Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

John Wayne Gacy: Si Badut Pembunuh 33 Remaja Laki-laki dari Chicago

Kompas.com - 07/06/2021, 11:02 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Thought Co

KOMPAS.com - John Wayne Gacy si "Badut Pembunuh", di siang hari ia bekerja sebagai relawan badut penghibur untuk anak-anak dalam pesta ulang tahun dan di rumah sakit. 

Malam harinya, diam-diam ia menyodomi hingga membunuh 33 remaja laki-laki antara 1972 hingga 1978.

Pada 10 Mei 1994, Gacy dieksekusi dengan suntikan mematikan.

Baca juga: Kisah Perang Dunia 1: Pembunuhan Franz Ferdinand dan Alasan Penembakannya

Masa kecil Gacy

Gacy lahir pada 17 Maret 1942, di Chicago, Illinois. Dia adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari John Stanley Gacy dan Marion Robinson.

Sejak usia 4 tahun, Gacy sudah berulangkali mengalami kekerasan secara verbal dan fisik oleh ayahnya yang pecandu alkohol.

Namun, seperti yang dilansir dari Thought Co bahwa ayahnya selalu meminta izin kepadanya, sebelum melakukan kekerasan dengan mengatakan kepadanya bahwa dia bodoh dan bertingkah seperti seorang perempuan.

Ketika Gacy berusia 7 tahun, dia di-bully berulang kali oleh seorang teman-temannya. Namun, ia tidak pernah mengadu kepada orangtuanya karena takut ayahnya akan menyalahkannya dan dia akan dihukum berat.

Masa remaja Gacy

Saat Gacy duduk di sekolah dasar, dia didiagnosis mengidap penyakit jantung bawaan yang membatasi aktivitas fisiknya. Sehingga, ia mengalami kelebihan berat badan dan menjadi sasaran ejekan teman-teman sekelasnya.

Pada usia 11 tahun, Gacy dirawat di rumah sakit selama beberapa bulan setelah tiba-tiba pingsan yang tidak dapat dipahami tim medis.

Ayahnya menyimpulkan bahwa Gacy pura-pura pingsan karena dokter tidak dapat mendiagnosis alasan pingsannya.

Setelah 5 tahun keluar-masuk rumah sakit, akhirnya ditemukan bahwa dia memiliki gumpalan darah di otak yang dibiarkan. Namun, ayahanya terus menyiksanya.

Sehingga, ia putus sekolah karena kesulitan mengejar ketinggalan pelajaran saat ia keluar-masuk rumah sakit.

Ejekan ayahnya semakin menjadi. Menurut ayahnya itu bukti bahwa Gacy bodoh.

Pada usia 18 tahun ia masih tinggal bersama orangtuanya dengan terlibat dalam beberapa kegiatan, yaitu dalam kelompok Partai Demokrat dan bekerja menjadi asisten kantor polisi.

Saat itu, ia menikmati perhatian positif yang diberikan orang-orang di luar lingkungan rumahnya dan ia menganggap itu pencapaian besarnya.
Namun, ayahnya dengan cepat memadamkan kebahagiannya.

Bertahun-tahun dilecehkan ayahnya, ia merasa lelah, dan setelah dilarang menggunakan mobil sendiri oleh ayahnya, akhirnya ia memutuskan keluar dari rumah untuk pindah ke Las Vegas, Nevada.

Baca juga: Misteri Pembunuhan di Hinterkaifeck, Semua Korban Ditemukan Tanpa Kepala

Titik balik

Di Las Vegas, Gacy bekerja untuk layanan ambulans, lalu dipindahkan sebagai petugas kamar mayat, di mana ia sering menghabiskan malam sendirian dan tidur di depan ruang pembalseman.

Pada malam terakhir Gacy bekerja di sana, dia tanpa sadar masuk ke peti mati dan membelai mayat seorang remaja laki-laki. Setelah itu, ia bingung kenapa ia terangsang secara seksual dengan mayat laki-laki.

Ia memutuskan untuk pulang ke rumah, melupakan pengalaman itu.

Pulang ke Chicago, dia diterima di Northwestern Business College dan lulus pada 1963.

Dia kemudian mengambil posisi trainee manajemen di Perusahaan Sepatu Nunn-Bush dan dengan cepat dipindahkan ke Springfield, Illinois, di mana dia dipromosikan ke posisi manajemen.

