Menurut sejarah Jepang yang dilansir dari World History, Nobunaga tidak ragu-ragu untuk menghancurkan kuil Buddha mana pun dan mengeksekusi pendeta Buddha berpengaruh yang terkait atau bersekutu dengan salah satu saingannya.
Contoh paling terkenal dari kebijakannya ini adalah menghancurkan kompleks biara Enryakuji di gunung suci Hiei, dekat Kyoto pada 1571.
Nobunaga khawatir kekuatan biara dan pasukan besar biksu prajurit yang masih turun dari gunung setiap kali mereka merasa tidak menerima bagian dari bantuan negara.
Nobunaga menyuruh pasukannya mengelilingi lereng Gunung Hiei dan membakar hutan yang menghancurkan kuil dan membunuh 25.000 pria, wanita, serta anak-anak.
Kondisi biara Enryakuji membaik di bawah pemerintahan penerus Nobunaga dengan dilakukan restorasi dan kuil biara itu kembali berjaya pada 1595.
Benteng kuil Buddha berpengaruh lainnya, yaitu Ishiyama Honganji di Osaka, dihancurkan pada 1580 oleh armada kapal pengangkut meriam Nobunaga.
Toyotomi Hideyoshi kemudian membangun kastil Osaka yang terkenal di atas reruntuhannya.
Hasil dari gencarnya serangan terhadap kuil-kuil Buddha utama tersebut, akibatnya mengakhiri pengaruh mereka terhadap pemerintah dan kekuatan regional, posisi hak istimewa yang mereka nikmati sepanjang periode sebelumnya.
Sementara, Nobunaga mendorong pekerjaan misionaris Kristen di Jepang, karena dia melihat manfaat dari kontak dengan Eropa yang membawa aktivitas perdagangan dan teknologi, seperti senjata api yang dia gunakan untuk menghancurkan musuh.
Panglima perang juga ingin orang-orang memuja dirinya sebagai dewa dan membangun kuil untuk tujuan itu.
Dalam strategi lain untuk membangun kultus kepemimpinan, dia menyatakan hari ulang tahunnya sebagai hari libur nasional.
Di bidang seni, samurai Nobunaga mempromosikan dengan baik, terutama drama Kowaka dan Upacara Minum Teh Jepang, dengan menggunakan keterampilan dari seorang master yang diakui di bidangnya. Sen no Rikyu adalah seorang master dari Upacara Minum Teh Jepang (1522-1591).
Pada 21 Juni 1582, ketika Nobunaga hendak memulai kampanye di Jepang barat, dia menemui ajalnya di kuil Honno-Ji di Heiankyo.
Panglima perang ini dikhianati oleh salah satu bawahannya, Akechi Mitsuhide, yang juga merupakan petugas penghubung antara Nobunaga dan shogun boneka Ashikaga Yoshiaki.
Dalam sebuah episode yang dikenal sebagai Insiden Honnoji, Mitsuhide, untuk alasan yang tidak diketahui, meluncurkan serangan mendadak terhadap posisi Nobunaga.