Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Josef Mengele: Dokter Kepala yang Jadi "Malaikat Maut" Para Tahanan Nazi

Kompas.com - 04/06/2021, 04:52 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Josef Mengele dikenal sebagai "Malaikat Maut", dokter kepala Nazi dari kamp konsentrasi Auschwitz selama Perang Dunia II.

Pada 24 Mei 1943, kamp konsentrasi di Auschwitz, Polandia, menerima seorang dokter pria baru bernama Josef Mengele yang berusia 32 tahun.

Melansir History, Mengele lahir pada 16 Maret 1911 di Bavaria dan bergabung dengan Partai Nazi setelah belajar filsafat di Munich, di mana ia bertemu dengan Alfred Rosenberg.

Ideologi rasial Rosenberg sangat mempengaruhinya untuk bergabung dengan staf peneliti Institut Biologi Keturunan dan Kebersihan Rasial.

Baca juga: Mindu Hornick: Gadis Penyintas dari Kamp Konsentrasi Auschwitz Nazi

Karier Nazi

Pada 1931, pada usia 20 tahun, ia bergabung dengan Stahlhelm organisasi paramiliter. Kemudian, melanjutkannya menjadi Sturmabteilung (SA) pada 1933, dan mengajukan permohonan keanggotaan partai Nazi pada 1937.

Setelah diterima di partai Nazi, ia mengajukan permohonan keanggotaan di SS (Schutzstaffel).

Dia kemudian belajar kedokteran di Universitas Frankfurt, setelah itu dia bergabung dengan Institut Biologi Keturunan dan Kebersihan Rasial pada 1934.

Di sinilah dia mengembangkan studinya dalam antropologi fisik dan genetika.

Baca juga: Perempuan Berdaya: Irena Sendler, Pejuang Kemanusiaan Bawah Tanah di Ghetto Warsawa Nazi

Sebelum kedatangannya di kamp konsentrasi Auschwitz, Mengele telah menerbitkan artikel penting tentang kelainan genetik dan variasi ras dalam fitur utama. Karirnya di dunia akademis itu terlihat cerah.

Ketika perang menghalangi karir akademiknya, dia ditempatkan dengan korps cadangan medis dan unit Waffen SS.

Dia kecewa saat itu dinyatakan tidak layak untuk bertempur, tetapi kemudian ia dipromosikan menjadi kapten, seperti yang dilansir dari Sky History.

Mengele menjabat sebagai petugas medis untuk pasukan elit Nazi (Waffen SS) selama Perang Dunia II, dan diangkat sebagai dokter kepala di kamp konsentrasi Auschwitz, di mana orang-orang Yahudi dipilih baik untuk kerja paksa, dimusnahkan atau menjadi eksperimen medis.

Baca juga: Adolf Eichmann: Perancang Holocaust Nazi yang Tak Pernah Menyesal hingga Akhir Hidupnya

Ketika itu ia mulai dikenal sebagai "Malaikat Maut" yang bertanggung jawab atas sejumlah besar eksperimen medis yang fatal, aneh, dan brutal, yang menewaskan lebih dari 400.000 orang.

"Malaikat Maut" dari kamp konsentrasi Auschwitz itu menyuntik narapidana yang masih hidup dengan tangannya sendiri atau memerintahkan orang lain, dengan kedok untuk pengobatan medis.

Segala rupa ia suntikan kepada mereka, mulai dari bensin hingga kloroform. Dia juga suka mempelajari anak kembar, yang biasanya dengan melakukan tindakan pembedahan.

Eksperimennya yang mengerikan itu kadang-kadang canggih dan telah terbukti tidak dapat disangkal penggunaannya, misalnya dalam hal pengembangan genetika dan DNA turunan.

Baca juga: [Cerita Dunia] Freddie dan Truus, Pasukan Remaja Pembunuh Nazi Era Perang Dunia II

Akhir riwayat

Setelah Perang Dunia II berakhir, Josef Mengele berhasil melarikan diri dari penjara setelah perang.

Awalnya, Mengele dipekirakan menyamar berkerja sebagai penjaga kandang pertanian di Bavaria. Lalu, pergi ke Amerika Selatan.

Dia menjadi warga negara Paraguay pada 1959. Setelah itu, dia pindah ke Brasil, di mana dia bertemu dengan mantan anggota partai Nazi lainnya, Wolfgang Gerhard pada 1961.

Pada 1985, tim ahli forensik multinasional melakukan perjalanan ke Brasil untuk mencari jejak Mengele.

Mereka memastikan bahwa seorang pria bernama Gerhard, diyakini sebagai "Malaikat Maut" dari Auschwitz, meninggal karena stroke saat berenang pada 1979. Catatan gigi menegaskan bahwa jasad itu adalah Mengele.

Baca juga: Pemburu Harta Karun Incar 48 Peti Emas Peninggalan Hitler dan Antek Nazi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Internasional
Apa Status Palestina di PBB?

Apa Status Palestina di PBB?

Internasional
Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Internasional
Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Internasional
Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Internasional
Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Internasional
Mengapa Banyak Sekali Tentara Rusia Tewas di Ukraina?

Mengapa Banyak Sekali Tentara Rusia Tewas di Ukraina?

Internasional
Kecerdikan dan Kegigihan Hamas dalam Memperoleh Senjata

Kecerdikan dan Kegigihan Hamas dalam Memperoleh Senjata

Internasional
Sosok Uskup Korban Penusukan Dalam Aksi Terorisme di Australia

Sosok Uskup Korban Penusukan Dalam Aksi Terorisme di Australia

Internasional
Persenjataan Hamas Semakin Banyak yang Justru Bersumber dari Israel

Persenjataan Hamas Semakin Banyak yang Justru Bersumber dari Israel

Internasional
Dari Mana Hamas Memperoleh Senjata?

Dari Mana Hamas Memperoleh Senjata?

Internasional
Perjalanan Hubungan Israel dan Iran, dari Sekutu Jadi Musuh

Perjalanan Hubungan Israel dan Iran, dari Sekutu Jadi Musuh

Internasional
Siapa Pemasok Terbesar Senjata untuk Israel?

Siapa Pemasok Terbesar Senjata untuk Israel?

Internasional
Apa Saja Jenis Persenjataan Militer Israel dan dari Mana Pasokannya?

Apa Saja Jenis Persenjataan Militer Israel dan dari Mana Pasokannya?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com