Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mindu Hornick: Gadis Penyintas dari Kamp Konsentrasi Auschwitz Nazi

Kompas.com - 03/06/2021, 01:30 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber History

KOMPAS.com - Mindu Hornick adalah salah satu wanita yang selamat dari pembantaian Nazi di kamp konsentrasi Auschwitz.

Perkiraan menunjukkan bahwa Nazi membunuh 85 persen orang yang dikirim ke kamp konsentrasi Auschwitz di Polandia.

Mindu Hornick adalah remaja wanita berumur 13 tahun saat Nazi menginjakan kaki di tanah airnya, Polandia, dan mulai menginvasi.

Baca juga: Perempuan Berdaya: Irena Sendler, Pejuang Kemanusiaan Bawah Tanah di Ghetto Warsawa Nazi

Di balik celah pintu mobil ternaknya yang berhenti, gadis muda itu membaca sebuah nama "Auschwitz".

Kemudian, ia mengejanya untuk ibu di sampingnya, dan Mindu berpikir di mana itu, "saya tidak tahu, saya belum pernah mendengar tentang tempat itu".

Tiba-tiba pintu berderit dan dibuka. Saat itulah ia akan segera tahu tentang "Auschwitz".

Mindu pun melangkah keluar, setelah melakukan perjalanan panjang dalam kegelapan dan berdesakan dengan sekitar 70 wanita serta anak-anak dalam mobil ternak.

Di dalam sana, gadis itu dan para anak-anak serta wanita dewasa juga kelaparan karena hanya tersedia sedikit makanan. Sanitasi pun sangat buruk, hanya dengan diberkan satu ember.

Namun sekeluarnya gadis itu dari kotak pengap, pemandangan yang ia lihat tidak lebih baik.

Sejauh mata memandang ia melihat tumpukan mayat membusuk, anjing menggonggong, pasukan Nazi berteriak dalam bahasa Jerman, langit pun berwarna kelam dihiasi abu berterbangan di udara.

Seorang pejabat Nazi tiba-tiba berlari mendekati rombongan tahanan Mindu.

"Saya pikir seorang kapo (fungsionaris tahanan) tahu bahwa kereta ibu dan anak itu akan berakhir di kamar gas," kata seorang pria Nazi, karena mereka dianggap tidang berguna untuk bekerja, ungkapan yang masih dikenang Mindu hingga ia lanjut usia, seperti yang dilansir dari History.

Saat itu, Mindu mengingatnya bahwa kapo tersebut mencoba menyelamatkan beberapa dari rombongannya.

Si kapo menyarankan ibu Mindu untuk menyuruh 2 anak perempuannya yang lebih tua ke depan, sementara ia dan 2 putranya yang lebih muda berada di belakang.

Kapo itu meyakinkan ibu Mindu dalam bahasa Yiddish, bahwa mereka akan segera bertemu kembali.

Si kapo kemudian berkata kepada gadis itu dan saudara perempuannya untuk berbohong tentang usia dan kemampuan mereka. "Kalian adalah seorang penjahit," perintah kapo kepada mereka.

Ibu mereka segera menimpali, "Kalian sebaiknya lakukan seperti yang dia katakan."

Mereka menurut dan melangkah ke depan, tetapi gadis muda dan saudara perempuannya itu tidak yakin apa yang akan terjadi setelah berpisah dengan ibu dan saudara lainnya.

"Kami menengok ke belakang dan kami melihat ibu kami dengan syalnya. Kami melambaikan tangan kepadanya dan kami pun ke depan," kenang Mindu tentang pertemuan terakhirnya dengan ibu dan saudara laki-lakinya, puluhan tahun kemudian.

Sejak itu, Mindu tidak pernah bertemu lagi dengan ibu atau 2 saudara laki-lakinya, menurut catatan biografinya yang dilansir dari History.

