Dian H. Murray penulis dalam buku "Pirates of the South China Coast, 1790-1810", mengungkapkan bahwa "adopsi pada usia dewasa sering dipraktikkan di China untuk membangun dasar kekerabatan dalam interaksi lebih lanjut, terutama dalam bentuk bisnis atau murid-guru".
“Zheng Yi mengadopsi anak seorang nelayan remaja bukanlah hal yang luar biasa," ungkapnya seperti yang dikutip Kompas.com dari Atlas Obscura.
Cheung Po Tsai, awalnya adalah orang yang mewarisi kendali Armada Bendera Merah. Namun, Cheung Po Tsai lebih dari sekadar anak tiri Ching Shih.
Dia kemudian mencari dukungan dari anggota paling kuat dari keluarga mendiang suaminya, yaitu keponakannya Ching Pao-yang dan Ching Chi, yang menjadi sekutu untuk membantunya mendapatkan kesetiaan penuh dari keluarga Zheng Yi.
Ia juga berusaha mengambil langkah untuk mendapatkan loyalitas dari koalisi bajak laut yang dibentuk oleh mendiang suaminya. Alhasil, ia mendapatkan kepercayaan dari kapten armada yang paling setia kepada suaminya dan memperluas pengaruhnya pada kapten lainnya.
Saat itu, armadanya terdiri dari sekitar 800 kapal dengan berbagai ukuran dan memiliki sekitar 80.000 pasukan.
Sebagai pemimpin Armada Bendera Merah yang baru, Ching Shih menetapkan kode hukum yang ketat bagi anak buahnya untuk menjaga persatuan dan disiplin dalam armada.
“Kapal bajak laut sering kali memiliki beberapa wanita di dalamnya, tetapi tidak jelas sejauh mana peran mereka dalam praktik bajak laut,” kata Murray.
Tidak seperti di Barat, di China Selatan tidak ada stigma yang melekat pada perempuan yang berada di atas kapal, seperti dianggap sial bagi kapal.
Namun demikian, tidak mudah bagi siapa pun, apalagi janda bajak laut, untuk mengendalikan begitu banyak penjahat.
Baca juga: Perempuan Berdaya: Onna-Bugeisha, Samurai Wanita dari Zaman Kuno Jepang
Kode hukum ketat yang diterapkan Ching Shih untuk menyatukan armada bajak lautnya yang besar itu adalah setiap bajak laut yang memberikan perintah sepihak atau tidak mematuhi perintah atasan harus dipenggal di tempat.
Kemudian, jika seorang bajak laut memperkosa seorang tawanan wanita, dia akan dihukum mati. Jika hubungan seks antara keduanya adalah suka sama suka, keduanya akan dihukum mati.
Ada catatan lebih lanjut tentang kode Ching Shih yang menyatakan bahwa jika seorang bajak laut mengambil tawanan sebagai istrinya, dia harus setia kepadanya.
"Apa pun yang mereka pikirkan tentang dia, tampak jelas bahwa para perompak menghormati dan mematuhi otoritasnya," kata Murray.
Armada Bendera Merah di bawah pemerintahan Ching Shih tidak terkalahkan, meskipun ada upaya oleh pejabat dinasti Qing, angkatan laut Portugis, dan Perusahaan India Timur untuk menaklukkannya.
Dalam waktu singkat Armada Bendera Merah di bawah komando Ching Shih membangun dominasinya atas Laut China Selatan.
Kekuasaannya meliputi di banyak daerah pesisir China Selatan. Ia memberlakukan retribusi dan pajak.
Dia menyerang banyak kota dan desa untuk merampok mereka. Di salah satu desa bernama Sanshan, armadanya dilaporkan telah memenggal lebih dari 80 pria serta menjual istri dan anak-anak mereka sebagai budak.
Pada 1808, pemerintah dinasti Qing di China meluncurkan ekspedisi angkatan laut melawan Armada Bendera Merah, tetapi kalah, seperti yang disebutkan dalam The Famous People.