Selanjutnya pada Perang Dunia II, Jepang menduduki Indonesia dan akhirnya mulai menggemari tempe.
“Lalu kemudian Australia juga mengembangkan penelitian mengenai tempe dan Amerika juga seperti itu, bahkan di Kenya mengembangkan tempe sebagai makanan yang bermanfaat,” jelas Murdijati.
Ia juga mengatakan, tempe adalah makanan dari Indonesia yang manfaatnya bisa dirasakan oleh bangsa-bangsa lain di dunia.
Buffalo Brewing menyebutkan, peneliti AS pertama yang mempelajari tempe adalah Dr Clifford Hesseltine dari Northern Regional research Center di Peoria, Illinois.
Dia mengembangkan metode fermentasi tempe dalam kantong plastik berlubang sebagai pengganti daun pisang yang biasa digunakan.
Metode inkubasi itu kemudian menjadi yang paling umum digunakan, setelah di Indonesia lalu Amerika Utara.
Tempe kemudian mulai terkenal di AS pada 1970-an setelah dipopulerkan The Farm, sebuah komunitas di Tennessee selatan. Mereka adalah orang-orang vegetarian total yang memakan kedelai.
Alex Lyons bersama Cynthia Bates kemudian mengembangkan rintisan pembuatan tempe rumahan, dengan mendirikan laboratorium kecil di The Farm untuk menghasilkan spora yang diperlukan.
Baca juga: Sandiaga Uno Berambisi Jadikan Tempe sebagai Warisan Budaya Dunia
Bersamaan dengan populernya tempe di Jepang, makanan ini juga mulai dijenal di Amerika Utara, Eropa, dan sebagian Asia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.