Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inspirasi Energi: G7 Kembali Berkomitmen untuk Energi Bersih

Kompas.com - 14/06/2021, 14:02 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Pada Minggu (13/6/2021), G7 kembali berkomitmen untuk bekerja sama dalam mencegah perubahan iklim.

Kelompok yang berisi tujuh negara yang perekonomiannya maju tersebut bertujuan untuk mengurangi hampir separuh dari emisi gas rumah kaca mereka pada 2030.

Ketujuh negara anggota G7 adalah Amerika Serikat (AS), Inggris, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, dan Jepang.

Baca juga: Inspirasi Energi: Bagaimana Proses Pencarian dan Produksi Minyak Bumi?

Selain itu, mereka juga akan memenuhi janji dalam membantu negara-negara berkembang beralih ke energi yang lebih bersih sebagaimana dilansir Market Watch.

Kelompok itu mengatakan, akan menggelontorkan 100 miliar dolar AS yang sebelumnya dijanjikan untuk negara-negara berkembang dalam mempercepat transisi ke energi terbarukan.

Di antara ketujuh negara tersebut, hanya ada dua negara yang bersumpah untuk meningkatkan bantuan mereka kepada negara-negara miskin.

Kedua negara tersebut adalah Kanada dan Jerman. Kanada akan menggandakan janji pendanaan pencegahan perubahan iklimnya menjadi 4,4 miliar dollar AS selama lima tahun ke depan.

Baca juga: Inspirasi Energi: Berapa Lama Minyak Bumi Terbentuk?

Sementara Jerman akan meningkatkannya pendanaan sebesar dari 2 miliar euro menjadi 6 miliar euro per tahun paling lambat pada 2025.

“Negara-negara G7 menyumbang 20 persen dari emisi karbon global, dan jelas bahwa tindakan harus dimulai dari kami,” kata Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.

Ketujuh pemimpin itu sepakat bahwa tahun 2021 harus menjadi titik balik bagi planet Bumi.

Mereka juga berjanji untuk mempercepat upaya mengurangi emisi gas rumah kaca dan menjaga ambang pemanasan global tidak melampaui 1,5 derajat Celcius sejak Revolusi Industri.

Baca juga: Inspirasi Energi: Mengapa Minyak Bumi Tidak Dapat Diperbarui

Para pemimpin G7 juga merencanakan langkah-langkah untuk menghentikan operasional mobil berbahan bakar minyak.

Namun, rincian dari rencana tersebut masih belum jelas.

Anggota G7 juga berjanji memangkas hampir separuh emisi gas rumah kaca mereka pada 2030 dibandingkan dengan emisi yang mereka produksi pada 2010.

Inggris berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 58 persen pada 2030 dibandingkan dengan tahun 2010.

AS berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kacanya sebesar 50 persen pada 2030 dibandingkan 2005.

Baca juga: Inspirasi Energi: Perbedaan Mobil Listrik, Mobil Hybrid, dan Mobil Plug-in Hybrid

Sedangkan Uni Eropa berjanji untuk mengurangi emisi gas rumah kaca setidaknya 55 persen dibandingkan dengan tahun 1990.

Sekitar 450 investor menulis bahwa negara-negara yang memimpin pencegahan perubahan iklim akan menjadi tujuan investasi yang semakin menarik.

Di sisi lain, para investor tersebut berpendapat, negara yang mengesampingkan pencegahan perubahan iklim akan mengalami kerugian.

Baca juga: Inspirasi Energi: Penjualan Mobil Diesel di Eropa Merosot, Kendaraan Hybrid Melejit

Batu bara

PT Waskita Karya (Persero) Tbk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Malinau, Kalimantan Utara, dengan memanfaatkan teknologi Building Information Modelling (BIM).Waskita Karya PT Waskita Karya (Persero) Tbk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Malinau, Kalimantan Utara, dengan memanfaatkan teknologi Building Information Modelling (BIM).

Selain itu, para pemimpin G7 juga berkomitmen untuk mengakhiri dukungan langsung untuk pembangkit listrik tenaga batu bara di luar negeri pada akhir tahun ini.

Melalui sebuah komunike pasca-pertemuan puncak mereka di Inggris, mereka menegaskan janji untuk meningkatkan kontribusi keuangan guna mencegah perubahan iklim.

Komitmen tersebut mereka capai untuk mengurangi emisi yang berkontribusi terhadap perubahan iklim dan membantu bergerak menuju energi yang lebih bersih.

"Pembangkit listrik batu bara adalah kontributor terbesar emisi gas rumah kaca," kata G7 sebagaimana dilansir Reuters.

Kelompok itu juga prihatin bahwa investasi global yang berkelanjutan dalam pembangkit listrik tenaga batu bara masih belum berkurang.

Baca juga: Inspirasi Energi: Mengenal Nord Stream, Proyek Raksasa yang Mengirim Gas ke Eropa

"Kami menekankan bahwa investasi internasional dalam batu bara yang tidak berkurang harus dihentikan sekarang,” tulis G7.

“Sekarang kami berkomitmen untuk mengakhiri dukungan langsung pemerintah yang baru untuk pembangkit listrik batu bara internasional yang tidak berkurang pada akhir 2021," sambung G7.

Dalam pernyataannya, negara-negara tersebut juga berjanji untuk berfokus pada teknologi lain seperti teknologi penangkap karbon untuk membantu mempercepat transisi dari batu bara ke enegri bersih.

"Kami akan fokus pada percepatan kemajuan pada elektrifikasi dan baterai, hidrogen, penangkap karbon, penerbangan dan pelayaran nol emisi, serta bagi negara-negara yang memilih untuk menggunakannya, nuklir," ujar G7.

Baca juga: Inspirasi Energi: 5 Mobil Listrik Tercepat di Dunia pada 2021

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Internasional
Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Internasional
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Internasional
Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Internasional
Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Internasional
Apa Status Palestina di PBB?

Apa Status Palestina di PBB?

Internasional
Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Internasional
Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Internasional
Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Internasional
Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Internasional
Mengapa Banyak Sekali Tentara Rusia Tewas di Ukraina?

Mengapa Banyak Sekali Tentara Rusia Tewas di Ukraina?

Internasional
Kecerdikan dan Kegigihan Hamas dalam Memperoleh Senjata

Kecerdikan dan Kegigihan Hamas dalam Memperoleh Senjata

Internasional
Sosok Uskup Korban Penusukan Dalam Aksi Terorisme di Australia

Sosok Uskup Korban Penusukan Dalam Aksi Terorisme di Australia

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com