Mereka memiliki senjata, dan mereka memiliki pengalaman tempur. Mereka siap untuk pergi berperang.
Menteri Pertahanan Australia saat itu, Sir George Pearce, menyetujuinya tapi dengan satu syarat: perang bukan dilakukan oleh para petani, tetapi militer Australia.
Pearce percaya ini akan menjadi cara agar para petani yang kecewa tetap semangat, serta menjadi latihan menembak sasaran bagi pasukannya.
Baca juga: Kisah Perang: Benarkah Rusia Menang Pertempuran Kursk, Adu Tank Terbesar di Dunia?
Begitu yakinnya Pearce bakal menggenggam kemenangan cepat, dia sampai mengutus seorang juru kamera untuk mengabadikan momen, dan memerintahkan orang-orang menyimpan bulu emu di topi mereka.
Kampanye militer ini dipimpin oleh Mayor GPW Meredith dari Artileri Kerajaan Australia.
Ditemani oleh dua tentara, dua senjata Lewis, juru kamera, dan 10.000 peluru, mereka memasuki wilayah yang bertekad untuk mengalahkan emu.
Strateginya adalah menggiring emu ke daerah kecil dan begitu mereka terkepung, dibantai secara massal. Serangan direncanakan terjadi pada Oktober.
Namun, misi mengalami kemunduran karena hujan lebat menyebabkan emu berpencar sehingga sulit diserang
Pada 2 November mereka mencoba lagi, tetapi lagi-lagi mendapat masalah, tidak memperhitungkan kekuatan militer burung besar yang tidak bisa terbang itu.
Emu sebenarnya adalah burung yang strategis, dan ketika tertekan mereka pecah menjadi kelompok-kelompok kecil dan melarikan diri ke arah yang berbeda-beda. Hal ini membuatnya tidak mungkin untuk mengurung mereka.
Pada satu kesempatan, tim militer berhasil cukup dekat dengan sekelompok kecil emu, tapi tetap saja kesulitan menghabisi target.
Senjata Lewis berulang kali macet, dan ketika bisa beroperasi lagi, emu terbukti sangat tahan terhadap peluru.
Dalam upaya kedua ini tentara Australia hanya bisa membunuh 20 emu.
Segera setelah itu gencatan senjata diperintahkan, dan Meredith yang frustrasi berkomentar: