Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mindu Hornick: Gadis Penyintas dari Kamp Konsentrasi Auschwitz Nazi

Kompas.com - 03/06/2021, 01:30 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber History

Nazi membunuh antara 1,1 juta hingga 1,5 juta orang di Auschwitz, termasuk lebih dari 1 juta orang Yahudi, dan juga ada orang Roma, homoseksual, pembangkang politik, dan lainnya.

Ketika tahanan tiba, mereka akan dipilah. Anak-anak kecil, orang tua, dan orang lemah, akan segera dikirim ke kamar gas beracun dari Zyklon-B yang mematikan.

Eksekusi massal, kelaparan, penyebaran penyakit, dan penyiksaan terjadi setiap hari di Auschwitz, menjadikannya salah satu kamp konsentrasi dan pusat pemusnahan paling mematikan serta menakutkan dalam Perang Dunia II.

Anak-anak terutama anak kembar saat itu juga menjadi sasaran eksperimen medis yang bar-bar, tanpa anestesi oleh Josef Mengele.

Mengele melakukan penyiksaan dengan menyuntikkan serum secara langsung ke bola mata anak-anak untuk memepelajari warna mata.

Ia juga menyuntikkan klorofom ke dalam hati si anak kembar untuk memastikan apakah saudara kandungnya akan mati pada waktu yang sama dengan cara yang sama.

Pada Januari 1945 setalah Nazi ditaklukkan, tentara Uni Soviet membebaskan kamp Auschwitz.

Di sana para tentara menemukan 7.600 tahanan yang tertinggal dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, kurus kurang gizi. Tumpukan mayat dan tujuh ton rambut tahanan juga terlihat di sana.

Baca juga: [Cerita Dunia] Freddie dan Truus, Pasukan Remaja Pembunuh Nazi Era Perang Dunia II

Di dalam Auschwitz

Gadis muda Mindu ingat betul setelah ia berpisah dengan ibu dan 2 saudara laki-lakinya, ia dan saudara perempuannya digiring ke kamar mandi.

Rambut mereka dicukur habis, kemudian kepala mereka dicap dengan nomor. Sejak saat itu, Mindu dan yang tahanana lainnya tidak memiliki nama.

Di sana para gadis muda dipaksa untuk menanggalkan pakaiannya di hadapan pria yang mencukur rambut mereka.

Setelah melalui semua itu, waktu telah malam dan mereka dibawa ke blok 14.

"Dan pada saat itu tidak ada ruang untuk kami. Sehingga, kami harus duduk sepanjang malam di lantai batu," kenang Mindu.

Sehari-harinya gadis itu mengamati dokter Mengele sering terlihat mondar-mandir.

Dokter Mengele itu terlihat sangat pintar dengan sepatu bot yang mengkilap, berpakaian rapi, dan sepasang sarung tangan putih.

Ketika ada seorang anak yang tidak terlihat sehat, dokter itu akan memanggilnya, setelah itu mereka harus keluar barisan dan kemudian tidak pernah terlihat lagi.

Sehingga Mindu dan anak lainnya berusaha mengelabui dokter itu ketika mereka tidak enak badan.

"Jika Anda merasa pucat, atau apa pun, Anda merasa tidak enak badan...Anda akan menusuk jari Anda untuk mengambil darah dan membuat pipi Anda merah," kenangnya.

Di dalam Auschwitz makanan sangat dibatasi. Jika ada yang melanggar, maka nyawa taruhannya.

"Saya ingat seorang anak laki-laki. Saya pikir dia mengambil kulit kentang atau sesuatu. Setelah itu ia digantung," ungkap Mindu.

Mindu muda dan tahanan wanita lainnya kemudian dipanggil untuk menontoni mayat anak itu. Sontak mereka berteriak saat melihatnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Sumber History
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com