Mindu Hornick, penyintas dari kamp konsentrasi Auschwitz Nazi. [HISTORY's Auschwitz Untold Via History]HISTORY's Auschwitz Untold Via History Mindu Hornick, penyintas dari kamp konsentrasi Auschwitz Nazi. [HISTORY's Auschwitz Untold Via History]

Baca juga: Adolf Eichmann: Perancang Holocaust Nazi yang Tak Pernah Menyesal hingga Akhir Hidupnya

Auschwitz dibangun

Nazi mendirikan Auschwitz pada 1940 di pinggiran Oswiecim, Polandia, sebuah kompleks kamp yang menjadi pusat Adolf Hitler menjalankan "Solusi Akhir terhadap kaum Yahudi".

Nazi membunuh antara 1,1 juta hingga 1,5 juta orang di Auschwitz, termasuk lebih dari 1 juta orang Yahudi, dan juga ada orang Roma, homoseksual, pembangkang politik, dan lainnya.

Ketika tahanan tiba, mereka akan dipilah. Anak-anak kecil, orang tua, dan orang lemah, akan segera dikirim ke kamar gas beracun dari Zyklon-B yang mematikan.

Eksekusi massal, kelaparan, penyebaran penyakit, dan penyiksaan terjadi setiap hari di Auschwitz, menjadikannya salah satu kamp konsentrasi dan pusat pemusnahan paling mematikan serta menakutkan dalam Perang Dunia II.

Anak-anak terutama anak kembar saat itu juga menjadi sasaran eksperimen medis yang bar-bar, tanpa anestesi oleh Josef Mengele.

Mengele melakukan penyiksaan dengan menyuntikkan serum secara langsung ke bola mata anak-anak untuk memepelajari warna mata.

Ia juga menyuntikkan klorofom ke dalam hati si anak kembar untuk memastikan apakah saudara kandungnya akan mati pada waktu yang sama dengan cara yang sama.

Pada Januari 1945 setalah Nazi ditaklukkan, tentara Uni Soviet membebaskan kamp Auschwitz.

Di sana para tentara menemukan 7.600 tahanan yang tertinggal dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, kurus kurang gizi. Tumpukan mayat dan tujuh ton rambut tahanan juga terlihat di sana.

Baca juga: [Cerita Dunia] Freddie dan Truus, Pasukan Remaja Pembunuh Nazi Era Perang Dunia II

Di dalam Auschwitz

Gadis muda Mindu ingat betul setelah ia berpisah dengan ibu dan 2 saudara laki-lakinya, ia dan saudara perempuannya digiring ke kamar mandi.

Rambut mereka dicukur habis, kemudian kepala mereka dicap dengan nomor. Sejak saat itu, Mindu dan yang tahanana lainnya tidak memiliki nama.

Di sana para gadis muda dipaksa untuk menanggalkan pakaiannya di hadapan pria yang mencukur rambut mereka.

Setelah melalui semua itu, waktu telah malam dan mereka dibawa ke blok 14.

"Dan pada saat itu tidak ada ruang untuk kami. Sehingga, kami harus duduk sepanjang malam di lantai batu," kenang Mindu.

Sehari-harinya gadis itu mengamati dokter Mengele sering terlihat mondar-mandir.

Dokter Mengele itu terlihat sangat pintar dengan sepatu bot yang mengkilap, berpakaian rapi, dan sepasang sarung tangan putih.

Ketika ada seorang anak yang tidak terlihat sehat, dokter itu akan memanggilnya, setelah itu mereka harus keluar barisan dan kemudian tidak pernah terlihat lagi.

Sehingga Mindu dan anak lainnya berusaha mengelabui dokter itu ketika mereka tidak enak badan.

"Jika Anda merasa pucat, atau apa pun, Anda merasa tidak enak badan...Anda akan menusuk jari Anda untuk mengambil darah dan membuat pipi Anda merah," kenangnya.

Di dalam Auschwitz makanan sangat dibatasi. Jika ada yang melanggar, maka nyawa taruhannya.

