Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perang Afghanistan: Awal Invasi AS dan Siapa Taliban?

Kompas.com - 10/08/2021, 17:07 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber BBC

KABUL, KOMPAS.com - Setelah 20 tahun perang Afghanistan, pasukan asing menarik diri dari negara itu sesuai kesepakatan antara Amerika Serikat dengan Taliban, yang mereka singkirkan dari kekuasaan pada 2001.

Mengutip BBC pada Selasa (10/8/2021) perang Afghanistan vs Taliban ini telah menewaskan puluhan ribu orang dan membuat jutaan penduduk mengungsi.

Setelah menyapakati perjanjian, Taliban berjanji tidak membiarkan Afghanistan menjadi basis teroris yang dapat mengancam Barat.

Baca juga: Perjanjian Damai AS-Taliban, Ini 4 Poin yang Perlu Anda Ketahui

Namun, mereka justru melancarkan serangan kilat untuk merebut wilayah-wilayah dari penguasaan tentara Afghanistan.

Taliban juga berjanji membicarakan pembicaraan damai nasional, tetapi banyak yang khawatir agresi mereka dapat berujung perang saudara.

Meski begitu, Presiden AS Joe Biden tetap menetapkan tanggal simbolis 11 September 2021 sebagai batas akhir penarikan penuh militernya.

Alasan invasi Amerika ke Afghanistan

Sebuah pesawat komersial yang dibajak menabrak gedung World Trade Center pada 11 September 2001 di New York.AFP PHOTO/SETH MCALLISTER Sebuah pesawat komersial yang dibajak menabrak gedung World Trade Center pada 11 September 2001 di New York.
Awal mula Afghanistan perang bisa ditengok kembali pada 2001, ketika AS menanggapi tragedi 9/11 di New York dan Washington, di mana hampir 3.000 orang tewas.

Para petinggi "Negeri Paman Sam" mengidentifikasi Al Qaeda dan pemimpinnya, Osama bin Laden, sebagai dalang serangan tersebut.

Bin Laden saat itu berada di Afghanistan dalam perlindungan Taliban yang berkuasa sejak 1996.

Taliban menolak menyerahkannya, lalu invasi Amerika ke Afghanistan 2003 terjadi yang dengan cepat menyingkirkan kelompok milisi tersebut.

Baca juga: Ketika Persembunyian Osama bin Laden Terungkap dari Baju yang Dijemur Istrinya

Invasi Amerika dan sekutunya pada tahun 2003 ke Afghanistan juga mengusung janji mendukung demokrasi dan menghilangkan ancaman teroris.

Akan tetapi, itu bukan kekalahan Taliban. Mereka hanya mundur perlahan untuk menyusun ulang kekuatan.

Ilustrasi tentara Amerika Serikat yang bergerak ketika terjadi invasi.Shutterstock Ilustrasi tentara Amerika Serikat yang bergerak ketika terjadi invasi.
Tentara Amerika di Afghanistan dibantu NATO, dan Pemerintah Afghanistan yang baru mengambil alih pada 2004, tetapi serangan mematikan Taliban terus berlanjut.

Tambahan pasukan yang dikerahkan Presiden Barack Obama pada 2009 kembali memojokkan Taliban, tapi tidak untuk jangka panjang.

Kemudian pada 2014, akhir tahun paling berdarah sejak 2001, pasukan internasional NATO mengakhiri misi tempur mereka, menyerahkan tanggung jawab keamanan kepada tentara Afghanistan.

Penarikan itu memberi momentum kepada Taliban, dan mereka merebut banyak wilayah.

Pembicaraan damai antara AS dengan Taliban lalu dimulai secara tentatif, tetapi Pemerintah Afghanistan hampir tidak terlibat.

Hasil pembicaraan pada Februari 2020 di Qatar itu adalah penarikan pasukan asing.

Nyatanya, kesepakatan tidak menghentikan serangan Taliban. Meski perang Taliban vs Amerika mereda, fokus milisi beralih ke pasukan keamanan Afghanistan dan warga sipil.

Taliban membunuh mereka dan area pendudukannya tumbuh lagi.

Baca juga: Semakin Merajalela, Taliban Rebut Ibu Kota Provinsi Keenam di Afghanistan

Apa itu Taliban?

Milisi Taliban.AFP via The Sun Milisi Taliban.
Taliban adalah kelompok milisi yang muncul dari perang saudara setelah penarikan pasukan Soviet pada 1989, teritama di barat daya dan perbatasan Pakistan.

Mereka bersumpah memerangi korupsi dan meningkatkan keamanan, tetapi juga menerapkan hukum Islam yang keras.

Pria wajib menumbuhkan janggut dan wanita harus mengenakan burka. TV, musik, dan bioskop dilarang.

Pada 1998 mereka menguasai hampir seluruh Afghanistan, dan setelah terpojok akibat perang Afghanistan vs Amerika mereka berkumpul lagi di perbatasan Pakistan.

Dengan 85.000 prajurit, Taliban terkini dianggap lebih kuat daripada sejak 2001.

Seberapa mahal perang Afghanistan?

Warga Afghanistan memeriksa toko-toko yang hancur akibat bentrokan antara Taliban dengan tentara pemerintah di kota Kunduz, Minggu (8/8/2021). Taliban hari itu merebut sebagian besar Kunduz, termasuk kantor pemerintah dan markas polisi.AP PHOTO/ABDULLAH SAHIL Warga Afghanistan memeriksa toko-toko yang hancur akibat bentrokan antara Taliban dengan tentara pemerintah di kota Kunduz, Minggu (8/8/2021). Taliban hari itu merebut sebagian besar Kunduz, termasuk kantor pemerintah dan markas polisi.
Dalam hal nyawa yang melayang jelas tidak mudah menyebutnya dengan angka tepat.

