Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inspirasi Energi: Cadangan Migas di Kutub Utara dan Dampak Pengeboran terhadap Lingkungan

Kompas.com - 19/07/2021, 13:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Selama lebih dari setengah abad, eksplorasi minyak bumi di Kutub Utara mendapatkan hasil dengan ditemukannya beberapa cekungan geologi utama.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Survei Geologi AS (USGS) pada 2008, lebih dari 20 persen sumber daya minyak dan gas (migas) diperkirakan berada di dalam Lingkaran Arktik.

Melansir Oil and Gas Engineering, proyeksi menunjukkan bahwa wilayah darat dan laut yang termasuk dalam Lingkaran Arktik terdapat sekitar 90 miliar barel minyak.

Baca juga: Inspirasi Energi: Apa Itu Transisi Energi?

Penemuan minyak paling awal di Arktik dilakukan oleh Uni Soviet pada 1962.

Mereka menemukan Ladang Tazovskoye yang terletak kira-kira 500 kilometer sebelah timur laut Salehard.

Akibat ketegangan geopolitik yang disebabkan oleh Perang Dingin, AS tak mau kalah mengeksplorasi wilayah tersebut.

Pada tahun 1969, upaya “Negeri Paman Sam” berhasil membuat temuan minyak Arktik pertama mereka di Teluk Prudhoe, Alaska.

Baca juga: Inspirasi Energi: Percepatan Transisi Energi Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Global

Diminati banyak negara

Peta Samudra Arktik yang menunjukkan Kutub Utarawikipedia.org/CIA Peta Samudra Arktik yang menunjukkan Kutub Utara

Saat ini, wilayah Arktik menarik minat banyak negara, terutama negara-negara di wilayah utara, untuk mengeksplorasi sumber daya alam di sini.

Bahkan, baru-baru ini, beberapa negara mencoba untuk mempertaruhkan klaim mereka atas apa yang mereka “ketahui” mengenai apa yang ada di dalam tanah.

Selain AS dan Rusia, Denmark, Norwegia, dan Kanada juga menunjukkan antusiasme yang besar terhadap kawasan ini.

Baca juga: Inspirasi Energi: Pengembangan Energi Surya Global Terancam Melambat karena Harga Komponen Meroket

China juga tak mau kalah dan membuat beberapa temuan di Arktik. Pada 2019, sebuah rig pengeboran China menemukan hampir 400 miliar meter kubik gas di daerah Arktik Rusia.

Salah satu kesulitan yang dihadapi oleh upaya eksplorasi minyak bumi di Kutub Utara tidak diragukan lagi adalah kondisi yang ekstrem.

Jika melakukan pengeboran, operator akan menghadapi kondisi ekstrem dan keras yang berbeda dengan wilayah mana pun di dunia.

Baca juga: Inspirasi Energi: Peluang dan Tantangan Menuju Nol Emisi Karbon

Ancaman perubahan iklim dan kehidupan liar

Ilustrasi perubahan iklim berdampak pada suhu di Kutub Utara yang kian menghangat. Ilmuwan menemukan dampaknya terhadap satwa liar di Arktik, salah satunya pada kawanan karibu (caribou), spesies rusa kutub di salah satu benua terdingin di Bumi.SHUTTERSTOCK/Dmitry Chulov Ilustrasi perubahan iklim berdampak pada suhu di Kutub Utara yang kian menghangat. Ilmuwan menemukan dampaknya terhadap satwa liar di Arktik, salah satunya pada kawanan karibu (caribou), spesies rusa kutub di salah satu benua terdingin di Bumi.

Di sisi lain, WWF melaporkan bahwa Arktik memanas dengan cepat akibat perubahan iklim dan memanasnya suhu global.

Hal ini mengubah ekosistem dan membuat kehidupan laut dan komunitas lokal menghadapi ancaman yang semakin serius.

Apalagi, isu mengenai pengeboran migas di sana dikhawatirkan akan semakin meningkatkan ancaman di sana.

Pada Januari tahun ini, pemerintahan Presiden AS Joe Biden mencabut perintah eksekutif yang dibuat pada 2017 yang berupaya membuka perairan Arktik AS untuk kegiatan pengeboran migas.

Baca juga: Inspirasi Energi: G7 Kembali Berkomitmen untuk Energi Bersih

Langkah Biden tersebut sejalan dengan keputusan Maret 2019 dari Pengadilan Distrik AS untuk Distrik Alaska bahwa perlindungan terhadap wilayah Arktik harus terus dilakukan.

Direktur Pelaksana Program Arktik WWF AS Margaret Williams mengatakan, pengeboran migas di Arktik berkontribusi terhadap perubahan iklim dan mengancam satwa liar dan masyarakat.

“Keputusan pengadilan untuk menegakkan larangan penyewaan ladang migas di Samudra Arktik membuat kita selangkah lebih dekat ke perlindungan permanen,” kata Williams.

Ukuran yang luas, lokasi terpencil, dan kondisi cuaca ekstrem membuat pengeboran migas di Arktik menjadi sangat berbahaya.

Apalagi, di wilayah tersebut masih minim infrastruktur untuk menangani tumpahan minyak.

Baca juga: Inspirasi Energi: Bagaimana Proses Pencarian dan Produksi Minyak Bumi?

Jika terjadi tumpahan minyak, kemampuan menanggapi insiden tersebut akan sangat terbatas dan ini menimbulkan bahaya yang sangat fatal.

Pecahnya es dan kondisi cuaca buruk lain di Kutub Utara berpotensi membuat tumpahan minyak besar atau ledakan sumur menjadi bencana besar bagi kehidupan di daerah tersebut.

Membiarkan pengeboran migas di Arktik akan semakin menimbulkan tantangan baru terhadap kelestarian lingkungan.

Pasalnya, tidak adanya pengeboran migas di sana saja, satwa liar di Kutub Utara sudah merasakan beban berat akibat pemanasan suhu laut dan udara.

Baca juga: Inspirasi Energi: Berapa Lama Minyak Bumi Terbentuk?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com