Sultan Mehmed II tetap menjadikan Hagia Sophia sebagai bangunan suci, diubahnya dari gereja menjadi masjid ditandai dengan adanya ritual seorang ulama kepercayaan sang Sultan mengucap syahadat pada bagian altar gereja.
"Ucapan syahadat kemudian menandai berubahnya Hagia Sophia dari gereja utama Kekaisaran Romawi Timur menjadi masjid resmi Kesultanan Ustmaniyyah," kata Farkhan menceritakan.
Saat penaklukkan Konstantinopel, banyak bagian dari Hagia Sophia yang rusak parah. Sultan Mehmed II lantas memerintahkan renovasi dan restorasi.
Mengembalikan keagungan bangunan suci ini, diubahnya altar menjadi mihrab, merubah kiblat ke arah Mekah dan mulai memerintahkan masjid diisi dengan syiar Islam.
Baca juga: [KISAH INSPIRASI ISLAM] Meneladani Sifat Umar bin Khattab
Meskipun sebagian mozaik yang menyimbolkan kekristenan diubah menjadi mozaik Islami dengan menyamarkannya menjadi bentuk-bentuk geometri, mozaik bergambar manusia ditutup dengan warna polos baru dihiasi dengan kaligrafi-kaligrafi ayat-ayat suci Alquran.
Dengan demikian mozaik-mozaik dengan banyak simbol kekristenan tetap ada dan terjaga, sementara kaligrafi yang melambangkan Islam pun tetap terlukis.
"Kesultanan Ustmaniyyah merawat warisan ini tanpa merusaknya, menjaga warisan sejarah kristen sekaligus menunjukkan kebesaran napas Islam," ujar Farkhan.
Hagia Sophia, sebelum diambi alih oleh Sultan Mehmed II sebagai masjid pada 1453 M, bangunan ini adalah gereja terbesar umat Kristen Bizantium dari 537-1055 M.
Lalu dari 1054-1204 M berubah menjadi gereja ortodoks Yunani. Pada 1204-1261 M gereja ini diambil alih oleh Agama Katolik Roma. Pada 1261-1453 M, gereja ini kembali menjadi Katedral Kristen Ortodoks Yunani.
Baca juga: Hagia Sophia Jadi Masjid, Yunani dan Turki Perang Komentar
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.