Para samurai zaman dahulu yang tengah berperang biasa melakukan seppuku saat posisinya telah tersudut oleh musuh.
Tradisi bunuh diri kuno itu dilakukan untuk menghindari dirinya jatuh di tangan mereka, mengurangi rasa malu, dan menghindari kemungkinan siksaan dari musuh, jika tertangkap.
Samurai juga bisa diperintahkan oleh daimyo (tuan tanah feodal) mereka untuk melaksanakan seppuku. Terkadang seppuku itu dilakukan samurai atau daimyo atas dasar kesepakatan damai mereka.
Diyakini kesepakatan damai dengan jalan seppuku itu akan melemahkan klan yang kalah secara efektif, sehingga perlawanannya akan berhenti.
Samurai ternama dalam sejarah penyatuan Jepang, Toyotomi Hideyoshi menggunakan kesepakatan seppuku musuh dalam beberapa pertempuran.
Pada abad ke-12 dan ke-13, seperti pada seppuku Miyamoto no Yorimasa, praktik kaishakunin belum muncul, sehingga ritual itu dianggap jauh lebih menyakitkan.
Pada abad ke-19 atau disebut juga Zaman Edo (1600-1867), pelaksanaan seppuku melibatkan ritual yang terperinci.
Biasanya juga dilakukan di depan penonton jika itu adalah seppuku yang direncanakan, bukan di medan perang.
Dalam sejarahnya, disebutkan pula bahwa ritual seppuku dapat melibatkan pihak lawan.
Jika seorang samurai pejuang yang kalah telah bertarung dengan terhormat dan baik, lawan yang ingin memberi hormat atas keberaniannya akan secara sukarela melakukan kaishaku.
Yamamoto Tsunetomo, seorang penulis "Hagakure" mengatakan, "Sejak berabad-abad yang lalu telah dianggap sebagai pertanda buruk oleh samurai untuk diminta melakukan kaishaku."
Kaishaku adalah peran yang dilakukan oleh kaishakunin, yaitu memenggal kepala samurai yang melakukan seppuku.
"Alasan untuk ini adalah bahwa seseorang tidak akan memperoleh ketenaran, bahkan jika pekerjaannya dilakukan dengan baik. Sementara, jika seseorang melakukan kesalahan, itu menjadi aib seumur hidup," kata Tsunetomo, seperti yang dilansir dari Geisha World.
Baca juga: 14 Samurai Legendaris Zaman Jepang Kuno
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.