Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Sejarah Palestina?

Kompas.com - 18/05/2021, 18:15 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber History

Perang Arab-Israel pada 1948 tidak terhindarkan. Lima negara Arab yang terlibat perang saat itu adalah Yordania, Irak, Suriah, Mesir, dan Lebanon.

Pada akhir perang pada Juli 1949, Israel menguasai lebih dari dua pertiga bekas Mandat Inggris. Sementara, kelompok Arab mengambil kontrol di Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Konflik 1948 membuka babak baru dalam perjuangan antara orang Yahudi dan Arab Palestina, yang sekarang menjadi sengketa regional yang melibatkan negara-bangsa dan jalinan kepentingan diplomatik, politik serta ekonomi.

Baca juga: Cek Fakta Konten Klaim Palsu di Tengah Konflik Palestina dan Israel

PLO

Pada 1964, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dibentuk dengan tujuan untuk mendirikan negara Arab Palestina di atas tanah yang sebelumnya dikuasai di bawah Mandat Inggris. PLO dianggap diduduki secara tidak sah oleh Negara Israel.

Meskipun PLO pada awalnya didedikasikan untuk membubarkan negara Israel agar mencapai tujuannya untuk menjadi negara Palestina merdeka, dalam Perjanjian Oslo 1993.

PLO menerima hak Israel untuk berdiri sebagai negara di tanah sengketa tersebut, dengan imbalan pengakuan formal oleh Israel untuk Palestina sebagai negara berdaulat.

Pada 1969, Yasser Arafat adalah Ketua PLO yang sekaligus menjadi pemimpin Palestina yang terkenal. Ia memegang gelar itu hingga dia meninggal pada 2004.

Perang Enam Hari

Perang Enam Hari dipicu selama periode gesekan diplomatik dan pertempuran kecil antara Israel dan kelompok Arab yang bergejolak.

Pada April 1967, bentrokan memburuk setelah Israel dan Suriah bertempur sengit, dengan enam jet tempur Suriah dihancurkan.

Setelah pertempuran pada April, Uni Soviet memberi informasi intelijen kepada Mesir bahwa Israel sedang memindahkan pasukan ke perbatasan utara dengan Suriah, sebagai persiapan untuk invasi skala penuh.

Informasi itu tidak akurat, tetapi telah menggerakkan Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser untuk mengirim pasukan ke Semenanjung Sinai.

Di sana mereka mengusir pasukan penjaga perdamaian PBB yang telah menjaga perbatasan dengan Israel selama lebih dari satu dekade.

Pasukan Pertahanan Israel kemudian melancarkan serangan udara terhadap Mesir pada 5 Juni 1967.

Kedua negara mengklaim bahwa mereka bertindak untuk membela diri dan berlanjut dalam konflik berikutnya, yang menarik Yordania dan Suriah, yang berpihak pada Mesir.

Perang itu kemudian berakhir pada 10 Juni, yang dikenal sebagai Perang Enam Hari dengan kemenangan berada di pihak Israel.

Pada akhir perang, Israel telah menguasai Jalur Gaza, Tepi Barat, Semenanjung Sinai (wilayah gurun yang terletak di antara Laut Mediterania dan Laut Merah), dan Dataran Tinggi Golan (dataran tinggi berbatu yang terletak di antara Suriah dan Israel).

Hasil dari Perang Arab-Israel 1967 menyebabkan ketegangan dan konflik bersenjata yang berkelanjutan antara Israel dan tetangganya selama beberapa dekade mendatang.

Baca juga: Konflik Palestina dan Israel Jadi Perang Narasi di Media Sosial Indonesia

Intifada I dan Perjanjian Oslo

Pada 1987, Intifadah I pecah atas pendudukan Israel yang sedang berlangsung di Gaza dan Tepi Barat. Kelompok milisi Palestina memberontak, dan ratusan orang tewas.

Proses perdamaian berikutnya, yang dikenal sebagai Perjanjian Damai Oslo, dimulai pada awal 1990-an dalam upaya multilateral untuk mengakhiri tindak kekerasan.

Kesepakatan Oslo pertama (Oslo I) membuat proses perdamaian Timur Tengah dan rencana pembentukan pemerintahan sementara Palestina di beberapa bagian Gaza dan Tepi Barat

Perjanjian tersebut ditandatangani pada 1993 dan disaksikan oleh Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin dan pemimpin Palestina Yasser Arafat.

Pada 1994, Arafat kembali ke Gaza setelah diasingkan selama 27 tahun. Dia mengepalai Otoritas Palestina yang baru dibentuk.

Pada 1995, Oslo II meletakkan dasar untuk penarikan penuh pasukan Israel dari beberapa bagian Tepi Barat dan daerah lain. Itu juga mengatur jadwal pemilihan Dewan Legislatif Palestina.

Halaman:
Sumber History


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com