Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Intifada, Perlawanan Luas Rakyat Palestina terhadap Israel

Kompas.com - 22/05/2021, 13:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Intifada adalah gerakan perlawanan luas rakyat Palestina terhadap pendudukan Israel.

Sejarah mencatat, gerakan Intifada telah terjadi sebanyak dua kali. Intifada pertama dimulai pada Desember 1987 dan berakhir pada September 1993.

Sedangkan Intifada kedua dimulai pada September 2000 dan diyakini berakhir pada 2005. Intifada kedua juga kerap disebut sebagai Intifada Al-Aqsa.

Kedua gerakan perlawanan tersebut mengakibatkan kematian lebih dari 5.000 warga Palestina dan sekitar 1.400 orang Israel.

Baca juga: [Cerita Dunia] Gedung Pencakar Langit Pertama di Dunia Tingginya 42 Meter

Intifada Pertama

Perempuan Palestina duduk di belakang kereta saat terjadi bentrokan dengan tentara Israel di dekat Nahal Oz, Gaza, 10 Oktober 2015.AFP PHOTO / MAHMUD HAMS Perempuan Palestina duduk di belakang kereta saat terjadi bentrokan dengan tentara Israel di dekat Nahal Oz, Gaza, 10 Oktober 2015.

Melansir Britannica, ada sejumlah faktor dan penyebab utama yang memicu pecahnya Intifada Pertama.

Pertama, perampasan tanah dan pembangunan pemukiman oleh Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Israel melakukan perbuatan ilegal tersebut setelah partai sayap kanan Likud menang pemilu pada 1977.

Kedua, meningkatnya represi Israel sebagai tanggapan atas meningkatnya protes Palestina setelah invasi Israel ke Lebanon pada 1982.

Ketiga, munculnya kader-kader aktivis lokal Palestina baru yang menantang kepemimpinan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).

Kemunculan aktivis tersebut merupakan hasil dari sebuah proses yang dibantu Israel untuk mengekang aktivisme politik dan memutuskan hubungan PLO dengan wilayah pendudukan di awal 1980-an.

Baca juga: [Cerita Dunia] Bangkai Kapal Utuh Tertua di Dunia dari Yunani Kuno Karam di Laut Hitam

Keempat, reaksi atas invasi Israel terhadap Lebanon.

Faktor-faktor tersebut menumpuk dan hanya butuh sebuah pematik sehingga membuat kerusuhan berskala besar pecah.

Dan muncullah pemantik itu. Pada 8 Desember 1987, kendaraan militer Israel mengejar mobil yang berisi empat pekerja Palestina di kamp pengungsi Jabalya, sebelah utara Jalur Gaza.

Para pekerja Palestina itu terbunuh sehingga memunculkan protes besar-besaran di Jalur Gaza dan Tepi Barat.

Warga Palestina memboikot setiap produk dan usaha Israel, serta mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan usaha rumahan milik Palestina.

Baca juga: [Cerita Dunia] Freddie dan Truus, Pasukan Remaja Pembunuh Nazi Era Perang Dunia II

Selain itu, di sektor pendidikan dan kesehatan, warga Palestina mengelola universitas, klinik, maupun sekolah secara sembunyi-sembunyi.

Perlawanan tersebut juga terwujud melalui perlawanan fisik.

Sebagian besar perlawanan fisik terjadi selama tahun awal Intifada Pertama. Mulanya, warga Palestina melawan tentara Israel dengan batu dan bom molotov.

Namun, militer dan polisi Israel membalasnya dengan lebih kejam. Warga Palestina tidak tahan hingga akhirnya memakai senapan, granat tangan, dan bahan peledak untuk melawan.

Menurut kelompok hak asasi manusia B'Tselem, hampir 2.000 nyawa hilang akibat kekerasan selama Intifada Pertama dengan rasio kematian Palestina dan Israel sekitar 3 banding 1.

