Pada 1066, setelah mencapai kesepakatan damai dengan Denmark, Harald Hardrada mengincar Kerajaan Inggris.
Inggris dipimpin oleh Harold Godwinson saat itu. Hardrada bersekutu dengan Tostig Godwinson, saudara laki-laki raja Harold yang memiliki sakit hati kepadanya.
Dengan niat untuk menguasai Inggris, Hardrada, bersama istri dan anak-anaknya, meninggalkan Norwegia.
Pada tahap awal pertempuran, Tostig dan Hardrada berada di atas angin, tetapi dalam Pertempuran Stamford Bridge, pasukan Hardrada dihancurkan oleh pasukan raja Harold.
Tostig terbunuh dan Hardrada terkena panah, saat dia bertarung tanpa baju besi. Raja Viking terakhir itu akhirnya kehilangan nyawanya dalam pertempuran bersejarah tersebut.
Kekalahan Hardrada menandai akhir dari sebuah era dalam sejarah Viking. Hardrada dikenang sebagai panglima perang yang tangguh dan Viking terakhir.
Hardrada dikenal sebagai raja dengan aturannya yang keras dan memiliki nasihat-nasihat yang keras. Dia menyelesaikan perselisihan dengan kekerasan, yang memberinya julukan "penguasa kejam".
Sementara itu, ia telah mewariskan kebijakan ekonomi yang baik. Hardrada mengembangkan sistem mata uang Norwegia. Ia juga mendirikan kota Oslo.
Setelah kematiannya dalam Pertempuran Stamford, tubuhnya dibawa ke Norwegia, dan dimakamkan di Gereja Maria, di Nidaros.
Hampir 100 tahun setelah dikuburkan, tubuh Hardrada dimakamkan kembali di Helgester Priory. Di Oslo, ada beberapa monumen yang didirikan untuk menghormati Harald Hardrada.
Baca juga: Kisah Perang Arab-Israel I, Awal Mula Israel Menyerang Palestina
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.