Di sana Gacy bertemu mulai berpacaran dengan Marlynn Meyers dan 9 bulan kemudian mereka menikah pada 1964.

Selama tahun pertamanya di Springfield, ia semakin mendapatkan perhatian positif dari komunitas Jaycee.

Pada 1965, ia diangkat sebagai wakil presiden divisi Springfield Jaycee dan kemudian pada tahun yang sama ia diakui sebagai Jaycee "paling menonjol ketiga" di negara bagian Illinois.

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Gacy merasa percaya diri dan penuh harga diri, sudah menikah, memiliki pekerjaan, bereputasi bai, telah meyakinkan orang-orang bahwa dia adalah seorang pemimpin.

Satu hal kemudian mengancam kesuksesannya adalah meningkatnya kebutuhannya untuk terlibat secara seksual dengan remaja laki-laki muda.

Sisi gelap

Gacy pindah dari Springfield ke Waterloo, Iowa, dan ia segera bergabung dengan Waterloo Jaycees.

Pada 1967, ia menerima pengakuan sebagai "Wakil Presiden Luar Biasa" dari Waterloo Jaycees dan mendapatkan kursi di Dewan Direksi.

Namun tidak seperti di Springfield, Waterloo Jaycees memiliki sisi gelap yang melibatkan penggunaan narkoba, pelacur, dan pornografi.

Gacy dengan cepat pula berpartisipasi dalam kegiatan ini. Gacy juga mulai mewujudkan keinginannya untuk berhubungan seks dengan remaja laki-laki, yang banyak di antaranya bekerja di restoran ayam goreng yang dikelolanya.

Dia mengubah ruang bawah tanah tempat itu menjadi tempat nongkrong sebagai cara untuk menarik remaja laki-laki. Ia menyediakan alkohol dan pornografi.

Saat para remaja laki-laki itu mabuk berat, Gacy memanfaatkan situasi untuk mencabulinya. Sementara, istrinya di rumah tengah sibuk mengurus 2 anak mereka.

Gacy menggambarkan hidupnya pada titik itu hampir sempurna, karena ayahnya akhirnya mengakui kesuksesannya.

Baca juga: [Biografi Tokoh Dunia] Beverly Allitt Malaikat Maut dari Serial Pembunuhan Berantai Anak-anak

Penangkapan Pertama

Setelah berada di atas angin, pada Maret 1968, Gacy dilaporkan kepolisi oleh orang tua dari remaja laki-laki, bernama Donald Voorhees (15 tahun) yang telah dicabulinya. Korban lainnya menyusul membuat laporan.

Gacy ditangkap dan didakwa dengan tindak sodomi terhadap anak berusia 15 tahun dan percobaan penyerangan terhadap anak laki-laki lainnya, tuduhan itu ia bantah keras.

Namun ia akhirnya mengaku, setelah ketahuan membayar orang untuk mengancam Voorhees untuk tidak datang ke pengadilan. Ia dipenjara 10 tahun atas kasus sodomi.

Di penjara ya bersikap baik, dengan memperoleh gelar sekolah menengahnya dan mengambil posisinya sebagai kepala juru masak. Pada Oktober 1971, 2 tahun setelah dipenjara, ia dibebaskan dengan masa percobaan 12 bulan.

Namun, ia kembali beraksi di Chicago. Pada Februari 1971, ia mennagkap remaja laki-laki dan mencoba memperkosanya.

Pembunuhan pertama

Pada 2 Januari 1972, Gacy bertemu korban pembunuhan pertamanya, Timothy Jack McCoy (16 tahun) saat ia menunggu bus yang datang esok hari. Gacy menawarkan menginap di rumahnya.

Paginya McCoy membantu menyiapkan sarapan dan membawanya ke kamar Gacy dengan masih memegang pisau. Gacy mengira McCoy akan menyerangnya, maka dengan sigap Gacy membunuh dan berhubungan seksual dengan mayatnya.

Hal itu membuatnya ketagihan karena ia mengaku merasakan sensasi seksual yang tinggi. Untuk menutupi jejak, mayat itu ia kubur di bawah rumahnya.

Kemudian, ia bersiasat dengan bekerja di bidang konstruksi dan membuka lowongan kerja untuk para remaja laki-laki yang dapat dibayar murah.

Mayat yang menumpuk di rumahnya membuat bau busuk semakin menyengat hingga tetangganya meminta Gacy untuk menghilangkan bau itu yang tidak diketahui tetangganya dari mana asalnya.

