Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[Cerita Dunia] Freddie dan Truus, Pasukan Remaja Pembunuh Nazi Era Perang Dunia II

Kompas.com - 03/05/2021, 10:25 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber History

Sang komandan meminta izin kepada sanag ibu untuk merekrut kedua putrinya menjadi anggota perlawanan Haarlem.

Ibu mereka setuju dan Oversteegen bersaudara juga setuju untuk bergabung.

“Baru kemudian dia memberi tahu kami apa yang sebenarnya harus kami lakukan, yaitu menyabotase jembatan dan jalur kereta api,” kata Truus kepada Jonker.

"Dan belajar menembak, untuk menembak Nazi," tambahnya.

"Saya ingat saudara perempuan saya berkata, 'Ya, itu adalah sesuatu yang belum pernah saya lakukan sebelumnya!" lanjutnya.

Seperti yang dikatakan sang komandan, Freddie dan Truus belajar menembak Nazi. Kemudian, mereka mulai melakukan misi pembunuhan.

Dalam suatu misi, Truus telah membujuk seorang perwira Schutzstaffel (SS) ke dalam hutan, sehingga seorang dari kelompok perlawanan dapat menembaknya.

Baca juga: [Cerita Dunia] Sejarah Patung Liberty, Awalnya Dipasang di Terusan Suez

Kemudian, mereka fokus pada pembunuhan kolaborator Belanda yang menangkap atau membahayakan pengungsi dan anggota perlawanan Yahudi.

"Mereka bukan gadis-gadis biasa," kata Bas von Benda-Beckmann, mantan peneliti di Institut Studi Perang, Holocaust, dan Genosida Belanda.

“Ada banyak perempuan yang terlibat dalam perlawanan di Belanda, tetapi tidak sebanyak yanag dilakukan gadis-gadis ini. Tidak banyak contoh wanita yang benar-benar menembak kolaborator itu sendiri," terang

Freddie dikenal sangat pandai dalam membuntuti target atau mengawasi selama misi, karena dia terlihat sangat muda dan tidak mudah dicurigai, menurut riwayatnya dalam cerita dunia.

Kedua saudara perempuan itu menembak untuk membunuh, tetapi mereka tidak pernah mengungkapkan berapa banyak Nazi dan kolaborator Belanda yang mereka bunuh.

Benda-Beckmann mengatakan bahwa terkadang mereka mengikuti target ke rumahnya untuk membunuhnya, atau menyergap mereka dengan sepeda mereka.

Tugas mereka yang lain di Kelompok Perlawanan Haarlem termasuk "membawa (pengungsi) Yahudi ke tempat persembunyian baru, bekerja di rumah sakit darurat di Enschede...(dan) meledakkan jalur kereta api antara Ijmuiden dan Haarlem," tulis Jonker.

Pada 1943, mereka bergabung dengan wanita muda lainnya, Hannie Schaft.

Baca juga: [Cerita Dunia] Sejarah Kartel Sinaloa, dari Penyelundup Jadi Organisasi Kriminal yang Kejam

Halaman:
Sumber History
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com