Baca juga: [Cerita Dunia] Satu Orang Selamat dari Tenggelamnya Kapal Selam Inggris pada Perang Dunia II

Intifada Pertama yang berlangsung pada 1987 hingga 1993 identik dengan mobilisasi massa dan protes besar-besaran.

Pada 1988, PLO menerima persyaratan-persyaratan yang diajukan Amerika Serikat (AS) dalam sebuah dialog antara AS dengan Palestina.

Intifada terbukti merusak perpolitikan dan perekonomian Israel. Setelah pemilu pada 1992, pemerintah baru Israel membawa mandat untuk merundingkan perdamaian.

Pada awal 1990-an, PLO mengubah taktik perjuangannya. PLO mulai meninggalkan cara-cara keras menggunakan senjata dan mulai mencoba cara-cara diplomasi.

Pada awal 1993, para perunding Israel dan PLO melakukan serangkaian pembicaraan rahasia di Oslo, Norwegia.

Baca juga: [Cerita Dunia] 8888, Demo Skala Besar di Myanmar Menentang Kekuasaan Miluter

Pada 9 September 1993, Pemimpin PLO Yasser Arafat mengirim surat kepada PM Israel Yitzhak Rabin.

Isi surat itu adalah PLO mengakui hak hidup Israel dan secara resmi meninggalkan cara-cara perjuangan bersenjata.

Pada 13 September 1993, Arafat dan Rabin menandatangani perjanjian di Washington DC, AS, yang kemudian menjadi Kesepakatan Oslo.

Baca juga: [Cerita Dunia] Sejarah Patung Liberty, Awalnya Dipasang di Terusan Suez

Negosiasi dan kekerasan berkelanjutan

Anggota brigade Ezzedine al-Qassam, sayap militer Hamas yang menguasai Jalur Gaza.AFP Anggota brigade Ezzedine al-Qassam, sayap militer Hamas yang menguasai Jalur Gaza.

Ketika PLO mengubah taktik perjuangannya, organisasi Harakat al-Muqawamah al-Islamiyyah (Hamas) memilih berseberangan dengan PLO.

Organisasi yang didirikan pada 1987 ini mengartikulasikan visi negara Islam di seluruh Palestina yang bersejarah.

Hamas menolak Kesepakatan Oslo dan sebagai upaya untuk membatalkan pembicaraan damai, kelompok ini memulai serangkaian serangan bunuh diri terhadap sasaran Israel.

Baca juga: [Cerita Dunia] Sejarah Kartel Sinaloa, dari Penyelundup Jadi Organisasi Kriminal yang Kejam

Sementara itu, Israel terus membangun permukiman di wilayah pendudukan dan Palestina mengimpor senjata dan membangun pasukan keamanan. Keduanya sama-sama melanggar Kesepakatan Oslo.

Akibatnya, pembicaraan terhenti pada tahun 2000 dalam gelombang frustrasi dan saling tuduh.

Tak lama kemudian, calon perdana menteri Likud, Ariel Sharon, mengunjungi Temple Mount (Kompleks Masjid Al-Aqsa) di Yerusalem sebagai pernyataan kedaulatan Israel atas situs suci tersebut.

Kerusuhan pecah, polisi Israel menanggapi dengan kekuatan mematikan, dan kerusuhan dengan cepat menyebar ke seluruh wilayah pendudukan. Intifada kedua telah dimulai.

Baca juga: [Cerita Dunia] John Evans Si Kepala Terkuat di Dunia, Bisa Angkat Mobil dan 96 Orang

Intifada kedua

Perempuan Palestina, dengan menutup mulut menggunakan syah Hamas, emngacungkan tanda victory saat bentrokan dengan tentara Israel di Beit El, dekat ramalla, Tepi Barat, 10 Oktober 2015.AFP PHOTO / ABBAS MOMANI Perempuan Palestina, dengan menutup mulut menggunakan syah Hamas, emngacungkan tanda victory saat bentrokan dengan tentara Israel di Beit El, dekat ramalla, Tepi Barat, 10 Oktober 2015.

Intifada Kedua jauh lebih berdarah dari Intifada Pertama. Gerakan perlawanan itu berlangsung sekitar lima tahun sejak 2000.

