KOMPAS.com - Perang antara Israel dan tetangganya pecah sejak lebih dari lima dekade lalu. Meski perang ini hanya berlangsung selama enam hari, tetapi pengaruhnya bertahan hingga hari ini di Timur Tengah.
Pada akhir 1948, tetangga Arab Israel sudah menginvasi wilayah lain untuk mencoba menghancurkan negara baru, dan gagal.
Baca juga: Israel Gelar Serangan Udara ke Jalur Gaza, 20 Orang Tewas
Tentara Mesir turut terpukul. Tetapi pasukan, yang mengelilingi tanah yang dikenal sebagai “kantong Falluja” ini, menolak untuk menyerah.
Sekelompok perwira muda Mesir dan Israel mencoba memecah kebuntuan. Di antara mereka adalah Yitzhak Rabin, seorang ahli militer Israel (26 tahun), yang menjadi kepala operasi di front selatan, dan Mayor Mesir Gamal Abdel Nasser (30 tahun).
Hanya beberapa tahun setelah Nazi membunuh enam juta orang Yahudi, impian mendirikan negara di tanah air alkitabiah mereka menjadi kenyataan.
Orang Palestina menyebut 1948 sebagai "al-Nakba", atau "The Catastrophe" (malapetaka). Sejak perang itu, 750.000 orang Palestina melarikan diri atau diusir dari tanah yang menjadi kini Israel, dan mereka tidak pernah diizinkan kembali.
Sementara bagi orang Arab, kalah dari Israel (negara muda saat itu), punya dampak seismik ke sektor politik yang menyebabkan pergolakan selama bertahun-tahun.
Merasa marah atas kekalahan itu, perwira militer yang dipermalukan merebut kekuasaan di negaranya masing-masing.
Suriah mengalami kudeta militer reguler. Empat tahun setelah perang berakhir, Nasser memimpin sekelompok perwira muda yang menggulingkan raja Mesir.
Pada 1956, Nasser menjadi presiden. Pada tahun yang sama, dia menantang Inggris, Perancis, dan Israel dalam krisis Suez, dan menjadi pahlawan dan pemimpin dunia Arab.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.