Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lawan Taliban dengan Palu: Kisah Pasukan SAS Inggris di Afghanistan

Kompas.com - 15/06/2021, 15:21 WIB
Tito Hilmawan Reditya,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Januari, 2018 di terowongan bawah tanah Afghanistan. Keadaan gelap gulita. Sejauh mata memandang hanya berwarna pekat, tidak tampak apa-apa. 

Udara pun pengap. Terhalang tembok padat yang melingkar di sekelilingnya. Seorang pria berusia 29 tahun, terjebak di dalamnya. Pria yang tak diketahui namanya ini, bukan anak muda biasa.

Pangkatnya pun tidak main-main: Sersan di Special Air Force (SAS), pasukan elite yang dipunyai Kerajaan Inggris.

Antara hidup dan mati, sersan itu harus secepatnya melarikan diri dalam kondisi kalut ini. Ada apa gerangan?

Baca juga: Profil Pasukan Khusus Dunia: SAS (Inggris)

Kalau pasukan SAS berada di Afghanistan, itu berarti mereka sedang memburu Taliban.

Dan, sersan SAS itu sedang dikepung salah satu kelompok teroris paling berbahaya di dunia. Sendirian. Di dalam terowongan.

Apakah dia berhasil melarikan diri dengan selamat?

Sebelum malam mengancam itu terjadi, pasukan komando yang terlibat dalam operasi berhasil menghancurkan pangkalan Taliban.

Tapi, beberapa anggota Taliban, termasuk seorang komandan senior yang bernilai tinggi, melarikan diri ke kompleks terowongan bawah tanah.

Terowongan pun menjadi penuh ancaman. Membuat tak ada satu pun pasukan komando gabungan yang mau memasukinya.

Baca juga: Berusaha Bunuh Pasukan SAS Inggris, ISIS Pasang Bom Bunuh Diri di Bra

Sersan muda ini, yang mengabdikan dirinya pada SAS, tanpa berpikir panjang langsung memasuki terowongan.

Dia merangkak dalam terowongan sempit. Otomatis tak bisa memakai senjata laras panjang. Ia hanya bisa mengambil pistol Glock berukuran 9mm miliknya.

30 menit berlalu. Perjalanan hidup dan mati. Terowongan semakin dalam. Dia hanya mengandalkan suara, penciuman, dan sentuhan untuk melacak para teroris yang tersisa.

Baca juga: Pasukan SAS Inggris Temukan Kepala 50 Perempuan Yazidi Korban ISIS di Tong Sampah

Udara semakin sesak saat sejumlah teroris menunjukkan dirinya. Glock berfungsi dengan baik. Beberapa tembakan meletus. Tiga Taliban langsung terbunuh.

Ternyata, masih tersisa tiga teroris lagi. Dan keadaan semakin memburuk. Pistol tiba-tiba macet. Tak bisa dipakai.

Lantas, pertempuran jarak dekat ala "Viet Cong" dengan kondisi gelap gulita pun dimulai. Palu cakar dikeluarkan sang sersan, dan langsung membabat habis teroris yang tersisa.

Total enam teroris terbunuh di lingkungan yang gelap gulita dan menyesakkan. Di tangan satu orang.

Baca juga: SAS Inggris dan Navy SEALS Bantu Redakan Serangan Teror di Nairobi

Dilansir Military Times, prajurit yang tak disebutkan namanya itu adalah seorang veteran perang Irak. 30 menit berada dalam terowongan itu dianggapnya jadi hal paling sulit sepanjang karir militernya.

Bahkan, selama satu jam pasca-keluar gua, prajurit itu tidak dapat berbicara.

Terowongan bawah tanah dengan lebar kurang dari 2 kaki dan tinggi 4 kaki ini jadi saksi betapa menyeramkannya pertempuran antara pasukan SAS dan Taliban.

Antara hidup dan mati. Membunuh atau dibunuh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com