Israel juga telah membangun setidaknya 12 permukiman ilegal khusus Yahudi yang dibentengi di Yerusalem Timur.
Sekitar 200.000 warga Israel ditampung di sana. Pemerintah Israel juga menolak izin bangunan Palestina dan menghancurkan rumah mereka, sebagai hukuman karena membangun secara ilegal.
Baca juga: Tentara Israel Bunuh 2 Warga Palestina, Lukai Seorang Lainnya
Bagi umat Islam, tempat itu merupakan situs tersuci ketiga umat Islam, Masjid Al-Aqsa, dan Kubah Batu. Bangunan abad ketujuh tersebut diyakini sebagai tempat Nabi Muhammad naik ke surga.
Orang-orang Yahudi percaya bahwa kompleks itu adalah tempat kuil-kuil Yahudi yang Alkitabiah.
Tetapi hukum Yahudi dan Rabbinate Israel melarang orang Yahudi memasuki kompleks dan berdoa di sana, karena dianggap terlalu suci untuk diinjak.
Tembok Barat kompleks itu, yang dikenal sebagai Tembok Ratapan bagi orang Yahudi, diyakini sebagai sisa terakhir dari Kuil Kedua.
Sementara umat Islam menyebutnya sebagai Tembok al-Buraq, dan percaya bahwa di situlah Nabi Muhammad mengikat al-Buraq, binatang yang digunakan untuk naik ke langit dan berbicara kepada Tuhan.
Baca juga: Jenderal Iran Sesumbar Israel Bisa Dikalahkan dengan 1 Pukulan
Sejak 1967, Yordania dan Israel sepakat bahwa kepercayaan Islam, akan memiliki kendali atas urusan di dalam kompleks. Sementara Israel akan mengontrol keamanan eksternal.
Non-Muslim akan diizinkan masuk ke situs selama jam kunjungan, tetapi tidak diizinkan untuk beribadah di sana.
Tetapi gerakan Kuil Yahudi yang meningkat, seperti Temple Mount Faithful dan Temple Institute, menantang larangan pemerintah Israel untuk mengizinkan orang Yahudi memasuki kompleks tersebut.
Mereka berniat membangun kembali Kuil Yahudi Ketiga di kompleks tersebut.
Al Jazeera melaporkan kelompok itu didanai oleh anggota pemerintah Israel, meskipun pemerintahannya mengklaim ingin mempertahankan status quo di situs tersebut.
Pasukan Israel secara rutin mengizinkan kelompok-kelompok, beberapa dari ratusan, pemukim Yahudi yang tinggal di wilayah Palestina untuk turun ke kompleks Al-Aqsa di bawah perlindungan polisi dan tentara.
Tindakan ini memicu ketakutan Palestina akan pengambilalihan kompleks oleh Israel.
Pada 1990, Temple Mount Faithful menyatakan akan meletakkan landasan bagi Kuil Ketiga di tempat Kubah Batu.
Kerusuhan akhirnya pecah yang mengakibatkan 20 orang Palestina tewas oleh polisi Israel.
Pada 2000, politisi Israel Ariel Sharon memasuki situs suci ditemani oleh sekitar 1.000 polisi Israel. Dia dengan sengaja mengulang klaim Israel atas wilayah yang diperebutkan itu.
Kejadian itu bertepatan dengan negosiasi perdamaian yang ditengahi AS oleh Perdana Menteri Israel Ehud Barak, dan pemimpin Palestina Yasser Arafat. Perundingan dilakukan untuk membicarakan bagaimana kedua belah pihak bisa berbagi Yerusalem.
Masuknya Sharon ke kompleks tersebut memicu Intifada Kedua, yang menewaskan lebih dari 3.000 orang Palestina dan sekitar 1.000 orang Israel.
Baca juga: Pemilu Pertama Palestina dalam 15 Tahun Ditunda, Presiden Salahkan Israel
Pada Mei 2017, kabinet Israel mengadakan pertemuan mingguan di terowongan di bawah Masjid Al-Aqsa, pada peringatan 50 tahun pendudukan Israel di Yerusalem Timur.
Kegiatan itu diklaim "untuk menandai pembebasan dan penyatuan Yerusalem," sebuah langkah yang membuat marah warga Palestina.