Jumlah korban di kubu koalisi tercatat lebih sedikit daripada di sisi Taliban Afghanistan.

Penelitian oleh Brown University memperkirakan, korban tewas di pasukan keamanan Afghanistan adalah 69.000, sedangkan warga sipil dan milisi yang tewas masing-masing sekitar 51.000.

Lebih dari 3.500 tentara koalisi tewas sejak 2001, sekitar dua pertiga dari mereka adalah orang Amerika. Tentara AS yang terluka mencapai di atas 20.000.

Menurut PBB, Afghanistan memiliki populasi pengungsi terbesar ketiga di dunia.

Sejak 2012, sekitar 5 juta orang mengungsi dan tidak dapat kembali ke rumah, baik mengungsi di Afghanistan atau berlindung di negara-negara tetangga.

Penelitian Brown University juga mengukur pengeluaran AS di perang Afghanistan Taliban, yaitu 978 miliar dollar AS (Rp 14 kuadriliun) sampai 2020, termasuk dana militer dan rekonstruksi di Afghanistan dan Pakistan.

Baca juga: Kisah Salima Mazari, Gubernur Wanita Afghanistan Pimpin Perang Lawan Taliban

Apa yang bisa terjadi selanjutnya di perang Afghanistan terbaru?

Milisi Taliban berjaga di kota Kunduz, Afghanistan utara, Senin (9/8/2021). Taliban menyerang secara agresif dalam beberapa pekan terakhir, menargetkan sejumlah ibu kota provinsi untuk diduduki setelah menguasi distrik demi distrik.AP PHOTO/ABDULLAH SAHIL Milisi Taliban berjaga di kota Kunduz, Afghanistan utara, Senin (9/8/2021). Taliban menyerang secara agresif dalam beberapa pekan terakhir, menargetkan sejumlah ibu kota provinsi untuk diduduki setelah menguasi distrik demi distrik.
Pertanyaan yang jelas adalah, akankah Taliban menguasai Afghanistan lagi?

Biden mengutarakan keyakinannya milisi tidak akan menggulingkan pemerintah di Kabul, tetapi sebuah penilaian intel AS pada Juni memprediksi Afghanistan bisa jatuh dalam waktu enam bulan setelah penarikan pasukan asing.

Pada awal Agustus, Taliban menguasai sekitar separuh Afghanistan, menurut penelitian BBC dan lainnya.

AS mengatakan, akan mempertahankan 650-1.000 tentara untuk menjaga kedutaannya, bandara Kabul, dan instalasi pemerintah penting lainnya, dan Taliban sudah mewanti-wanti sisa pasukan itu dapat menjadi target.

Kekhawatiran lainnya adalah Afghanistan kembali menjadi tempat pelatihan terorisme.

Para pejabat Taliban bersikeras mereka akan sepenuhnya mematuhi kesepakatan, dan mencegah kelompok apa pun menggunakan Afghanistan sebagai basis serangan terhadap AS dan sekutunya.

Mereka berkata, hanya ingin menerapkan "pemerintahan Islam" dan tidak akan menimbulkan ancaman bagi negara lain.

Namun, banyak analis menyebut Taliban dan Al Qaeda tak terpisahkan, dan para milisi yang terkini sangat dekat dan terlibat dalam pelatihan.

Baca juga: Malala, Gadis yang Pernah Ditembak Taliban, Lulus dari Universitas Oxford

Petugas keamanan Afghanistan berpatroli setelah mereka merebut kembali bagian kota Herat menyusul pertempuran antara Taliban dan pasukan keamanan Afghanistan, di pinggiran Herat, 640 kilometer (397 mil) barat Kabul, Afghanistan, Minggu, 8 Agustus 2021.AP PHOTO/HAMED SARFARAZI Petugas keamanan Afghanistan berpatroli setelah mereka merebut kembali bagian kota Herat menyusul pertempuran antara Taliban dan pasukan keamanan Afghanistan, di pinggiran Herat, 640 kilometer (397 mil) barat Kabul, Afghanistan, Minggu, 8 Agustus 2021.
Penting juga untuk diingat bahwa Taliban bukan kekuatan yang terpusat dan bersatu.

Beberapa pemimpin mungkin ingin membuat Barat diam dengan tidak menimbulkan masalah, tetapi kelompok garis keras bisa saja engga memutus hubungan dengan Al Qaeda.

Seberapa kuat Al Qaeda dan apakah sekarang bisa membangun kembali jaringan globalnya juga belum diketahui pasti.

Ada juga cabang ISIS yang bernama ISKP di provinsi Khorasan, yang ditentang Taliban.

Seperti Al Qaeda, ISKP telah dilemahkan oleh AS dan NATO, tetapi dapat memanfaatkan momentum penarikan pasukan untuk membangun kekuatan lagi.

Jumlah milisinya hanya beberapa ratus sampai 2.000, namun bisa menjadi perhatian regional yang serius di Kazakhstan, Kirgizstan, dan sebagian Tajikistan.

Baca juga: Mengukur Kekuatan Al-Qaeda, Satu Dekade Setelah Tewasnya Osama bin Laden

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com