Melalui aksi-aksi seperti pemogokan, boikot, dan beberapa metode protes yang kuat meski kurang legal, Teamster memenangi sejumlah tuntutan kontrak atas nama pekerja.
Hoffa lantas menjadi presiden Teamsters pada 1957 ketika mantan pemimpinnya dijebloskan dipenjara karena terlibat suap.
Sebagai pemimpin, Hoffa dipuji atas kerja tak kenal lelahnya untuk memperluas serikat pekerja tersebut.
Dia juga disanjung atas pengabdiannya yang tak pernah padam bahkan kepada anggota organisasi yang paling lemah sekali pun.
Baca juga: [Cerita Dunia] Freddie dan Truus, Pasukan Remaja Pembunuh Nazi Era Perang Dunia II
Dedikasi Hoffa kepada pekerja dan pidato publiknya yang menggetarkan membuatnya sangat populer, baik di antara rekan-rekan sesama buruh maupun para politikus dan pengusaha.
Meski perjuangannya terhadap nasib kaum buruh di AS patut diacungi jempol, Hoffa juga memiliki sisi gelap.
Ketika Hoffa memimpin Teamsters, banyak petinggi serikat buruh tersebut bermitra dengan organisasi mafia dalam pemerasan dan penggelapan.
Hoffa sendiri memiliki hubungan dengan mafia tingkat tinggi, dan menjadi target beberapa penyelidikan pemerintah sepanjang tahun 1960-an.
Pada 1967, dia dihukum karena menerima suap dan dijatuhi hukuman 13 tahun penjara. Saat di penjara, Hoffa tidak pernah mau meletakkan jabatannya sebagai pemimpin Teamsters.
Baca juga: [Cerita Dunia] Satu Orang Selamat dari Tenggelamnya Kapal Selam Inggris pada Perang Dunia II
Ketika Presiden AS Richard Nixon meringankan hukumannya pada 1971, Hoffa siap untuk kembali menjadi aktivis.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.