Dia nekat merantau meski hanya bermodal uang 300 dollar AS (kini Rp 4,3 juta) dan tidak bisa berbahasa Inggris.
Trujillo lalu bekerja sebagai ART untuk membiayai studinya, dan singkat cerita bergabung dengan NASA pada 2007.
Trujillo sekarang tergabung di Jet Propulsion Lab NASA. Ia bekerja di tim yang menciptakan lengan robot untuk mengumpulkan sampel batuan di Mars.
Baca juga: Kisah Kevin Cordon, Pebulu Tangkis Guatemala yang Tak Pernah Ditonton Orangtuanya
"Memahami, jika kita sendirian di alam semesta, adalah pertanyaan pamungkas," katanya.
"Saya harap dalam satu tahun operasi permukaan di Mars, kami dapat segera menjawab pertanyaan itu."
Diana Trujillo bercerita, masa lalunya sebagai imigran memotivasinya untuk selalu memberikan yang terbaik, apalagi dia berasal dari negara dengan peluang karier yang terbatas.
"Aku memandang segala sesuatu yang datang kepadaku sebagai peluang."
"Aku tidak melihatnya sebagai 'Aku tidak percaya bekerja di malam hari' atau 'Aku tidak percaya sedang bersih-bersih. Aku tidak percaya sedang membersihkan kamar mandi sekarang'."
Alih-alih mengeluh pada keadaan, Diana Trujillo memilih untuk mensyukurinya.
"Aku senang memiliki pekerjaan dan dapat membeli makanan serta punya rumah untuk tidur."
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.