Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jan Pieterszoon Coen: Saudagar Belanda Pendiri Batavia

Kompas.com - 01/07/2021, 07:03 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Jan Pieterszoon Coen adalah pendiri Batavia dan kerajaan dagang Belanda di Hindia Timur.

Coen, gubernur jenderal ke-4 dari Hindia Belanda, yang mendirikan rantai dagang di Kepulauan Indonesia, menggusur Portugis dan mencegah Inggris mendekat.

Dalam biografi Jan Pieterszoon Coen disebutkan ia memiliki mimpi ambisius untuk membangun kerajaan maritim yang luas, membentang dari Jepang ke India, tapi tidak terwujud.

Hanya saja, kepemimpinannya yang energik mampu mendirikan pemerintahan Belanda di Indonesia, yang bertahan selama 4 abad.

Baca juga: Kisah Perang Ceret antara Belanda dan Kekaisaran Romawi Suci

Coen si saudagar

Jan Pieterszoon Coen lahir pada 8 Januari 1587 di Hoon, Belanda, dibesarkan dalam lingkungan Calvinis yang ketat.

Disebutkan dalam catatan biografi Jan Pieterszoon Coen yang dilansir dari Britannica, ia mengenyam pendidikan ilmu perdagangan melalui sebuah perusahaan Flemish di Roma.

Pada 1607, ia mulai berlayar ke Indonesia dengan armada Pieter Verhoeff sebagai asisten pedagang dari United East India Company, yang disebut juga dengan Dutch East India Company (Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC).

Verhoeff telah menerima hak pelayaran dan perdagangan eksklusif dari pemerintah Belanda di wilayah tersebut dari Tanjung Harapan ke timur hingga Amerika Selatan.

Selama perjalanan ini, Verhoeff dan 50 anak buahnya terbunuh dalam negosiasi dengan para pemimpin Kepulauan Banda.

Sekembalinya ke Belanda pada 1610, Coen menyerahkan sebuah laporan penting tentang kemungkinan perdagangan di Asia Tenggara, kepada direktur perusahaan.

Hasil dari laporan itu, ia kembali dikirim ke luar negeri, pada 1612, dengan menjabat sebagai kepala pedagang.

Pada Agustus 1613, setelah perjalanan ke kepulauan rempah-rempah, yaitu, Maluku, ia diangkat sebagai kepala pos perusahaan di Banten dan Jawa.

Pada November 1614, ia juga menjadi direktur jenderal perdagangan perusahaan di Asia.

Sebagai seorang pedagang dan Calvinis, Coen yakin perlunya penegakan kontrak yang ketat dengan penguasa Asia.

Baca juga: Tulip Time, Tradisi Unik yang Berasal dari Belanda

Dia sering membantu para pangeran Indonesia melawan saingan pribumi mereka atau melawan kekuatan Eropa lainnya, lalu diberi monopoli komersial untuk perusahaan sebagai imbalannya.

Dengan cara ini Belanda dengan biaya investasi militer dan angkatan laut yang besar, secara bertahap menguasai perdagangan rempah-rempah yang kaya di Indonesia.

Antara 1614 dan 1618, Coen memonopoli cengkeh di Maluku dan pala di Kepulauan Banda.

Ketika sultan Banten menolak usahanya untuk mengontrol perdagangan lada, Coen memindahkan markasnya ke Jacatra atau Jayakarta (sekarang Jakarta) agar lebih leluasa mengejar cita-citanya.

Nama Jacatra dari Xacatara, nama yang disebut dalam dokumen Portugis. Dalam surat-surat dan laporannya, Coen juga menulis in het casteel Jacatra.

Pada Oktober 1617, ia menerima kabar pengangkatannya sebagai gubernur jenderal Hindia Belanda.

Pada akhir 1618, pasukan Inggris, dengan armada yang dipimpin oleh Sir Thomas Dale, tiba di Jacatra dan mencoba mendirikan benteng di sana.

Pertempuran laut terjadi, dengan Coen yang memiliki beberapa kapal berisi barang dagangan berharga.

Seketika dia memberi perintah untuk mempertahankan benteng Jacatra sebaik mungkin dari Inggris. Lalu, ia berangkat ke Amboina (Ambon di Maluku) untuk menata kembali armadanya.

Baca juga: Kontroversi De Oost, Film Belanda yang Berani Mengorek Kekejaman Westerling

Berdirinya Batavia

Pada Februari 1618, sultan Banten mengalahkan pasukan Belanda di Jacatra dan mengepung benteng Belanda.

