Co-chairman Sigma Lithium Ana Cabral-Gardner mengatakan, sedang berlangsung perlombaan untuk memenuhi peningkatan permintaan litium berkualitas tinggi.
Baca juga: Inspirasi Energi: Percepatan Transisi Energi Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Global
“Yang diproduksi dengan memerhatikan lingkungan sebelum potensi defisit untuk mineral,” kata Cabral-Gardner.
“Dunia mempercepat upaya untuk go green lebih cepat daripada kemampuan industri pertambangan untuk secara berkelanjutan memproduksi baterai litium berkualitas,” tambahnya.
Produsen litium dari Kanada tersebut menambahkan, Inggris ingin produk mobil listrik dan baterai mereka ramah lingkungan, mulai dari ekstraksi hingga produksi dan distribusi.
Di sisi lain, menskalakan industri kecil penghasil litium akan membutuhkan modal puluhan miliar dollar AS.
Hal ini kemungkinan akan mengakibatkan kekurangan pasar litium pada 2023 hingga 2024.
Baca juga: Inspirasi Energi: Pengembangan Energi Surya Global Terancam Melambat karena Harga Komponen Meroket
Melansir DW, hingga saat ini, belum ada komponen lain yang bisa menggantikan peran litium agar bisa tercipta baterai dengan kapasitas penyimpanan yang tinggi.
Ahli geologi ekonomi di Badan Sumber Daya Mineral Jerman (DERA) Michael Schmidt mengatakan kepada DW bahwa teknologi baterai yang dirancang dalam 10 hingga 15 tahun ke depan membutuhkan litium.
“Tidak ada yang bisa menggantikannya," kata Schmidt.
Litium terdapat pada sekitar 0,0007 persen kerak bumi dan dimasukkan ke dalam daftar bahan baku penting oleh Uni Eropa.
Baca juga: Inspirasi Energi: Peluang dan Tantangan Menuju Nol Emisi Karbon
Schmidt mengatakan, litium terdistribusi secara luas di antara bebatuan, tanah, dan perairan air asin.
Menurut Survei Geologi AS, dumber daya litium global yang teridentifikasi hingga saat ini mencapai 86 juta ton.
Dari hasil identifikasi tersebut, bila identifikasi tambahan tidak ditemukan, litium akan habis pada 2100 untuk mencukupi kebutuhan sekitar 3 miliar mobil listrik.
Angka 3 miliar mobil istrik itu cukup banyak. Pasalnya, mobil berbahan bakar minyak di seluruh dunia saat ini tercatat ada 1,5 miliar unit.
Baca juga: Inspirasi Energi: G7 Kembali Berkomitmen untuk Energi Bersih
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.