Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Sukses Rwanda sebagai Negara Termiskin di Dunia dalam Tangani Covid-19

Kompas.com - 20/04/2021, 14:29 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Editor

Sumber ABC

"Jika Anda ingin orang mematuhi dan melindungi diri mereka sendiri, keluarga mereka, komunitas mereka, dan seluruh bangsa, Anda perlu menyediakan perawatan dasar," kata Dr Sabin.

Skema asuransi kesehatan yang berbasis komunitas juga melindungi hampir semua orang Rwanda.

"Pendekatan kesetaraan yang sistematis membuat semua orang bekerja sama dalam semangat solidaritas."

"Demikiankah bagaimana dengan sedikit uang, kami yang kurang kaya jika dibandingkan tetangga kami di Tanzania dan Kenya, bisa memiliki hasil yang lebih baik dalam mengelola Covid-19," katanya.

Baca juga: Promosikan Akar Beracun untuk Obat Covid-19, Kirgiztan Dibanjiri Kritik

Mengapa nasionalisme vaksin Barat mungkin menghambat kesuksesan

Tetapi bahkan dengan hasil yang mengesankan seperti itu, satu-satunya jalan keluar dari pandemi ini adalah memastikan akses global ke vaksinasi.

Ketika negara-negara bersaing untuk mendapatkan pasokan dan menyuntikkan vaksin, nasionalisme vaksin muncul dan menunda akses ke negara-negara Afrika.

Di bawah inisiatif Covax, Rwanda menerima pengiriman pertama hampir 350.000 dosis vaksin AstraZeneca-Oxford pada awal Maret.

 

Dr Sabin mengatakan, perkembangan terbaru mengenai tes rapid antigen yang secepat dan sepraktis tes kehamilan juga telah membuat banyak perbedaan.

Rwanda memiliki populasi yang relatif muda dan dinamis, dan berbatasan dengan Tanzania, Burundi, Republik Demokratik Kongo, dan Uganda.

Adalah para pengemudi truk yang telah membawa virus corona ke wilayah Afrika Timur dan Rwanda telah bekerja sama dengan negara-negara tetangganya untuk memitigasi risiko tersebut.

"Ini bukan tugas yang mudah," kata Dr Sabin.

"Anda harus membangun laboratorium berjalan di perbatasan yang hasilnya bisa dilihat tanpa orang-orang harus menunggu berhari-hari."

"Kami sekarang bisa memberikan hasil tes dalam kurun waktu enam sampai sembilan jam."

Di masa awal munculnya wabah Covid-19, hanya ada satu laboratorium dan 6 orang di seluruh negara ini yang terlatih untuk menangani tes PCR.

"Hanya dalam beberapa bulan...kami mampu meningkatkan kapasitas tes dan membuka 12 laboratorium PCR di seluruh negara. Setiap provinsi punya satu laboratorium."

Dari 200 tes per hari pada Maret tahun lalu, mereka kini telah melakukan lebih dari 10.000 tes dalam sehari.

Dr Sabin mengatakan, perkembangan terbaru mengenai tes rapid antigen yang secepat dan sepraktis tes kehamilan juga telah membuat banyak perbedaan.

Dalam kurun waktu sembilan hari, sekitar seperempat juta orang sudah divaksinasi.

Helikopter-helikopter milik militer angkatan darat dikerahkan untuk mendistribusikan dosis sampai ke tempat-tempat yang paling terpencil.

Baca juga: Belajar dari Tsunami Kasus Covid-19 di India: Terlena Pangkal Petaka

Orang-orang yang paling rentan terinfeksi atau rentan meninggal dunia telah diprioritaskan, tetapi masih perlu menunggu untuk melihat apakah Rwanda akan menerima cukup vaksinasi untuk seluruh populasi.

Negara-negara Afrika sering direkrut oleh perusahaan farmasi untuk menjadi kelinci percobaan dalam uji coba obat-obatan, seperti yang mereka jalani untuk vaksin Oxford/AstraZeneca Covid-19, tetapi terlalu sering ini bukan berarti mereka mendapat akses yang tepat waktu ke obat yang dihasilkan.

Dr Agnes Binagwaho yakin negara Barat, yang pajaknya berkontribusi pada pengembangan vaksin Covid-19, juga akan mengalami kerugian kecuali vaksin didistribusikan secara luas dan adil.

"Perusahaan farmasi besar telah menggunakan uang orang-orang untuk mengembangkan sesuatu yang tidak melindungi mereka ... Farmasi besar memutuskan untuk mempertahankan keuntungan.

"Ini adalah upaya global, ini bukan hanya farmasi besar, ini adalah pajak Anda, uang Anda, dan untuk dilindungi...orang-orang di seluruh dunia harus divaksinasi, sehingga kita bisa menghasilkan kemajuan dalam mewujudkan herd immunity."

Dr Sabin Nsanzimana menunjukkan keberhasilan Afrika dalam memproduksi obat anti-retroviral untuk pengobatan HIV, dan juga ingin melihat produksi lokal vaksin Covid-19.

"Itu adalah sesuatu yang harus diprioritaskan dalam konteks Afrika," katanya.

"Ini adalah situasi yang sama-sama menguntungkan, karena kita menghadapi musuh bersama.

"Mencegah (virus) datang kepada Anda atau mencegah (penyebaran) dari Anda kepada orang lain adalah cara terbaik kita dapat mengakhiri situasi ini secara global."

Baca juga: Perawat Brasil Bentuk Genggaman Palsu untuk Tenangkan Pasien Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Sumber ABC
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com