Janji Taliban di wilayah-wilayah kediaman warga Pashtun, yang tersebar di Pakistan dan Afghanistan, adalah memulihkan perdamaian dan keamanan jika mereka berkuasa.
Di kedua negara itu mereka memberlakukan atau mendukung hukum keras, seperti eksekusi di depan umum untuk kasus pembunuhan dan perzinahan serta potong tangan bagi para pencuri.
Taliban meraih masa kejayaannya sekitar 1995-2001. Pada September 1995, mereka berhasil meraih Provinsi Herat yang berbatasan dengan Iran.
Setahun kemudian Taliban menguasai ibu kota Kabul dengan menyingkirkan Presiden Burhanuddin Rabbani dan Menteri Pertahanan Ahmed Shah Masood.
Tahun 1998, mereka sudah menguasai hampir 90 persen dari seluruh wilayah Afghanistan.
Baca juga: Kenapa Taliban Tak Terkalahkan di Afghanistan 2021? Ini 3 Sebabnya
Penduduk Afghanistan yang lelah dengan perang saudara setelah penarikan Soviet, umumnya menyambut Taliban saat muncul sebagai penguasa.
Popularitas awal Taliban melejit berkat keberhasilan memberantas korupsi, membatasi pelanggaran hukum, dan membuat jalanan di bawah kendali mereka.
Namun, di sisi lain, Taliban melarang televisi, musik, dan bioskop, melarang anak perempuan berusia 10 tahun lebih ke sekolah, dan memaksa perempuan mengenakan burka.
Kejatuhan Taliban terjadi setelah invasi Amerika ke Afghanistan, yang merespons tragedi 9/11 di World Trade Center, September 2001.
Taliban kala itu melindungi pemimpin Al Qaeda, Osama bin Laden, yang disebut sebagai pelaku utama teror.
Baca juga: Ketika Persembunyian Osama bin Laden Terungkap dari Baju yang Dijemur Istrinya
Dalam makalah berjudul Hamas, Taliban, and The Jewish Underground: An Economists' View of Radical halaman 10-11, yang ditulis Eli Berman pada September 2003, disebutkan bahwa Taliban dan Hamas memiliki batasan masing-masing.
"Keduanya berkembang menjadi milisi yang memproduksi barang publik lokal dengan menggunakan kekerasan. Kesamaan ini bukan tanpa batasan."
"Satu perbedaan adalah Hamas memandang sebagian besar orang Palestina sebagai anggota potensial, sedangkan Taliban tampaknya melihat mayoritas orang Afghanistan sebagai yang harus ditaklukkan."
Baca juga: Siapa Hamas dan Mengapa Menyerang Israel?
Konflik Palestina sendiri tidak hanya melibatkan satu kubu melawan Israel, tetapi di dalam negeri juga ada perselisihan Fatah dengan Hamas.