Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inspirasi Energi: Pengembangan Energi Surya Global Terancam Melambat karena Harga Komponen Meroket

Kompas.com - 28/06/2021, 15:18 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

KOMPAS.com – Para pengembang energi surya di dunia mulai memperlambat proyek-proyeknya.

Pasalnya, sejumlah keperluan yang dibutuhkan seperti biaya komponen, tenaga kerja, dan pengiriman mengalami lonjakan harga.

Lonjakan harga ini tak terlepas dari bangkitnya perekonomian dunia dari pandemi virus corona, menurut para eksekutif industri dan para analis yang diwawancarai Reuters.

Baca juga: Inspirasi Energi: Peluang dan Tantangan Menuju Nol Emisi Karbon

Analis energi bersih S&P Global Platts Bruno Brunetti mengatakan, situasi ini dikhawatirkan bakal memeprlambat pengembangan dan industri energi surya.

Padahal, pemerintah di seluruh dunia saat ini tengah meningkatkan upaya mereka untuk memerangi perubahan iklim.

Situasi ini juga mencerminkan industri lain yang terguncang oleh kemacetan rantai pasokan yang mulai bangkit dan pulih dari krisis virus corona.

Produsen elektronik hingga ritel mengalami penundaan besar dalam hal pengiriman bersamaan dengan melonjaknya biaya.

Baca juga: Inspirasi Energi: G7 Kembali Berkomitmen untuk Energi Bersih

"Narasinya bergeser," kata Brunetti sebagaimana dilansir Reuters, awal Juni ini.

Salah satu hambatan terbesar pengembangan energi surya adalah melonjaknya harga baja dan polysilicon hingga tiga kali lipat.

Baja dan polysilicon merupakan komponen utama dalam pembuatan panel surya.

Sementara itu, beberapa eksekutif perusahaan mengatakan, naiknya tarif pengiriman, bahan bakar, tembaga, dan tenaga kerja turut menghambat pengembangan proyek energi surya.

Pekan lalu, perusahaan riset IHS Markit memperingatkan bahwa instalasi energi surya global untuk tahun ini bisa turun menjadi 156 gigawatt dari proyeksi sebesar 181 gigawat jika lonjakan harga terus terjadi.

Baca juga: Inspirasi Energi: Bagaimana Proses Pencarian dan Produksi Minyak Bumi?

Masih menunggu

Sementara itu, sejumlah perusahaan pengembang energi surya di Amerika Serikat (AS) bingung menghitung ulang harga proyek untuk 2022.

Pasalnya, mereka tidak tahu kapan lonjakan harga-harga tersebut akan berakhir. AS sendiri merupakan pasar energi surya kedua terbesar setelah China.

Perusahaan engineering, pengadaan, dan konstruksi energi surya Swinerton Renewable Energy menuturkan, beberapa kliennya turut menangguhkan proyek yang dijadwalkan akan dimulai akhir tahun ini.

Halaman:
Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com