Akibatnya, lebih dari 4.300 orang kehilangan nyawa, dan rasio kematian Palestina dan Israel sekitar 3 banding 1.

Pada Maret 2002, menyusul bom bunuh diri yang menewaskan 30 orang, tentara Israel melancarkan operasi militer untuk menduduki kembali Tepi Barat dan sebagian Gaza.

Satu tahun kemudian, Israel mulai membangun pagar penghalang di Tepi Barat untuk menyesuaikan dengan penghalang serupa yang didirikan di Gaza pada 1996.

Baca juga: [Cerita Dunia] Tahun-tahun Menjelang Kematian Putri Diana

Meski kekerasan hampir mereda pada akhir 2005, sejumlah kondisi dalam beberapa hal semakin memburuk.

Aktivitas pemukiman Israel di Tepi Barat terus berlanjut. Israel juga memberlakukan kontrol terhadap pergerakan barang dan warga Palestina.

Selain itu, Otoritas Palestina kehilangan dukungan di tengah tuduhan korupsi yang meluas.

Di sisi lain, banyak warga Palestina sekarang beralih mendukung Hamas. Hamas memenangi pemilu 2006 dan mengambil alih kekuasaan di Gaza pada 2007.

Baca juga: [Cerita Dunia] Kamagasaki, Kota Kumuh di Jepang yang Dihapus dari Peta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perjalanan Hubungan Israel dan Iran, dari Sekutu Jadi Musuh

Perjalanan Hubungan Israel dan Iran, dari Sekutu Jadi Musuh

Internasional
Siapa Pemasok Terbesar Senjata untuk Israel?

Siapa Pemasok Terbesar Senjata untuk Israel?

Internasional
Apa Saja Jenis Persenjataan Militer Israel dan dari Mana Pasokannya?

Apa Saja Jenis Persenjataan Militer Israel dan dari Mana Pasokannya?

Internasional
Seberapa Kuat Militer Iran?

Seberapa Kuat Militer Iran?

Internasional
Serangan Iran ke Israel Tampaknya Direncanakan untuk Gagal

Serangan Iran ke Israel Tampaknya Direncanakan untuk Gagal

Internasional
Bagaimana Israel dan Sekutunya Cegat Lebih dari 300 Rudal dan Drone Iran?

Bagaimana Israel dan Sekutunya Cegat Lebih dari 300 Rudal dan Drone Iran?

Internasional
Seberapa Dekat Israel Singkirkan Hamas?

Seberapa Dekat Israel Singkirkan Hamas?

Internasional
Mengenal Sistem Pertahanan Iron Dome Israel

Mengenal Sistem Pertahanan Iron Dome Israel

Internasional
30 Tahun Genosida Rwanda yang Menewaskan 800.000 Orang

30 Tahun Genosida Rwanda yang Menewaskan 800.000 Orang

Internasional
Seberapa Berpengaruh Greta Thunberg?

Seberapa Berpengaruh Greta Thunberg?

Internasional
Trump Dituduh Menjual Alkitab untuk Kebutuhan Kampanye

Trump Dituduh Menjual Alkitab untuk Kebutuhan Kampanye

Internasional
Belajar dari Cara Taiwan Menghadapi Gempa Bumi

Belajar dari Cara Taiwan Menghadapi Gempa Bumi

Internasional
Korupsi dan Kecurangan Pemilu, Alasan AS Jatuhkan Sanksi pada Zimbabwe

Korupsi dan Kecurangan Pemilu, Alasan AS Jatuhkan Sanksi pada Zimbabwe

Internasional
Bagaimana AI Digunakan Israel Dalam Perang Melawan Hamas?

Bagaimana AI Digunakan Israel Dalam Perang Melawan Hamas?

Internasional
Apa Saja Opsi Iran untuk Membalas Israel, Setelah Jenderalnya Dibunuh?

Apa Saja Opsi Iran untuk Membalas Israel, Setelah Jenderalnya Dibunuh?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com