KOMPAS.com - Sejumlah negara di dunia masih memiliki angka melek huruf yang rendah, terutama di Afrika dan Timur Tengah yang dilanda konflik.
UNESCO khawatir, 30 persen orang dewasa dan 20 persen orang berusia 25-34 tahun akan tetap buta huruf di negara-negara miskin.
Fenomena itu sangat kontras dengan sejumlah negara di Eropa, Amerika Selatan, dan Asia yang telah mencapai tingkat melek huruf 100 persen.
Baca juga: Calon Tentara AS Bajak Bus Sekolah, Malah Pusing Anak-anak Banyak Tanya
Berikut adalah 12 negara dengan tingkat literasi terendah di dunia dalam kategori usia 15 tahun ke atas, menurut data Institut Statistik (UIS) UNESCO pada November 2019 yang dilansir dari Newsweek, Senin (28/6/2021).
Nigeria memiliki tingkat pendidikan lebih rendah dari yang diharapkan, mengingat pendapatan per kapitanya yang cukup tinggi.
Salah satu masalah yang paling mendesak adalah sedikitnya jumlah pra-sekolah dasar, yang hanya 13 persen di Nigeria dibandingkan dengan rata-rata 20 persen di Afrika sub-Sahara.
"Negara bagian di timur laut dan barat laut memiliki tingkat kehadiran perempuan di sekolah dasar masing-masing 47,7 persen dan 47,3 persen, yang berarti lebih dari separuh anak perempuan tidak bersekolah," ungkap UNICEF.
Perkiraan menunjukkan, lebih dari tiga juta anak di sini yang berusia 5-13 tahun tidak bersekolah.
Perang, kurangnya kesadaran tentang pentingnya pendidikan, dan keterbelakangan kronis, semuanya diyakini berkontribusi pada buruknya sekolah anak laki-laki dan perempuan di negara Afrika Timur ini.
Pendidikan di Komoro terhambat oleh masalah-masalah yang dituding akibat desentralisasi negara dimulai pada 2011.
Masalah-masalah ini kabarnya diperparah oleh kurangnya fasilitas, peralatan, guru-guru yang berkualitas, dan gaji yang sering tertunggak sehingga banyak yang enggan mengajar.
Baca juga: Berbaju Seperti Pakaian Dalam Murid SMA Dipulangkan Sekolah, Ayahnya Tak Terima
Perang selama beberapa dekade dan kurangnya investasi di Irak adalah faktor besar buruknya pendidikan di Irak.
Padahal, Irak dulu memiliki salah satu sistem pendidikan terkemuka di Timur Tengah dan banyak anak Irak bisa menimba ilmu di sekolah berkualitas tinggi.
UNICEF menulis, "Situasinya sangat memprihatinkan di provinsi-provinsi yang terkena dampak konflik, seperti Salah Al Din dan Diyala, di mana lebih dari 90 persen anak-anak usia sekolah tidak memiliki sistem pendidikan.