Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KISAH MISTERI: Teka-teki Tank Man, Penghadang Pasukan China di Lapangan Tiananmen

Kompas.com - 04/06/2021, 01:00 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Profesor itu mengklaim Tank Man melarikan diri ke Taiwan, dan dipekerjakan oleh Museum Istana Nasional. Tetapi museum itu diduga membantah laporan ini.

Kantor berita Yonhap di Korea Selatan juga melaporkan bahwa dia telah lolos dari pembantaian dengan melarikan diri ke Taiwan.

Sementara itu, Bruce Herschensohn, mantan wakil asisten khusus mantan Presiden AS Richard Nixon, mengatakan kepada President Club pada 1999 bahwa Tank Man dieksekusi 14 hari kemudian.

Sedang cerita lainnya mengklaim dia kemudian dihukum mati oleh regu tembak beberapa bulan setelah protes.

Sunday Express mengidentifikasi dia sebagai mahasiswa berusia 19 tahun bernama Wang Weilin. Teman-temannya saat itu mengatakan mereka khawatir dia telah dihukum mati.

Tapi identitas Tank Man sampai saat ini tidak pernah mendapat konfirmasi positif.

Baca juga: KISAH MISTERI: Periode Gelap Pembantaian Rasial Tulsa di Amerika Serikat

Sejarah yang hilang

Meski kejelasan hidup dan mati Tank Man masih jadi teka-teki, pujian akan keberanian terus dikenang dunia. Terutama di hari peringatan pembantaian Lapangan Tiananmen tiap tahunnya.

Tanggapan atas keberaniannya kontras dengan pandangan ngeri dunia pada Tiananmen Square. Tepatnya sejak penumpasan brutal terhadap mahasiswa pengunjuk rasa pro-demokrasi China diyakini terjadi setelah peristiwa heroik tersebut.

Menurut History, anggota Pasukan Grup ke-27 China menembaki kerumunan dengan senapan otomatis. Sementara penembak jitu menghujani peluru dari atap.

Personel lapis baja juga diluncurkan, banyak diantaranya melindas siswa pengunjuk rasa yang saat itu saling terkait membentuk rantai manusia.

China secara resmi mencatat jumlah kematian tidak lebih dari 300 orang. Sementara Palang Merah China di lapangan mengatakan jumlahnya lebih dari 2.700.

Tetapi Sir Alan Donald, duta besar Inggris untuk China pada saat itu, mengatakan jumlah korban tewas jauh lebih tinggi.

Menulis dalam memo kontemporer yang baru dideklasifikasi pada tahun 2017, Sir Alan menyatakan keyakinannya bahwa jumlah yang tewas benar-benar 10.454 jiwa.

Selain itu kata dia, Pasukan Grup ke-27, terdiri dari pasukan yang “60 persen buta huruf dan disebut primitif.” Mereka diduga dipilih secara khusus untuk tugas tersebut, karena reputasinya untuk kepatuhan yang tidak perlu dipertanyakan lagi.

Sampai hari ini, Lapangan Tiananmen tidak pernah disebutkan di media China dan tidak diajarkan di sekolah.

Kehadiran polisi yang meningkat di lokasi adalah satu-satunya anggukan diam-diam terhadap apa yang terjadi di sana 32 tahun yang lalu.

Baca juga: Kisah Amin Daud Korban Pembantaian Westerling: Tahanan Diikat, Diberondong Tembakan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com