"Ini tragedi yang dapat bener-benar diperkirakan," ujar Renato Maluf.
Presiden Jaringan Riset Keamanan Kedaulatan dan Gizi Pangan Brasil (Jaringan PENSSAN) yang mengoordinasikan penelitian, yang dilakukan pada Desember ketika warga Brasil masih menerima pembayaran tunai darurat virus corona dari pemerintah.
"Tentu saja keadaan menjadi lebih buruk sejak saat itu,” kata Maluf.
Baca juga: Minta Diprioritaskan Vaksinasi Covid-19, PSK di Brasil Berdemo
Brasil adalah pengekspor makanan utara dan Sao Paulo adalah kota terkaya di Amerika Selatan.
Namun, bagi warga yang tinggal di lingkungan miskin di Brasil, seperti Jardim Keralux, makan makanan bergizi 3 kali sehari semakin menjadi kemewahan yang tak terjangkau.
Situasinya bahkan lebih buruk lagi di daerah pedesaan. “Orang miskin di kota bisa keluar di jalan dan meminta makanan, orang miskin di pedesaan tidak bisa,” kata Maluf.
Ana mengumpulkan dan menjual barang-barang yang dapat didaur ulang 3 kali seminggu, jika beruntung dia dapat menghasilkan 3,5 dollar AS sehari (Rp 51.190).
Baca juga: Brasil Catat Lebih dari 4.000 Kematian dalam 24 Jam untuk Pertama Kalinya
Sementara itu, beras seberat 5 kg yang saat ini ia makan untuk dirinya dan suaminya adalah sumbangan dari gereja Katolik setempat, yang harganya 4,4 dollar AS (Rp 64.353) di supermarket setempat.
Harga pangan pokok telah meroket selama pandemi Covid-19, yang berdampak tidak proporsional pada warga yang lebih miskin.
Menurut Institut Geografi dan Statistik Brasil, dalam satu tahun, harga satu kilogram beras melonjak hampir 70 persen.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.