Keempat, reaksi atas invasi Israel terhadap Lebanon.
Faktor-faktor tersebut menumpuk dan hanya butuh sebuah pematik sehingga membuat kerusuhan berskala besar pecah.
Dan muncullah pemantik itu. Pada 8 Desember 1987, kendaraan militer Israel mengejar mobil yang berisi empat pekerja Palestina di kamp pengungsi Jabalya, sebelah utara Jalur Gaza.
Para pekerja Palestina itu terbunuh sehingga memunculkan protes besar-besaran di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Warga Palestina memboikot setiap produk dan usaha Israel, serta mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan usaha rumahan milik Palestina.
Baca juga: [Cerita Dunia] Freddie dan Truus, Pasukan Remaja Pembunuh Nazi Era Perang Dunia II
Selain itu, di sektor pendidikan dan kesehatan, warga Palestina mengelola universitas, klinik, maupun sekolah secara sembunyi-sembunyi.
Perlawanan tersebut juga terwujud melalui perlawanan fisik.
Sebagian besar perlawanan fisik terjadi selama tahun awal Intifada Pertama. Mulanya, warga Palestina melawan tentara Israel dengan batu dan bom molotov.
Namun, militer dan polisi Israel membalasnya dengan lebih kejam. Warga Palestina tidak tahan hingga akhirnya memakai senapan, granat tangan, dan bahan peledak untuk melawan.
Menurut kelompok hak asasi manusia B'Tselem, hampir 2.000 nyawa hilang akibat kekerasan selama Intifada Pertama dengan rasio kematian Palestina dan Israel sekitar 3 banding 1.
Baca juga: [Cerita Dunia] Satu Orang Selamat dari Tenggelamnya Kapal Selam Inggris pada Perang Dunia II
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.