Coen melakukan beragam cara untuk mendorong pasukan Banten keluar dari Jacatra. Pada 30 Mei 1619, ia membakar kota, yang kemudian di atas reruntuhan itu didirikan kota Batavia Belanda.

Dia membangun sebuah kota berbenteng di bagian barat nusantara, yang segera menjadi pusat kekuasaan Belanda di Asia. Coen setelah itu memberi perintah untuk mengejar armada Inggris, yang telah tersebar di nusantara. 

Pada Maret 1620, Belanda dan Inggris mencapai kesepakatan di London tentang perusahaan perdagangan mereka yang ingin menguasai perdagangan di nusantara.

Kesepakatan di London itu menyebutkan bahwa masing-masing perusahaan negara akan membiarkan yang lain terlibat dalam kegiatan perdagangan di pemukiman yang ada, tanpa gangguan, dan armada gabungan akan dilengkapi dengan pasukan bersama.

Coen yang telah membangun kerajaan monopoli perdagangan sejauh laut selatan Jawa, yang disebut "Kerajaan Jacatra" sedikit tidak terima sebagian dari usahanya dihancurkan Inggris. Namun, Inggris juga tidak dapat mengklaim yurisdiksi atas wilayah Jawa mana pun karena pengaruh Coen.

Pada Januari 1621, si gubernur jenderal Hindia Belanda itu memimpin armada Belanda ke Kepulauan Banda dalam kampanye penaklukan, dengan dalih menghukum Banda karena mengabaikan perjanjian komersial sebelumnya.

Pembantaian besar-besaran dan perbudakan penduduk asli mengejutkan orang-orang sezamannya sebagai hal yang luar biasa parah dan bahkan mendapat teguran dari direktur perusahaan.

Baca juga: Rembrandt, Pelukis Zaman Keemasan Belanda

Pada 1622, Coen mengirim ekspedisi besar ke pantai China, yang kemudian sebuah pemukiman Belanda didirikan di Formosa, yang menghasilkan fondasi dasar yang lebih kuat untuk perdagangan yang menguntungkan dengan Jepang dan China.

Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) sejak itu memiliki pemukiman dari Jepang hingga Surat di pantai barat India. Di samping itu, perusahaan Belanda juga menikmati hubungan dagang dengan Arab dan Persia.

Dengan kemajuan kekuasaannya di Batavia, Coen berpikir bahwa sudah waktunya untuk menarik pemukim Belanda.

Dia berharap Batavia akan menjadi replika timur Amsterdam, dengan kolonis menangani perdagangan antar-Asia di sepanjang pantai Asia selatan dan timur, sementara perusahaan mengurus lalu lintas jarak jauh dengan Eropa.

Untuk mendesakkan rencananya pada para direktur, ia berangkat ke Belanda pada Februari 1623. Pada awalnya, dia tampak berhasil, tetapi rencananya mendapat masalah dengan terjadinya Pembantaian Amboyna.

Tak lama setelah kepergiannya dari Batavia, beberapa orang Inggris di kota Ambon, yang dicurigai terlibat dalam rencana pengambilalihan pemukiman Belanda, diinterogasi, disiksa, dan dijatuhi hukuman mati oleh pihak Belanda.

Inggris Negara merespons dengan marah peristiwa pembunuhan dan menganggap Coen bertanggung jawab secara moral.

Di tengah hubungan persahabatan antara Inggris dan Belanda, Coen untuk sementara dilarang kembali ke Hindia.

Dia kembali untuk terakhir kalinya ke Batavia pada 1627, ditemani istrinya dan sekelompok wanita lain dari status sosial menengah ke atas, dalam upaya untuk menarik pemukim Belanda.

Namun, kunjungan ketiga Coen kurang memiliki pengaruh kuat dibandingkan kunjungan sebelumnya. Bahkan, harapannya untuk menarik pemukim bebas Belanda gagal.

Sultan Agung dari Mataram, penguasa paling kuat di Jawa pada masa itu juga telah menekana pasukan Belanda dengan melakukan perlawanan sengit di Batavia atas monopoli dan upaya penjajahan.

Pada Agustus 1628 dan Agustus 1629, para tentara Jawa berhasil mengepung kota. Selama pengepungan terakhir tersebut Coen meninggal mendadak, pada 21 September 1629.

Dalam catatan biografi Jan Pieterszoon Coen yang beredar, ada dua versi penyebab kematiannya. Mengutip Britannica disebutkan karena disentri, sedangkan sumber lain menyebutkan karena serangan dari Sultan Agung.   

Baca juga: [Biografi Tokoh Dunia] Ratu Wilhelmina, Wanita yang Membawa Belanda Lewati 2 Perang Dunia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com