Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perempuan Berdaya: 5 Petarung Wanita dari Zaman Kuno yang Mengukir Sejarah

Kompas.com - 14/04/2021, 19:15 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Dia menggunakan kemampuannya dengan baik untuk berlaga di medan perang.

Dia bertempur dalam perang saudara di Jepang, yang mengarah pada pembentukan pemerintahan shogun (diktator militer) pertama di negara itu, sistem politik yang akan memerintah Jepang dari 1180-an hingga 1868.

Bukan hal yang aneh bagi wanita di Jepang untuk menerima pelatihan militer, dan selama berabad-abad, wanita dari kelas samurai diajari ilmu pedang, memanah, dan penggunaan polearm.

Umumnya, itu adalah pelatihan defensif bagi perempuan untuk melindungi diri mereka sendiri dan rumah tangga mereka tanpa kehadiran laki-laki.

Namun, Tomoe ingin menguji keberanian dan latihannya dalam pertempuran, jadi dia mencari karir aktif sebagai seorang pejuang, dan diterima dalam pelayanan seorang jenderal bernama Minamoto Yoshinaka.

Seperti yang dijelaskan oleh orang-orang sezamannya, “Tomoe sangat cantik, dengan kulit putih, rambut panjang, dan fitur menawan."

"Dia juga seorang pemanah yang sangat kuat. Dan sebagai seorang pendekar wanita, dia adalah seorang pejuang yang bernilai seribu orang, siap untuk menghadapi iblis atau dewa, berkuda atau berjalan kaki."

"Dia menangani kuda dengan keterampilan yang luar biasa. Dia mengendarai tanpa cedera."

"Setiap kali pertempuran akan segera terjadi, Yoshinaka mengirimnya keluar sebagai pemimpin pertamanya, dilengkapi dengan baju besi yang kuat, pedang yang sangat besar, dan busur yang kuat. Dan dia melakukan lebih banyak keberanian dari pada prajurit lainnya.”

Kemampuan terbesarnya terekspos saat pertempuran Awazu, ketika dia menjadi bagian dari pasukan kecil yang terdiri dari 300 samurai yang diserang oleh pasukan berjumlah 6.000 orang.

Tak gentar, perempuan berdaya itu tetap bertarung dnegan mengerahkan semua keberanian dan keterampilannya yang ekstrem dalam melawan rintangan yang luar biasa hingga pertarungan itu hanya menyisakan Tomoe, komandan jenderalnya, Yoshinaka, dan 5 prajurit lainnya.

Dengan akhir yang semakin dekat, Yoshinaka memerintahkan Tomoe untuk meninggalkan medan perang. Dia berpendapat akan memalukan baginya untuk mati bersama seorang wanita.

Dengan enggan, dia menurut, memenggal satu prajurit musuh lagi dalam perjalanan pulangnya. Setelah itu, dia menghilang dari sejarah.

Baca juga: Perempuan Berdaya: 7 Legenda Wanita Bersejarah dalam Islam

4. Joan of Arc

Joan of Arc dikenal sebagai pahlawan nasional Perancis dan Maid of Orleans. Menurut catatan sejarah, ia hidup sekitar 1412 hingga 1431.

Ia adalah salah satu petarung wanita paling terkenal di dunia sepanjang masa.

Sebagai seorang gadis remaja, dia memimpin pasukan Perancis menuju kemenangan melawan penjajah Inggris yang mengamuk selama Perang Seratus Tahun.

Bertempur di depan pasukannya, dia memenangkan serangkaian kemenangan ajaib yang menghidupkan kembali semangat nasional Perancis, dan mengubah gelombang perang.

Lahir dari keluarga petani di Lorraine, Joan terkenal karena kesalehannya sejak kecil.

Saat remaja, dia mulai dituntun menjadi petarung wanita untuk menyelamatkan Perancis dari dominasi Inggris.

Pada usia 16 tahun, Joan meninggalkan rumah dengan dipandu oleh suara dan penglihatan dari para orang suci, melakukan perjalanan untuk bergabung dengan Dauphin.

Pada 1429, dia meyakinkan ahli waris Perancis untuk memberinya pasukan, untuk membantu pasukan Perancis yang dikepung oleh Inggris di Orleans.

Diberkahi dengan keberanian mental dan fisik yang luar biasa, Joan memimpin anak buahnya dalam kampanye angin puyuh yang mengangkat pengepungan dalam 9 hari, dan membuat Inggris melarikan diri.

Dengan melakukan itu, dia memenangkan kemenangan penting yang menggagalkan upaya Inggris untuk menaklukkan Perancis.

Setelah kemenangan di Orleans, perempuan berdaya itu meyakinkan Dauphin untuk menobatkan dirinya sebagai raja Perancis, yang dengan enggan dia lakukan.

Dia kemudian dikirim dalam berbagai ekspedisi militer, dan salah satunya pada 1430, dia terlempar dari kudanya dan ditangkap oleh orang Burgundi.

Para penculiknya menahannya selama beberapa bulan, saat bernegosiasi dengan Inggris, yang sangat ingin mendapatkan wanita yang telah menyebabkan begitu banyak masalah bagi mereka.

Akhirnya, Joan dijual ke Inggris, dan meskipun dia telah menyelamatkan negaranya, dia ditinggalkan oleh rekan senegaranya untuk mengurus dirinya sendiri.

Inggris dan sejumlah pejabat Perancis menuduhnya melakukan sihir. Ia dikunci di sel yang gelap dan kotor untuk menunggu persidangannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com