Pembantaian besar-besaran dan perbudakan penduduk asli mengejutkan orang-orang sezamannya sebagai hal yang luar biasa parah dan bahkan mendapat teguran dari direktur perusahaan.
Baca juga: Rembrandt, Pelukis Zaman Keemasan Belanda
Pada 1622, Coen mengirim ekspedisi besar ke pantai China, yang kemudian sebuah pemukiman Belanda didirikan di Formosa, yang menghasilkan fondasi dasar yang lebih kuat untuk perdagangan yang menguntungkan dengan Jepang dan China.
Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) sejak itu memiliki pemukiman dari Jepang hingga Surat di pantai barat India. Di samping itu, perusahaan Belanda juga menikmati hubungan dagang dengan Arab dan Persia.
Dengan kemajuan kekuasaannya di Batavia, Coen berpikir bahwa sudah waktunya untuk menarik pemukim Belanda.
Dia berharap Batavia akan menjadi replika timur Amsterdam, dengan kolonis menangani perdagangan antar-Asia di sepanjang pantai Asia selatan dan timur, sementara perusahaan mengurus lalu lintas jarak jauh dengan Eropa.
Untuk mendesakkan rencananya pada para direktur, ia berangkat ke Belanda pada Februari 1623. Pada awalnya, dia tampak berhasil, tetapi rencananya mendapat masalah dengan terjadinya Pembantaian Amboyna.
Tak lama setelah kepergiannya dari Batavia, beberapa orang Inggris di kota Ambon, yang dicurigai terlibat dalam rencana pengambilalihan pemukiman Belanda, diinterogasi, disiksa, dan dijatuhi hukuman mati oleh pihak Belanda.
Inggris Negara merespons dengan marah peristiwa pembunuhan dan menganggap Coen bertanggung jawab secara moral.
Di tengah hubungan persahabatan antara Inggris dan Belanda, Coen untuk sementara dilarang kembali ke Hindia.
Dia kembali untuk terakhir kalinya ke Batavia pada 1627, ditemani istrinya dan sekelompok wanita lain dari status sosial menengah ke atas, dalam upaya untuk menarik pemukim Belanda.
Namun, kunjungan ketiga Coen kurang memiliki pengaruh kuat dibandingkan kunjungan sebelumnya. Bahkan, harapannya untuk menarik pemukim bebas Belanda gagal.
Sultan Agung dari Mataram, penguasa paling kuat di Jawa pada masa itu juga telah menekana pasukan Belanda dengan melakukan perlawanan sengit di Batavia atas monopoli dan upaya penjajahan.
Pada Agustus 1628 dan Agustus 1629, para tentara Jawa berhasil mengepung kota. Selama pengepungan terakhir tersebut Coen meninggal mendadak, pada 21 September 1629.
Dalam catatan biografi Jan Pieterszoon Coen yang beredar, ada dua versi penyebab kematiannya. Mengutip Britannica disebutkan karena disentri, sedangkan sumber lain menyebutkan karena serangan dari Sultan Agung.
Baca juga: [Biografi Tokoh Dunia] Ratu Wilhelmina, Wanita yang Membawa Belanda Lewati 2 Perang Dunia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.