Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perempuan Berdaya: Ambisi Ratu Isabella I di Balik Runtuhnya Kerajaan Muslim di Spanyol

Kompas.com - 13/05/2021, 04:27 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Ratu Isabella I adalah wanita berpengaruh yang menyatukan berbagai wilayah Spanyol dan menjadikannya sebagai kekuatan terkemuka di Eropa dan Amerika.

Ratu Isabella I dikenal sebagai umat Katolik yang taat, di antara orang-orang sezamannya.

Dia adalah raja yang efektif dalam membawa hukum dan ketertiban yang lebih besar ke negara dan memiliki reputasi untuk mempromosikan keadilan dari pada belas kasihan.

Bersama suaminya Raja Ferdinand, dia mendirikan Inkuisisi Spanyol, untuk menyelidiki praktik agama yang dianggap mereka sesat, seperti yang dilansir dari Biography Online. 

Baca juga: Perempuan Berdaya: 7 Wanita Berpengaruh dari Zaman Keemasan Peradaban Islam

Masa muda

Isabella I lahir pada 1451 di Madrigal di Kerajaan Kastila (bagian dari Spanyol).

Saudara tirinya Henry IV adalah Raja Kastila, dan dia berharap Isabella menikah dengan Raja Portugal dalam pernikahan yang nyaman.

Sebelumnya, Henry IV berencana menjadikan Isabella penggantinya. Namun, Isabella tidak menyukai saudara tirinya itu.

Akhirnya pada usia 18 pada 1469, ia menikah dengan Pangeran Ferdinand, pewaris Kerajaan Aragon, sebuah kerajaan tetangga di Spanyol.
Akibatnya, Henry IV mencabut hak saudara perempuan tirinya demi putrinya sendiri Juana.

Pada 1474, Henry IV meninggal, dan ini menyebabkan konflik antara pendukung Isabella dan Juana untuk tahta Kastila.

Awalnya, Isabella I hanya memiliki sedikit pendukung di antara penguasa Kastila, tetapi pada Desember 1474, dia memiliki kepercayaan diri untuk dinobatkan sebagai ratu.

Pada saat itu, tidak biasa bagi wanita untuk mengambil pendekatan yang begitu aktif dalam urusan negara. Dia adalah pelopor untuk ratu yang kuat dan berpengaruh.

Pada 1474, suaminya Ferdinand menjadi Raja Aragon. Mereka setuju untuk memerintah bersama, menjadi pasangan yang efektif yang akan mendiskusikan keputusan dan tindakan.

Aturan bersama mereka menyebabkan peningkatan sentralisasi dan penyatuan kerajaan Spanyol yang efektif.

Baca juga: [Biografi Tokoh Dunia] Al-Ghazali, Filsuf Muslim Abad Pertengahan

Penaklukan kembali

Setelah menduduki takhta bersama, salah satu tujuan Isabella I dan Ferdinand adalah menyelesaikan reconquista atau penaklukan kembali.

Mereka ingin menaklukan kembali Spanyol yang saat itu berada di bawah kekuasaan kerajaan Muslim.

Targetnya adalah penaklukan Kerajaan Grenada, yang saat itu masih di bawah kekuasaan bangsa Moor yang beragama Muslim di Spanyol.

Menurut catatan sejarahnya, Isabella I dan Ferdinand menghabiskan waktu 9 tahun untuk menaklukan Kerajaan Grenada.

Kerajaan Grenada yang terus digempur, akhirnya pada 1492, berhasil dikalahakan oleh tentara Kerajaan Kastila. Itu juga menandai akhir dari kejayaan Islam di Spanyol.

Meskipun telah menandatangani perjanjian damai yang memberi umat Islam berhak untuk menjalankan agama mereka, tapi ambisi ekstrem Isabella I dan Ferdinand menyebabkan janji itu kemudian dilanggar.

Umat Islam dipaksa untuk memilih pindah agama atau meninggalkan negara itu.

Baca juga: Perempuan Berdaya: 7 Legenda Wanita Bersejarah dalam Islam

Inkusisi Spanyol

Di awal pemerintahan mereka, pada 1478, mereka membentuk Inkuisisi, pengadilan gerejawi yang memiliki kekuatan luar biasa untuk menginterogasi dan menyiksa saksi yang dicurigai melakukan bidah agama mereka.

Inkuisisi tersebut dipimpin oleh pengaku iman yang fanatik, Thomas de Torquemada, yang ditunjuk Ratu Isabella I.

