Sebagian besar orang Israel juga menentang permukiman tersebut dan lebih memilih menemukan cara damai untuk menyelesaikan sengketa tanah mereka dengan Palestina.
Pada Mei 2017, para pemimpin Hamas mempresentasikan dokumen yang mengusulkan pembentukan negara Palestina menggunakan perbatasan yang ditentukan pada 1967, dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya.
Namun, Hamas menolak untuk mengakui Israel sebagai sebuah negara, dan pemerintah Israel segera menolak rencana tersebut.
Pada Mei 2018, ketegangan meletus ketika Kedutaan Besar AS pindah dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Melihat ini sebagai sinyal dukungan Amerika untuk Yerusalem sebagai ibu kota Israel, warga Palestina menanggapi dengan protes di perbatasan Gaza-Israel, yang disambut dengan kekuatan Israel yang mengakibatkan kematian puluhan pengunjuk rasa.
Hingga saat ini, masih banyak masyarakat Palestina mengalami pertumpahan darah, pengungsian, dan ketidakstabilan. Sementara, banyak pemimpin dunia terus bekerja menuju resolusi yang akan menghasilkan perdamaian antara Palestina dan Israel.
Baca juga: Konflik Israel-Palestina: Kenapa Gaza Tampak Kabur di Google Maps?
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.