Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah 3 Samurai yang Dikenal sebagai Pemersatu Jepang

Kompas.com - 10/06/2021, 12:19 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Dalam sejarah Jepang dikenal 3 tuan tanah dari golongan samurai (daimyo) terkemuka yang dikenal sebagai pemersatu Jepang.

Sejak 1467 hingga 1600 di Jepang diwarnai dengan kisah perang para tuan tanah dari golongan samurai (daimyo) yang berebut gelar panglima (shogun) dalam pemerintahan militer (keshogunan).

Melansir Denver Art Museum berikut kisah 3 samurai pemersatu Jepang:

Baca juga: Perempuan Berdaya: Onna-Bugeisha, Samurai Wanita dari Zaman Kuno Jepang

Oda Nobunaga (1534-1582)

Oda Nobunaga adalah daimyo dari Owari, sebuah provinsi pesisir di Jepang bagian tengah.

Ia dikenal sebagai seorang samurai yang tak kenal ampun, terampil dalam menggunakan metode penyerangan di medan perang.

Pada 1543, saat Portugis masuk ke Jepang, Nobunaga adalah salah satu samurai yang memiliki ketertarikan terhadap teknologi yang dibawa dari barat.

Dalam gejolak zaman feodal, ia telah beberapa kali bentrok dengan para pihak biara Buddha dan prajurit biksu yang memiliki kekuatan politik besar.

Selain itu, ia bertarung dengan para daimyo terkenal lainnya pada masa itu, di antaranya Uesugi Kenshin dari Echigo dan Takeda Shingen dari Kai.

Nobunaga memenangkan pertempuran yang paling menentukan di Nagashino pada 1575 dengan menggunakan senapan. Ia mengalahkan putra Takeda Shingen, Katsuyori dan menghancurkan klan Takeda, yang membuka jalan Nobunaga untuk mengambil alih wilayah.

Di puncak kekuasaannya Nobunaga berhasil menduduki ibu kota kekaisaran Kyoto, tetapi dikhianati oleh salah satu jenderalnya, Akechi Mitsuhide.

Lalu, ia dipaksa untuk bunuh diri di kuil Honno-ji dan musuh membakarnya.

Baca juga: Toyotomi Hideyoshi: Anak Petani yang Menyatukan Jepang pada Abad ke-16

Toyotomi Hideyoshi (1536-1598)

Berakhirnya riwayat kekuasaan Oda Nobunaga, melahirkan daimyo baru.

Hideyoshi memulai karir militernya dengan berperan sebagai pembawa sandal untuk Oda Nobunaga.

Perlahan ia diakui sebagai prajurit militer yang jenius dan menjadi salah satu jenderal kepercayaan Nobunaga.

Setelah kematian Nobunaga, Hideyoshi yang setia berusaha membalas kematian tuannya. Kemudian dengan cepat mengambil alih posisinya di puncak tatanan samurai.

Melalui cara militer dan politik, ia berhasil menyatukan Jepang pada 1590 dengan mendirikan markas besarnya di Osaka.

Hideyoshi dikenal memiliki perhatian besar terhadap karya seni, dan mendekorasi kastil Azuchi dengan mewah.

Kastil Azuchi adalah salah satu istana utama dari Oda Nobunaga, yang dibangun dari 1576 hingga 1579 di pesisir Danau Biwa, provinsi Omi.

Ia juga dikenal karena praktik upacara minum tehnya, di bawah bimbingan master teh agung, Sen no Rikyu.

Di bawah pemerintahannya, Hideyoshi menerapkan hukum yang kontras dengan perjalanan hidupnya sendiri.

Anak seorang petani ini menerapkan sistem kelas sosial yang kaku di Jepang. Senjata para petani ditarik.

Perubahan kelas sosial menjadi hampir mustahil di bawah hukum pemerintahannya.

Di periode akhir kekuasaannya, Hideyoshi sempat melancarkan perang ke Korea, tetapi gagal. Tak lama setelah itu ia tewas pada 18 September 1598 dengan menyesali mengirim pasukan perang ke Korea.

Baca juga: Perempuan Berdaya: Nakano Takeko, Samurai Wanita Tangguh yang Dipenggal Kepalanya oleh Saudara Sendiri

Tokugawa Ieyasu (1543-1616)

Tokugawa Ieyasu adalah daimyo diprovinsi Mikawa, tanah yang berdekatan dengan Owari. Ieyasu juga seorang jenderal di bawah Oda Nobunaga.

Dia adalah seorang komandan yang cerdik, yang sesekali kalah.

Saat kekalahan Nobunaga, awalnya ia bergerak juga untuk membalas kematiannya, bersama Hideyoshi. Saat itu, kedudukannya masih berada di bawah Hideyoshi.

Namun setelah kematian Hideyoshi pada 1598, Ieyasu melakukan manuver untuk menjadi wali ahli warisnya sebagai rencana untuk merebut kekuasaan.

Ieyasu menghadapi penentangan dari para jenderal setia Hideyoshi lainnya yang menjaga amanat untuk mengawal putranya, Toyotomi Hideyori sebagai pewaris sah yang saat itu masih di bawah umur. Perang untuk menguasai negara pun pecah lagi.

Pada 1600, pasukan yang setia kepada Toyotomi Hideyori, di bawah jenderal Ishida Mitsunari melawan Ieyasu dalam pertempuran Sekigahara.

Disebutkan dalam sejarah Jepang bahwa ada 200.000 tentara terlibat dalam peperangan sengit itu.

Ieyasu menang dan pada 1615 pasukannya melenyapkan perlawanan Toyotomi yang tersisa di Osaka.

Ieyasu mendirikan pemerintahan barunya, Keshogunan Tokugawa, di kota Edo yang sekarang dikenal sebagai Tokyo.

Baca juga: 6 Tahap Tempe Mendunia: Dari Perang Dunia II, Jepang, sampai Amerika

Penyatuan

Dengan tersingkirnya klan Toyotomi, penyatuan Jepang benar-benar digerakan. Pemerintahan Tokugawa menetapkan langkah-langkah baru untuk mencegah pemberontakan di masa depan.

 diberi wilayah dan posisi berdasarkan dukungannya terhadap Tokugawa dalam perang Sekigahara.

Dalam masa damai baru itu samurai mulai mengambil peran baru sebagai administrator. Namun, mereka mempertahankan kesiapan bela diri.

Para samurai mempertahankan filosofi bushido atau tata cara ksatria.

Bushido adalah sebuah kode etik kesatriaan golongan samurai dalam feodalisme Jepang, yang menekankan kesederhanaan, kesetiaan, penguasaan seni bela diri, dan kehormatan sampai mati.

Baca juga: Di Jepang Ada Layanan Sewa Orang Gemuk, Tertarik Mencoba?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com