Inkuisisi disetujui oleh Vatikan, tetapi Isabella I dan Ferdinand mengembangkan kendali menjadi lebih kuat atas arahan mereka.

Dalam praktiknya, hal itu menjadi cara yang efektif untuk mengontrol kesetiaan rakyat kepada Monarki Katolik dan negara Spanyol tersebut.

Inkuisisi secara bertahap cakupannya melebar selama pemerintahan mereka, ribuan orang ditangkap serta menjadi sasaran penyiksaan dan hukuman.

Sasarannya meliputi mantan Muslim dan Yahudi yang dicurigai menjalankan agama lama mereka.

Mereka menangkap siapa saja yang dianggap memiliki pandangan "tidak ortodoks" tentang agama Katolik.

Kekuatan inkuisisi sangat berhasil dalam membungkam oposisi apapun, termasuk raja terdahulu baik atas dasar agama maupun politik.

Akibatnya, penguasa feodal Spanyol kehilangan sebagian besar pengaruhnya.

Selain itu, juga menghambat perkembangan penemuan intelektual karena orang-orang takut bahwa mengungkapkan sudut pandang yang berbeda, bahkan dalam sains atau seni dapat menjadi sasaran penyelidikan dan terancam hukuman.

Beberapa ahli berpendapat bahwa inkuisisi memiliki dampak jangka panjang di Spanyol, memperlambat inovasi dan penemuan selama beberapa abad berikutnya.

Inkuisisi juga salah satu alasan mengapa Protestantisme tidak pernah masuk di Spanyol.

Pada 1492, inkuisisi mulai menargetkan komunitas Yahudi. Semua dari 80.000 orang Yahudi di Spanyol dipaksa untuk pindah agama atau meninggalkan negara itu.

Banyak orang Yahudi tewas selama proses pengusiran mereka dan kerugian itu berdampak pada perekonomian.

Baca juga: [Biografi Tokoh Dunia] Ibnu Khaldun, Sejarawan Muslim Peletak Dasar Ilmu Sosial Dunia

Penaklukan Amerika

Salah satu momen paling penting dalam pemerintahan Ratu Isabella I adalah ketika ia setuju untuk mensponsori ekspedisi Genevian Christopher Columbus ke Amerika pada 1492.

Meskipun hanya meminta sejumlah kecil modal, banyak orang telah menolak mensponsori Columbus.

Keputusan Isabella untuk memberikan izin kepada Columbus memiliki maksud agar memungkinkan Spanyol untuk memulai lebih dulu pengeklaiman tanah di Amerika.

Secara teknis, Columbus bukanlah orang Eropa pertama yang mencapai tanah Amerika, tetapi misi Columbus sangat penting menurut Ratu Isabella I.

Sebab, itu mengarah pada pemukiman Eropa pertama dan didorong oleh keberhasilan Columbus, segera muncul lebih banyak petualang yang ingin berlayar melintasi Atlantik dengan harapan mendulang ketenaran.

Kematian

Ratu Isabella I dari Kastila meninggal pada 24 November 1504, setelah lama sakit. Dia menderita demam dan sakit gembur-gembur.

Selama 50 hari terakhir, dia sering berdoa dan menulis surat wasiat yang memberitahu penerusnya, untuk melanjutkan warisannya dalam menghormati dan membela Gereja, melanjutkan inkuisisi dan perang melawan "bidah bejat".

Dia juga menyerukan penaklukan Afrika. Sehari sebelum kematiannya, ia meminta agar orang India di Amerika diperlakukan dengan adil.

Baca juga: [KISAH INSPIRASI ISLAM] Raja Abyssinia, Seorang Kristiani yang Lindungi Kaum Muslim dari Aniaya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Internasional
Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Internasional
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Internasional
Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Internasional
Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Internasional
Apa Status Palestina di PBB?

Apa Status Palestina di PBB?

Internasional
Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Internasional
Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Internasional
Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Internasional
Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Internasional
Mengapa Banyak Sekali Tentara Rusia Tewas di Ukraina?

Mengapa Banyak Sekali Tentara Rusia Tewas di Ukraina?

Internasional
Kecerdikan dan Kegigihan Hamas dalam Memperoleh Senjata

Kecerdikan dan Kegigihan Hamas dalam Memperoleh Senjata

Internasional
Sosok Uskup Korban Penusukan Dalam Aksi Terorisme di Australia

Sosok Uskup Korban Penusukan Dalam Aksi Terorisme di Australia

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com