Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lingkungan Miskin di Brasil Terancam Krisis Kelaparan di Tengah Pandemi Covid-19

Kompas.com - 13/04/2021, 15:27 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Al Jazeera

SAO PAULO, KOMPAS.com - Di dalam gubuk kayu seorang wanita memasukkan bumbu rasa daging asap ke dalam panci nasi yang ia masak. Hanya itu yang mampu ia beli.

Oleh wanita yang bernama Ana Maria Nogueira, nasi itu dimakan bersama Eraldo, suaminya yang disable, di rumah mereka yang memprihatinkan di Jardim Keralux, lingkungan miskin di timur Sao Paulo.

Ana menghadapi kesulitan ekonomi di tengah pandemi Covid-19 yang membuatnya berada dalam krisis kelaparan.

Baca juga: Brasil Bangun Patung Kristus Raksasa Baru, Lebih Tinggi dari Patung Rio de Janeiro

Melansir Al Jazeera pada Minggu (11/4/2021), virus corona telah banyak menginfeksi wilayah tempat tinggal Ana, dengan menewaskan lebih dari 351.000 orang.

Namun, dibanding serangan virus corona, Ana lebih mengkhawatirkan krisis makanan. Ketersediaan makanan yang mampu ia beli dan konsumsi bersama suaminya, dirasa semakin terbatas.

"Tahun ini, kami akan kelaparan," kata Anna (56 tahun) kepada Al Jazeera.

Krisis Covid-19 memburuk dari minggu ke minggu di Brasil. Angka kematian tinggi, rumah sakit penuh, dan meningkatnya beban kasus, hingga terancam terjadi krisis kelaparan dan kerawanan pangan.

Ana dan Eraldo adalah dua dari 19 juta orang Brasil yang mengalami krisis kelaparan selama pandemi Covid-19 menurut sebuah studi baru.

Baca juga: Pasien ICU Covid-19 di Brasil Kini Didominasi Usia 40 ke Bawah

Sementara hampir 117 juta, lebih dari setengah populasi, hidup dengan tingkat kerawanan pangan tertentu.

Para ahli menunjukkan tingginya pengangguran yang diperburuk oleh virus corona. Terjadi pemotongan dan pengurangan program sosial dan kenaikan harga yang tajam pada bahan makanan pokok sebagai beberapa alasan di balik masalah tersebut.

"Ini tragedi yang dapat bener-benar diperkirakan," ujar Renato Maluf.

Presiden Jaringan Riset Keamanan Kedaulatan dan Gizi Pangan Brasil (Jaringan PENSSAN) yang mengoordinasikan penelitian, yang dilakukan pada Desember ketika warga Brasil masih menerima pembayaran tunai darurat virus corona dari pemerintah.

"Tentu saja keadaan menjadi lebih buruk sejak saat itu,” kata Maluf.

Baca juga: Minta Diprioritaskan Vaksinasi Covid-19, PSK di Brasil Berdemo

Kenaikan harga

Brasil adalah pengekspor makanan utara dan Sao Paulo adalah kota terkaya di Amerika Selatan.

Namun, bagi warga yang tinggal di lingkungan miskin di Brasil, seperti Jardim Keralux, makan makanan bergizi 3 kali sehari semakin menjadi kemewahan yang tak terjangkau.

Situasinya bahkan lebih buruk lagi di daerah pedesaan. “Orang miskin di kota bisa keluar di jalan dan meminta makanan, orang miskin di pedesaan tidak bisa,” kata Maluf.

Ana mengumpulkan dan menjual barang-barang yang dapat didaur ulang 3 kali seminggu, jika beruntung dia dapat menghasilkan 3,5 dollar AS sehari (Rp 51.190).

Baca juga: Brasil Catat Lebih dari 4.000 Kematian dalam 24 Jam untuk Pertama Kalinya

Sementara itu, beras seberat 5 kg yang saat ini ia makan untuk dirinya dan suaminya adalah sumbangan dari gereja Katolik setempat, yang harganya 4,4 dollar AS (Rp 64.353) di supermarket setempat.

Harga pangan pokok telah meroket selama pandemi Covid-19, yang berdampak tidak proporsional pada warga yang lebih miskin.

Menurut Institut Geografi dan Statistik Brasil, dalam satu tahun, harga satu kilogram beras melonjak hampir 70 persen.

Lalu, kacang hitam, kentang, daging merah, susu, dan minyak kedelai naik 51, 47, 30, 20 dan 87 persen.

Harga botol gas untuk memasak yang biasa digunakan di Brasil naik 20 persen dalam satu tahun terakhir, menurut lembaga itu juga.

Edilson Lino Bastos, wakil presiden Keralux Institute, asosiasi lingkungan miskin setempat, mengatakan dia dibanjiri permintaan bantuan makanan.

“Permintaan selalu meningkat dan tidak pernah cukup,” katanya.

Baca juga: Tertekan Pandemi, Presiden Brasil Pecat Tiga Komandan Militer Sekaligus Setelah Memecat Menteri Pertahanan

Bastos mengatakan kepada Al Jazeera bahwa asosiasi tersebut menerima 1.000 paket makanan dari salah satu perusahaan asuransi terbesar Brasil pada awal pandemi Covid-19. Sekarang, sumbangan itu sudah tidak ada.

“Orang Brasil yang lebih miskin mengandalkan solidaritas serta bantuan dari teman dan keluarga,” kata Marcelo Neri, ekonom di Getulio Vargas Foundation Brasil.

“Masalahnya sekarang orang lelah...Sumber daya hampir habis,”

Alexandre Padilha, seorang anggota kongres dari Partai Buruh sayap kiri dan mantan menteri kesehatan, mengatakan meningkatnya krisis kelaparan dan kerawanan pangan akan berperangaruh pada kerentanan orang terinfeksi Covid-19.

Orang yang kekurangan makanan membuat sistem kekebalan mereka melemah, kata Padilha.

"Ini kombinasi tragis yang memperkuat tragedi kemanusiaan terburuk dalam sejarah Brasil," katanya kepada Al Jazeera.

“Ini membahayakan generasi masa depan untuk negara kita," tegasnya.

Baca juga: Brasil Catat Kasus Kematian Harian Covid-19 Tertinggi di Dunia, Berpotensi Makin Parah

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Al Jazeera
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com