Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Sukses Rwanda sebagai Negara Termiskin di Dunia dalam Tangani Covid-19

Kompas.com - 20/04/2021, 14:29 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Editor

Sumber ABC

Pendekatan Rwanda terhadap strategi pandemi Covid-19 juga menuai kritik yang signifikan dari kelompok-kelompok, seperti Human Rights Watch, yang mengutuk "taktik otoriter pemerintah untuk menegakkan langkah-langkah kesehatan masyarakat".

Baca juga: Pangeran Harry Jalani Karantina Covid-19 dan Diperkirakan Segera Pulang ke California

Membangun kembali kepercayaan

Dr Agnes membantu membangun kembali sistem kesehatan dari nol saat dia berada di bawah kabinet pimpinan Presiden Paul Kagame sampai 2016.

"(Petugas kesehatan) telah dibunuh, atau mereka meninggalkan negara ini karena mereka takut akan dibunuh, atau karena mereka adalah pembunuh," katanya.

Tujuannya adalah memberikan layanan kesehatan dari, untuk, dan oleh masyarakat.

Petugas kesehatan dipilih oleh warga setempat di seluruh negeri, dan kepercayaan yang mereka peroleh telah menjadi kunci dari kesuksesan Rwanda dalam manjemen pandemi Covid-19.

"Para tenaga kesehatan dari komunitas itu sangat krusial," kata Agnes yang sekarang menjabat sebagai vice-chancellor di University of Global Health Equity.

Tingkat vaksinasi anak-anak Rwanda hampir universal, kematian bayi menurun, dan harapan hidup meningkat.

Di Australia, kegagalan untuk mengekang wabah Covid-19 di Victoria salah satunya disebabkan oleh sistem kesehatan masyarakat yang kekurangan sumber daya manusia dan terlalu terpusat setelah mengalami pemotongan anggaran selama beberapa dekade.

Rwanda memiliki sistem kesehatan yang lebih terdistribusi dengan beberapa kesamaan dengan model "distrik kesehatan lokal" yang berhasil digunakan di New South Wales untuk membantu mengekang wabah.

Tim berbasis komunitasnya melakukan tes Covid-19, membantu pelacakan kontak dan mendukung mereka yang terinfeksi, yang merupakan layanan gratis untuk orang Rwanda.

Dr Sabin Nsanzimana mengatakan komunikasi yang cepat dari data yang terbaru dan basis sains, serta solidaritas di antara petugas kesehatan, telah menjadi kunci penanganan di Rwanda.

"Saya bisa berbicara dengan para dokter atau kepala rumah sakit dalam waktu satu jam dan kami sudah bisa menyepakati sesuatu."

"Mungkin di negara-negara besar yang memiliki sistem dan struktur kesehatan yang lebih rumit, hal itu bisa menjadi tantangan tersendiri."

Baca juga: India Kehabisan Stok Vaksin Covid-19, Pasokan Global Makin Kritis

Bertindak cepat

Pada awal Januari tahun lalu, hampir dua bulan sebelum Organisasi Kesehatan Dunia secara resmi menyatakan Covid-19 sebagai pandemi global, Rwanda sudah menghentikan pesawat dengan tujuan China.

Negara lain gagal bertindak gesit, sehingga virus corona tersebut bisa menyebar tanpa hambatan.

"Jika negara seserius China mengatakan hati-hati, dan itu ada di situs web mereka; soal besar, kecepatan, dan penyebaran virus," kata Dr Binagwaho.

"Kami mengambil tindakan cepat karena dengan tingkat perjalanan dan kedatangan turis ke sini, kami berisiko.

"Dunia memiliki cukup informasi untuk bertindak sejalan dengan sains."

Rwanda memiliki populasi yang relatif muda dan dinamis, dan berbatasan dengan Tanzania, Burundi, Republik Demokratik Kongo, dan Uganda.

Adalah para pengemudi truk yang telah membawa virus corona ke wilayah Afrika Timur dan Rwanda telah bekerja sama dengan negara-negara tetangganya untuk memitigasi risiko tersebut.

"Ini bukan tugas yang mudah," kata Dr Sabin.

"Anda harus membangun laboratorium berjalan di perbatasan yang hasilnya bisa dilihat tanpa orang-orang harus menunggu berhari-hari."

"Kami sekarang bisa memberikan hasil tes dalam kurun waktu enam sampai sembilan jam."

Di masa awal pandemi, hanya ada satu laboratorium dan enam orang di seluruh negara ini yang terlatih untuk menangani tes PCR.

"Hanya dalam beberapa bulan...kami mampu meningkatkan kapasitas tes dan membuka 12 laboratorium PCR di seluruh negara. Setiap provinsi punya satu laboratorium."

Dari 200 tes per hari pada Maret tahun lalu, mereka kini telah melakukan lebih dari 10.000 tes Covid-19 dalam sehari.

"Menjadi sedikit lebih miskin karena kamu menyelamatkan dirimu, ini sebenarnya bukan hal yang dramatis."

"Telah terbukti bahwa di negara-negara yang tidak mempedulikan mereka yang rentan...Anda tidak akan menghormati lockdown untuk menyelamatkan orang-orang yang lebih kaya dari Anda."

Seperti Australia, pemerintah Rwanda memberlakukan jaring pengaman finansial, termasuk membekukan kewajiban membayar angsuran ke bank dan menghentikan penggusuran penyewa properti oleh pemilik.

Halaman:
Baca tentang
Sumber ABC
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com