Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tokyo Rose: Wanita Pengirim Propaganda di Balik Siaran Radio Jepang

Kompas.com - 12/08/2021, 04:27 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Selama Perang Dunia II terdapat sosok wanita yang dikenal dengan "Tokyo Rose" yang membawa pesan propaganda kepada Amerika Serikat dalam siaran radio Jepang.

Siapakah Tokyo Rose?

Wanita bernama Iva Toguri, kelahiran Los Angeles pada 4 Juli 1916 adalah orang di balik sosok "Tokyo Rose".

Ia wanita berwarganegaraan Amerika Serikat, yang terpaksa melepaskan kewarganegaraannya saat berkunjung di Jepang dan tiba-tiba terjadi serangan di Pearl Harbor, seperti yang dilansir Kompas.com dari Biography.

Situasi tegang antarnegara membuatnya tidak bisa kembali, sehingga ia menetap di Jepang dan mendapatkan pekerjaan di radio sebagai pembawa acara "Zero Hour", sebuah program propaganda dan hiburan yang ditujukan untuk tentara Amerika.

Baca juga: Perempuan Berdaya: Mochizuki Chiyome, Pendiri Kelompok Ninja Wanita Abada ke-16

Hari Kemerdekaan Amerika

Pada Hari Kemerdekaan Amerika, 4 Juli 1916, Iva Toguri lahir di Los Angeles, California. Putri dari seorang ayah berdarah Jepang-Amerika yang memiliki toko impor.

Toguri terjebak dalam dua identitas budaya yang mengalir di darahnya sepanjang massa Perang Dunia II, di mana Jepang dan Amerika adalah dua negara berseberangan kubu.

Saat remaja, wanita ini memiliki cerita hidup yang normal saja, yaitu kuliah di UCLA untuk menjadi dokter. Ia lulus pada 1941, setelah itu cerita kehidupannya berubah.

Ia diberi liburan ke Jepang setelah lulus sekaligus menemui adik ibunya yang jatuh sakit di sana.

Pada 7 Desember 1941, ketika terjadi serangan terhadap Pearl Harbor di Hawaii

Ketegangan antara Jepang dan Amerika membuatnya tiba-tiba sulit untuk kembali ke Amerika. Ia ketinggalan kapal terakhir menuju Amerika, sehingga dia terjebak di Jepang.

Saat bertemu dengan polisi Jepang, ia pun untuk menuntut agar dia melepaskan kewarganegaraan Amerika dan berjanji setia kepada kaisar Jepang. Dia menolak.

Sehingga, dia diperlakukan layaknya musuh di Jepang dan diawasi secara ketat, mendapatkan perlakuan buruk dari tetangga, polisi, dan militer. Terpaksa ia meninggalkan bibinya dan pindah ke rumah kos di Tokyo.

Baca juga: Perempuan Berdaya: Organisasi Nasional untuk Perempuan (NOW) Terbesar di Amerika Serikat

"Zero Hour"

Pada 1942, pemerintah Amerika menangkap orang Jepang-Amerika dan menempatkan mereka di kamp-kamp interniran.

Keluarga Toguri di Amerika dipindahkan ke kamp seperti itu, tetapi Toguri tidak mengetahuinya. Komunikasi antara dia dan orangtuanya melalui surat terhenti, dan dia tidak tahu informasi tentang kehidupan mereka.

Di Jepang, Toguri membutuhkan pekerjaan untuk menyambung hidup. Dia pergi ke surat kabar berbahasa Inggris dan mendapat posisi mendengarkan siaran berita radio gelombang pendek dan mentranskripnya.

Toguri kemudian mendapat pekerjaan kedua di Radio Tokyo sebagai juru ketik, membantu mengetik skrip.

Namun, dia tiba-tiba diminta untuk menjadi penyiar sebuah acara yang disebut “Zero Hour,” sebuah program hiburan untuk tentara Amerika, dan pada November 1943 dia mulai membawakannya.