"Saya ingat seorang anak laki-laki. Saya pikir dia mengambil kulit kentang atau sesuatu. Setelah itu ia digantung," ungkap Mindu.

Mindu muda dan tahanan wanita lainnya kemudian dipanggil untuk menontoni mayat anak itu. Sontak mereka berteriak saat melihatnya.

"Demi Tuhan, di mana Tuhan?" teriakan yang saat itu menggema. Seorang anak laki-laki digantung karena dia mengambil sedikit makanan disaksikan oleh Mindu di depan matanya.

Nazi terus melakukan itu, mempertontonkan hukuman kepada tahanan lainnya.

Di dalam kamp konsentarsi itu, ternyata Mindu bertemu dengan bibinya, adik dari ibunya, Bibi Berthe.

Bibi Berthe mendengar ada tahanan baru yang masuk dan kemungkinan kelurga Mindu, maka ia segera mencari mereka.

Setelah bertemu, keluarga itu saling bertukar informasi rahasia secara terus-menerus. Bibi Berthe berusaha untuk menjaga keponakannya.

"Ketika orang bertanya, bagaimana Anda bertahan hidup? Kami hidup dengan saling membantu satu sama lain," ungkaap Mindu yang kini telah berusia senja.

Baca juga: Kisah Perang: Saat Nazi Keok oleh Tentara Hantu yang Ternyata Hanya Ilusi

Pembebasan

Gadis itu tidak menyangka bantuan akhirnya datang juga, ia tidak tahu bagaimana itu bisa terjadi.

Menjelang pasukan Soviet tiba-tiba para Nazi mengumpulkan semua tahanan dan menempatkan mereka di kereta.

Itu adalah pengalaman pertama Mindu masuk ke dalam kereta penumpang. Namun, di sana gadis itu melihat di kedua ujung kereta terdapat senapan mesin.

Inggris melihat itu dan mengira kereta membawa kargo berharga. Seketika Armada Inggris menembaki kereta hingga menewaskan sekitar 60 atau 70 gadis dalam kereta.

Takut terbunuh, Mindu dan yang lainnya melambaikan tangan untuk memberikan isyarat bahwa mereka bukan musuh.

"Saya pikir saat itu adalah keajaiban bahwa kami tidak terbunuh di kereta itu, baik oleh Inggris atau Jerman, yang mencoba membunuh kami di saat-saat terakhir," ungkap Mindu dewasa.

Setelah penyiksaan Nazi berakhir, gadis itu sangat bersyukur, tapi hingga ia tua tidak ada penjelasan yang bisa ia terima tentang pambantaian tersebut.

"Tetapi jika Anda ingin tetap normal, dan Anda tidak ingin berakhir di sofa psikiater, atau semacamnya, Anda harus kembali ke kehidupan, bergabung dengan komunitas, dan menjadi bagian dari mereka," ujar Mindu.

"Karena...ketika Anda dibesarkan dalam komunitas, Anda pasti ingin menjadi bagian di dalamnya lagi. Dan itu adalah hal yang paling penting bagi saya, yaitu untuk saling miliki kembali," imbuhnya.

Hingga menua, Mindu yang saat ini berusia 92 tahun tidak pernah lupa dari mana dia berasal dan bagaimana Nazi merenggut kehidupan remajanya dengan pengalaman yang paling mengerikan.

Menurut catatan biografi, Mindu Hornick lahir pada 4 Mei 1929 di komunitas shtetl di Pegunungan Karpatia.

Saat itu, hidupnya baik-baik saja. Ia memiliki rumah dan kebun yang indah.

Keluarganya pun memiliki hubungan yang baik dengan para tetangga dan teman sekolah yang beragam, tidak selalu Yahudi.

Ketika Nazi tiba, mimpi buruk baginya dimulai. Ayahnya yang dibunuh Nazi menjadi mimpi buruk pertama.

Baca juga: Kisah Perang: Luftwaffe, AU Nazi Spesialis Serangan Kilat Blitzkrieg

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber History
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com