Pogo si badut

Gacy memainkan identitas ganda, di mana ia melancarkan aksinya pada malam hari sebagai penjahat kelamin dan pembunuh, pada siang hari ia berusaha menjadi relawan di lingkungan rumahnya.

Ia menjalin hubungan dekat dengan para tetangganya, berwajah ramah. Ia sering juga menggunakan kostum Pogo si Badut untuk menghibur anak-anak di pesta ulang tahun dan di rumah sakit anak.

Orang-orang menyukai John Wayne Gacy pada siang hari, sebagai pemilik bisnis yang sukses dan orang yang berbuat baik di komunitas.

Namun, banyak yang tidak tahu identiasnya pada malam hari, kecuali para korbannya. Dia adalah seorang pembunuh sadis yang berkeliaran.

Baca juga: 6 Tokoh Sejarah di Balik Kisah Pembunuhan Sadis

Pengawasan 24 jam

Pada 11 Desember 1978, di Des Moines, Robert Piest yang berusia 15 tahun hilang setelah meninggalkan pekerjaannya di apotek.

Sebelumnya, Piest memberitahu ibu dan rekan kerjanya bahwa dia akan melakukan wawancara dengan kontraktor konstruksi untuk penempatan pada musim panas mendatang.

Namun, ia menghilang tidak kembali ke rumah. Orangtuanya melapor polisi.

Pemilik apotek mengatakan kepada penyidik bahwa kontraktor tersebut adalah John Gacy. Gacy dihubungi oleh polisi, dia mengaku berada di apotek pada malam bocah itu menghilang, tetapi membantah pernah berbicara dengan remaja itu.

Penyangkalan Gacy mengundang kecurigaan. Penyelidik menjalankan pemeriksaan latar belakang yang mengungkapkan catatan kriminal masa lalu Gacy.

Pada 13 Desember 1978, surat perintah untuk menggeledah rumah Gacy. Barang bukti yang dapat dikumpulkan antara lain cincin SMA angkatan 1975 berinisial JAS, borgol, narkoba, SIM, pornografi anak, lencana polisi, senjata api dan amunisi, pisau lipat, sepotong karpet bernoda, sampel rambut dari mobil Gacy, kuitansi toko, serta beberapa item pakaian bergaya remaja dalam ukuran yang tidak sesuai dengan Gacy.

Penyelidik juga turun ke ruang merangkak, di mana di situlah Gacy menguburkan korban-korbannya. Namun, polisi saat itu tidak mencurigai tempat itu. Bau busuk dari ruang itu dipikr karena masalah limbah.

Gacy dalam pengawasan 24 jam sehari, karena ia tersangka utama mereka dalam kasus menghilangnya Piest, yang tengah diselidiki.

Menyadari akan segera ditangkap, pria itu mendatangi rumah teman-temannya untuk mengucapkan selamat tinggal dan mengaku membunuh 30-an orang.

Akhirnya Gacy benar-benar ditangkap dan surat penggeledahan kedua dikeluarkan polisi, membuat ia semakin tersudut.

Tidak memiliki cara lagi untuk memainkan keadaan, ia mengaku membunuh Robert Piest dan remaja laki-laki lainnya. Bisa mencapai 45 sejak 1974.

Gacy juga menjelaskan bagaimana dia menahan korbannya dengan berpura-pura melakukan trik sulap, yang mengharuskan mereka diborgol.

Melalui catatan gigi dan radiologi, 25 dari 33 mayat yang ditemukan berhasil diidentifikasi. Dalam upaya untuk mengidentifikasi sisa korban yang tidak diketahui, tes DNA dilakukan dari 2011 hingga 2016.

Pengadilan

Gacy diadili pada 6 Februari 1980, atas pembunuhan 33 pemuda.

Pengacara pembelanya mencoba membuktikan bahwa Gacy gila, tetapi juri dari 5 wanita dan 7 pria tidak setuju. Setelah hanya 2 jam berunding, juri mengembalikan vonis bersalah dan Gacy dijatuhi hukuman mati.

John Wayne Gacy dieksekusi dengan suntikan mematikan pada 9 Mei 1994. Kata-kata terakhirnya adalah, "kiss my ass."

Baca juga: [HARI INI DALAM SEJARAH] Ides of March, Momen Pembunuhan Julius Caesar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Thought Co
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com