Pada 1035, Hardrada berpartisipasi dalam perang yang dipimpin oleh tentara Bizantium, untuk mendesak orang Arab keluar dari Anatolia atau Asia Minor.
Ia mendapatkan kepercayaan untuk memimpin tentara sampai ke Sungai Tigris. Di sana ia memainkan peran utama dalam merebut banyak benteng Arab.
Setelah itu, ia ikut berperang di Yerusalem dan Sisilia. Selama masa pemerintahan Kaisar Michael IV, Hardrada adalah anggota tentara yang setia dengan berdedikasi dalam pertempuran.
Setelah kematiannya Michael IV, terjadi konflik antara Michael V dan permaisuri Zoe. Michael V yang berkuasa memenjarakan Hardrada karena kesetiaannya pada raja sebelumnya.
Tak terima, ia lalu memimpin pemberontakan "Pengawal Varangian" untuk menjatuhkan Michael V. Ia berhasil dan Micahel V diasingkan, sementara Permaisuri Zoe kembali menyandang takhtanya.
Setelah mendapatkan cukup banyak kekayaan dan nama besar di Konstantinopel, Hardrada berniat kembali ke Kievan Rus.
Keputusannya ditentang oleh Permaisuri Zoe, tetapi ia berhasil melarikan diri dengan beberapa pengikut setia.
Sepulangnya ia di Kievan Rus, ia menikahi Elisabeth, putri dari Yarslov.
Baca juga: Kisah Perang Kue, Konflik Ganti Rugi yang Berujung Pertempuran 1 Tahun
Pada 1045, Harald Hardrada memulai rencananya untuk merebut kembali tahta Norwegia. Magnus the Good adalah raja Norwegia pada saat itu.
Hardrada membangun aliansi dengan pihak Denmark, Sweyn II untuk melawan Magnus. Namun, Magnus menolak melawan Hardrada yang merupakan pamannya.
Mereka mencapai kesepakatan untuk berbagi takhta dengan Hardrada. Imbalannya, Hardrada juga berbagi kekayaaan dengan Magnus.
Setahun kemudian, Magnus meninggal tanpa ahli waris. Hardrada menjadi satu-satunya penguasa Norwegia.
Menurut cerita, Hardrada menjadi pemimpin yang sangat ambisius. Dia bermimpi memperluas kerajaannya sejauh mungkin.
Dari 1048 sampai 1064, ia memipin perang melawan Denmark. Ia berhasil mengendalikan sebagian wilayah, tapi ia tidak dapat merebut takhta Denmark sepenuhnya.
Kemudian pada 1065, ia setuju untuk berdamai dengan Sweyn, raja Denmark. Sesuai perjanjian, mereka sepakat untuk mempertahankan wilayah.
Baca juga: 4 Kisah Perang Konyol dalam Sejarah Dunia