Pada 1091, Nizam al-Mulk mempromosikan Al-Ghazali menjadi guru besar di madrasah Nizamiyya di Baghdad.
Namun, 4 tahun kemudian, pada 1095, Al-Ghazali mengalami krisis spiritual. Guru besar ini lalu meninggalkan kariernya di Baghdad untuk pergi berziarah ke Mekkah.
Dia menghabiskan beberapa waktu di Damaskus dan Yerusalem, dalam perjalanannya mengunjungi Mekkah dan Madinah pada 1096.
Pada 1096, Al-Ghazali kembali ke Tus menghabiskan beberapa tahun berikutnya dalam pengasingan, yang tidak mengikuti ajaran yang disokong oleh negara.
Namun, Al-Ghazali tetap menerbitkan karya, menerima tamu, serta mengajar di madrasah swasta dan biara Sufi yang dibangunnya.
Wazir Agung Ahmad Sanjar, Fahr al-Mulk, mendesak Ghazali untuk kembali ke Nizamiyya di Nishapur. Awalnya, ia bersikeras menolak, tetapi akhirnya diterimanya pada 1106.
Baca juga: [Biografi Tokoh Dunia] John Philip Holland, Pencipta Kapal Selam Modern
Selama hidup al-Ghazali ia menulis lebih dari 70 buku tentang sains, filsafat Islam, dan tasawuf.
Al-Ghazali menerbitkan bukunya The Incoherence of Philosophers, hal ini ditandai sebagai titik balik dalam epistemologi Islam.
Pandangan skeptisismenya membuat Al-Ghazali membentuk keyakinan bahwa semua peristiwa dan interaksi bukanlah produk dari konjungsi material, melainkan kehendak Tuhan yang hadir dan langsung.
Karya Al-Ghazali lainnya yang paling terkenal adalah Ihya "Ulum al-Din" atau Kebangkitan Ilmu Agama. Karya tersebut mencakup hampir semua bidang ilmu Islam.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.