalu melarang perempuan bersekolah dan kegiatan budaya seperti menari, bahkan menonton televisi juga tidak diperbolehkan.

Baca juga: [KUTIPAN TOKOH DUNIA] Malala Yousafzai, Pejuang Hak Perempuan

Serangan bom bunuh diri menyebar, dan hingga akhir 2008 Taliban telah menghancurkan sekitar 400 sekolah.

Sebelum lolos dari percobaan pembunuhan Taliban, nama Malala Yousafzai sendiri sudah menggema berkat keberaniannya menyuarakan perlawanan terhadap kelompok tersebut.

Malala Yousafzai mendesak agar perempuan diperbolehkan memperoleh pendidikan.

Pada September 2008 contohnya. Setelah Taliban menyerang sekolah perempuan di Swat, Malala berpidato di Peshawar dengan mengangkat judul "Betapa Beraninya Taliban Merampas Hak Dasar untuk Bersekolah".

Malala Yousafzaiwww.malala-yousafzai.com Malala Yousafzai
Malala Yousafzai juga aktif menulis di blog untuk BBC Urdu, tetapi identitasnya disembunyikan. Ia memakai nama samaran Gul Makai.

Blog Malala berisi cerita dirinya hidup di bawah ancaman Taliban, yang melarang perempuan mengenyam pendidikan.

Dia mengungkapkan bahwa Taliban memaksanya untuk tinggal di rumah sehingga mempertanyakan motif kelompok itu.

Selamat dari penembakan, makin kencang suarakan hak perempuan untuk lawan Taliban

Perang Pakistan melawan Taliban meletus pada 2009, dan Malala menjadi pengungsi di negaranya. Dia dan keluarganya harus meninggalkan rumah untuk mencari lokasi aman yang jauhnya ratusan kilometer.

Ketika kembali ke rumah beberapa pekan kemudian, Malala menggunakan sarana media untuk melanjutkan kampanye hak bersekolah.

Suaranya makin nyaring sehingga dia dan ayahnya menjadi dikenal seantero Pakistan.

Baca juga: Suara Sang Ibu di Balik Perjuangan Malala Yousafzai ...

Kegiatan aktivisnya berbuah manis dengan masuknya Malala Yousafzai sebagai nominasi penghargaan Nobel Perdamaian Anak Internasional pada 2011. Pada tahun yang sama, dia mendapat penghargaan Pakistan's National Youth Prize.

Setelah selamat dari penembakan, Malala Yousafzai makin gencar menyuarakan hak-hak perempuan untuk melawan Taliban.

Malala Yousafzai (17) tengah berbicara dalam sebuah acara di Birmingham, Inggris.OLI SCARFF / AFP Malala Yousafzai (17) tengah berbicara dalam sebuah acara di Birmingham, Inggris.
Pada 2013, dia melakukan pidato untuk PBB dan menerbitkan buku pertamanya berjudul I am Malala.

Setahun kemudian, Malala Yousafzai menyabet Penghargaan Nobel Perdamaian saat dia berusia 17 tahun. Malala menjadi orang termuda yang meraih penghargaan tersebut.

"Penghargaan ini tidak hanya untuk saya. Ini untuk anak-anak yang terlupakan yang ingin menempuh pendidikan. Ini untuk anak-anak yang ketakutakan, yang menginginkan perdamaian," kata Malala Yousafzai.

"Ini untuk anak-anak yang tidak bisa bersuara, yang menginginkan perubahan," imbuhnya.

Tahun itu juga, ia mendirikan lembaga amal Malala Fund dengan dibantu ayahnya. Sekarang lembaga tersebut memberdayakan anak perempuan untuk mengolah potensi diri sehingga mampu menjadi pemimpin kuat bagi negara.

Proyek pendidikan dari Malala Fund tersebar di enam negara dan bekerja sama dengan pemimpin dunia.

Selanjutnya tahun 2014, Malala Yousafzai meraih penghargaan Nobel Perdamaian atas perannya dalam menyuarakan hak anak.

Baca juga: Malala Yousafzai Jadi Utusan Perdamaian Termuda PBB

Kembali ke Pakistan lalu lulus dari Universitas Oxford

Malala Yousafzai (tengah) saat merayakan kelulusannya dari Universitas Oxford, Juni 2020.TWITTER @Malala Malala Yousafzai (tengah) saat merayakan kelulusannya dari Universitas Oxford, Juni 2020.
Pada 29 Maret 2018, Malala Yousafzai kembali ke Pakistan untuk pertama kalinya sejak serangan brutal pada 2012.

Dia bertemu dengan Perdana Menteri Shahid Khawan Abbasi dan menyampaikan pidato yang emosional.

Selama kunjungan empat hari itu, Malala Yousafzai mengungkapkan kerinduan terhadap tanah airnya.

Malala Yousafzai lalu diterima kuliah di Universitas Oxford, Inggris. Dia lulus pada Juni 2020 saat berusia 22 tahun.

Melansir Sky News, Malala melalui akun Twitter-nya mengabarkan kepada publik bahwa dia baru saja menyandang gelar sarjana jurusan Filsafat, Politik dan Ekonomi dari Universitas Oxford, Inggris.

"Sulit untuk mengekspresikan betapa senang dan bersyukurnya saya saat ini telah menyelesaikan studi saya, di jurusan Filsafat, Politik dan Ekonomi di Oxford," tulis Malala di Twitter.

Ucapan selamat pun mengalir dari berbagai pihak, seperti Wali Kota London Sadiq Khan hingga astronot NASA Anne McClain.

Kompas.com pada 20 Juni 2020 mewartakan, ada ribuan ucapan selamat atas kelulusan Malala Yousafzai.

Baca juga: Malala, Gadis yang Pernah Ditembak Taliban, Lulus dari Universitas Oxford

Sumber: Kompas.com (Penulis: Veronika Yasinta, Miranti Kencana Wirawan | Editor: Veronika Yasinta, Miranti Kencana Wirawan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Internasional
Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Internasional
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Internasional
Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Internasional
Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Internasional
Apa Status Palestina di PBB?

Apa Status Palestina di PBB?

Internasional
Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Internasional
Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Internasional
Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Internasional
Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Internasional
Mengapa Banyak Sekali Tentara Rusia Tewas di Ukraina?

Mengapa Banyak Sekali Tentara Rusia Tewas di Ukraina?

Internasional
Kecerdikan dan Kegigihan Hamas dalam Memperoleh Senjata

Kecerdikan dan Kegigihan Hamas dalam Memperoleh Senjata

Internasional
Sosok Uskup Korban Penusukan Dalam Aksi Terorisme di Australia

Sosok Uskup Korban Penusukan Dalam Aksi Terorisme di Australia

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com