Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengingat Kembali Bagaimana Wabah SARS Menghilang

Kompas.com - 17/07/2021, 09:00 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

KOMPAS.com - SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) yang juga merupakan penyakit akibat virus corona, mewabah di dunia sejak November 2002 sampai Juli 2003.

Selama periode itu SARS menyebar ke 29 negara dan wilayah termasuk China, Taiwan, Singapura, Vietnam, Amerika Serikat, dan Kanada.

Penyakit yang menyerang sistem pernapasan ini pertama kali muncul di provinsi Guangdong, China.

Baca juga: Mengenal 11 Varian Virus SARS-CoV-2

Secara total di seluruh dunia ada 8.096 kasus SARS dengan 774 kematian, menurut catatan Kompas.com pada 8 Februari 2020.

Sebelumnya pada 1 Februari 2020 Kompas.com mewartakan, SARS diperkirakan merugikan ekonomi global lebih dari 30 dollar miliar AS.

Gejala SARS

SARS merupakan sindrom pernapasan akut parah.

Gejala SARS dimulai dari demam, suhu badan mencapai 38 derajat Celsius, batuk-batuk kering, sesak napas, dan pernah kontak dengan penderita dari negara yang ada kasus SARS.

SARS hanya ditularkan saat pasien memiliki gejala.

Hal ini membuatnya relatif mudah untuk mengisolasi orang sakit, dan mengarantina siapa pun yang telah terpapar virus.

Dikutip dari Harian Kompas, 3 Januari 2004, kasus pertama SARS di dunia tercatat di Guangdong pada November 2002.

Penyakit mirip flu itu menewaskan 349 orang di China daratan, terbanyak di dunia.

Baca juga: Ilmuwan Ungkap Mengapa Covid-19 Jauh Lebih Menular Dibanding SARS

Awal penyebaran SARS

Melansir tulisan  di The Conversation, pada Februari 2003 kasus SARS muncul di Hanoi, Vietnam.

Seorang petugas WHO, yang kemudian meninggal, memeriksa pasien di sana dan melaporkan wabah besar ke kantor pusat WHO pada 10 Maret 2003.

Sementara itu, seorang dokter dari provinsi Guangdong melakukan perjalanan ke Hong Kong dan menginap di Hotel Metropol, bersama sejumlah pelancong internasional lainnya.

Dokter itu ternyata terinfeksi SARS dan menular ke setidaknya selusin tamu hotel lainnya.

Sebanyak dua tamu kembali ke Kanada dan membawa virus SARS ke sana. Satu kembali ke Irlandia, satu ke Amerika Serikat. Tiga lainnya ke Singapura dan satu ke Vietnam.

Selain itu, beberapa orang dirawat di rumah sakit Hong Kong, yang menyebabkan wabah di fasilitas tersebut.

Sejak saat itu SARS menyebar ke sebagian besar dunia, meskipun sebagian besar kasus tetap berada di Asia.

Virus itu agresif dan mematikan. Pasien biasanya menunjukkan gejala dalam dua sampai tiga hari.

Ada beberapa laporan tentang infeksi tanpa gejala seperti halnya Covid-19.

Sebagai tindakan pencegaha, masker wajib dipakai saat keluar, pemindai suhu ditempatkan di semua tempat pertemuan umum utama di China dan wilayah lain Asia, karantina diterapkan.

Baca juga: 2010, Virus Mirip SARS-CoV-2 Penyebab Covid-19 Sudah Ada di Kamboja

Hilang seketika

Infeksi virus SARS memuncak pada akhir Mei 2003 dan kemudian menghilang.

Tidak diketahui persis mengapa wabah SARS bisa menghilang, karena saat itu vaksin masih diteliti bahkan uji coba pada manusia belum dilakukan.

Roossinck menduga, mungkin cuaca musim panas dan karantina ketat dari semua orang yang berkontak dengan individu yang terinfeksi berkontribusi pada menghilangnya wabah SARS

"Tetapi kita tidak benar-benar tahu mengapa epidemi berakhir. Virus memang seperti itu, tak terduga!" tulis Profesor Patologi Tumbuhan dan Mikrobiologi Lingkungan di Penn State University Amerika Serikat tersebut.

Namun setelah negara-negara dan wilayah-wilayah tadi dinyatakan bebas SARS, wabah kecil sempat merebak di China pada 2004.

Pada 22 April China mengumumkan kematian wanita 53 tahun akibat SARS, yang pertama sejak Juni 2002.

Selanjutnya tanggal 1 Mei ada dua kasus baru SARS dan tiga suspek di Beijing. Sehari kemudian tiga suspek kasus SARS diumumkan.

Akan tetapi setelah tiga minggu tidak ada penambahan kasus baru, WHO memutuskan China bebas wabah SARS dengan kewaspadaan keamanan hayati.

Baca juga: Epidemiolog: Sudah Ada 40.000-an Mutasi SARS-CoV-2

Sumber: Kompas.com (Penulis: Mela Arnani | Editor: Inggried Dwi Wedhaswary, Virdita Rizki Ratriani)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Genosida Armenia, Apa Itu?

Genosida Armenia, Apa Itu?

Internasional
Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Internasional
Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Internasional
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Internasional
Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Internasional
Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Internasional
Apa Status Palestina di PBB?

Apa Status Palestina di PBB?

Internasional
Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Internasional
Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Internasional
Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Internasional
Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Internasional
Mengapa Banyak Sekali Tentara Rusia Tewas di Ukraina?

Mengapa Banyak Sekali Tentara Rusia Tewas di Ukraina?

Internasional
Kecerdikan dan Kegigihan Hamas dalam Memperoleh Senjata

Kecerdikan dan Kegigihan Hamas dalam Memperoleh Senjata

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com