Baca juga: Perempuan Berdaya: Onna-Bugeisha, Samurai Wanita dari Zaman Kuno Jepang

Isinya tentang konten dewasa untuk menurunkan moral para tentara Amerika yang berada di Pasifik Selatan, dengan memberi tahu mereka bahwa gadis-gadis mereka di rumah sedang berkencan dengan pria lain.

Disebutkan dalam Biography bahwa dia memang menyebut pasukan tentara Amerika itu “bodoh”, tetapi dia tidak pernah menyebarkan banyak propaganda, seperti tujuan utama siaran.

Toguri tidak pernah menyebut dirinya Tokyo Rose dalam siarannya. Dia menyebut dirinya Ann dan Orphan Ann.

Tokyo Rose adalah istilah yang diciptakan oleh pria kesepian Amerika di Pasifik Selatan yang senang mendengar apa yang mereka bayangkan sebagai wanita tipe geisha yang eksotis. 

Dia bekerja sebagai penyiar radio selama tiga tahun.

Dalam kehidupannya di Jepang yang menahan rindu pulang ke rumahnya, dia bertemu dengan seorang pria Jepang-Portugis bernama Filipe D'Aquino, dan mereka jatuh cinta.

Mereka menikah pada 1945. Pada Agustus 1945, Amerika menjatuhkan dua bom di Nagasaki dan Hiroshima, kemudian membuat pemerintah Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu.

Baca juga: Perempuan Berdaya: Irena Sendler, Pejuang Kemanusiaan Bawah Tanah di Ghetto Warsawa Nazi

Tuduhan pengkhianatan

Setelah Perang Dunia II beraakhir, wartawan tertarik dengan peran Toguri, mewawancarainya dan membuat catatan dengan 17 halaman tentang pekerjaan radionya sebagai "Tokyo Rose".

Angkatan Darat Amerika mulai menyelidiki dia sebagai pengkhianat, telah melakukan pengkhianatan karena menyiarkan propaganda Jepang.

Dia dipenjara selama satu tahun, tetapi dibebaskan karena kurangnya bukti.

Kisahnya menjadi berita nasional oleh Walter Winchell dan dia memintanya untuk dikembalikan ke Amerika, sehingga dia bisa diadili.

Pada 1948, Presiden Truman merasa tergerak untuk bertindak, dan dia akhirnya diekstradisi ke Amerika dengan dakwaan pengkhianatan terhadap Amerika. Perjalanannya kembali pulang ke Amerika adalah sebagai tahanan.

Pada 5 Juli 1949, sidang makar Toguri resmi dibuka. Transkripsi sebenarnya dari siarannya tidak pernah dibagikan kepada juri.

Muncul pro-kontra di antara juri, tetapi hasilnya adalah dia dinyatakan bersalah. Pada 29 September 1949, dia divonis 10 tahun penjara.

Kini, para "saksi" itu merasa dipaksa untuk memberikan kesaksian, dipaksa untuk menjadikan "Tokyo Rose" kambing hitam.

Ketika Toguri dibebaskan pada 1956, dia kembali berkumpul dengan keluarganya yang tinggal di Chicago. Dia tinggal selama 20 tahun di Chicago sebagai warga tanpa status kewarganegaraan.

Pada 1976, dua saksi kunci dari persidangannya mengakui bahwa mereka telah diancam dan didorong untuk bersaksi melawan Toguri, seperti dilansir dari History.

Gelombang opini publik juga mulai berdatangan mendukung petisi untuk pengampunannya.

Pada 19 Januari 1977, Presiden Gerald Ford menulis pengampunan eksekutif untuk Iva Toguri, sehingga ia diakui kembali sebagai warga negara.

Dia meninggal pada 26 September 2006, sebagai warga negara Amerika.

Baca juga: Perempuan Berdaya: Julie DAubigny, Ikon Feminis Perancis dari Abad Ke-17

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com