Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/06/2021, 00:12 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

KOMPAS.com - Dari semua pertempuran militer yang telah terjadi di Belgia yang paling mengganggu bagi Uni Eropa adalah Perang Waterloo.

Pada 18 Juni 1815, di lapangan basah Belgia, nasib Eropa ditempa dengan darah.

Pertempuran itu merupakan pertempuran klimaks yang secara permanen mengakhiri Perang Napoleon (1803–1815) dan mengakhiri karier spektakuler Napoleon Bonaparte, Kaisar Perancis.

Penantang tentara Perancisnya saat itu adalah pasukan pasukan Inggris-Belanda (Inggris Raya dan negara-negara sekutu—Belanda, Belgia, dan negara bagian Hanover Jerman).

Pasukan itu berada di bawah komando Arthur Wellesley, Duke of Wellington ke-1, dan tentara Prusia yang dipimpin oleh Field Marshal Pangeran Gebhard von Blucher.

Pertempuran dimulai sekitar tengah hari dan berakhir malam itu dengan mundurnya pasukan Napoleon.

Begitu pentingnya kekalahan Napoleon Sang “Dewa Perang,” istilah “met its waterloo” (bertemu dengan Waterloo-nya) sejak itu, menjadi sebutan untuk individu, kekuatan, atau gerakan yang tampaknya tak terbendung kemampuannya namun lalu dikalahkan.

Berikut ini lima fakta yang menggambarkan kengerian perang Waterloo, sehingga membuatnya menjadi salah satu pertempuran paling berdarah dan paling menentukan dalam sejarah.

Baca juga: KISAH MISTERI: Tragedi Balapan Paling Mengerikan dalam Sejarah, Menyisakan Tubuh Tanpa Kepala

1. Kaki legendaris

Salah satu komandan kavaleri besar di pihak Inggris adalah Lord Uxbridge, atau yang juga dikenal sebagai Henry Paget.

Dia jelas tidak terpengaruh oleh pembantaian di sekelilingnya, bahkan ketika dia terkena tembakkan meriam.

Sangat dekat dengan akhir pertempuran, Paget berkuda bersama Wellington.

Mereka mendiskusikan pertempuran dengan Duke, ketika tiba-tiba sebuah tembakan merobek kuda Paget dan bagian bawah kaki kanannya, mengirimnya jatuh ke tanah.

Diduga sama sekali tidak terganggu oleh cedera itu, Paget secara luas dilaporkan menoleh ke Wellington dan hanya berseru: "Demi Tuhan, saya kehilangan kaki saya!"

Wellington menjawab, "Demi Tuhan, Tuan, begitulah!"

Kaki Uxbridge diamputasi tanpa anestesi. Alih-alih menjadi gila karena rasa sakit, dia hanya mengamati bahwa "pisau itu tampak agak tumpul."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com