Setelah itu, Sein Lwin ditunjuk sebagai penerus Ne Win pada 29 Juli 1988. Kemarahan massa yang meluas atas pengangkatan Sein Lwin justru semakin memicu aksi demonstrasi besar-besaran.
Pada 6 Agustus 1988, BBC Burma menyiarkan pengumuman pemimpin mahasiswa Htay Kywe yang menyebut bahwa demonstrasi skala besar akan berlangsung dua hari mendatang, tepatnya pada 8 Agustus 1988.
Baca juga: [Cerita Dunia] Tahun-tahun Menjelang Kematian Putri Diana
Sesuai rencana, demonstrasi skala besar dimulai pada 8 Agustus 1988. Aksi demonstrasi rupanya tak hanya terjadi di Yangon, tapi juga di seluruh negeri.
Ratusan ribu biksu, anak-anak, mahasiswa, ibu rumah tangga, dokter, dan orang awam bahkan turun ke jalan menentang pemerintah.
Aksi tersebut rupanya dibalas dengan kekerasan oleh tentara Myanmar. Para tentara melepaskan tembakan, menewaskan seorang siswa bernama Thein Kyaw Toe.
Thein ditembak kala membawa bendera Persatuan Pelajar Seluruh Burma, sebuah kelompok persatuan pelajar dan menyuarakan kebebasan akademis.
Di seluruh negeri, militer dengan kasar membubarkan para pengunjuk rasa. Aksi demonstrasi rupanya tak hanya berlangsung selama satu hari, tapi hingga berhari-hari.
Baca juga: [Cerita Dunia] Kamagasaki, Kota Kumuh di Jepang yang Dihapus dari Peta
Pada September, pemerintahan militer dibentuk kembali sebagai junta yang dikenal sebagai Dewan Pemulihan Hukum dan Ketertiban Negara (SLORC).
Junta militer kala itu dipimpin oleh orang kuat Than Shwe, yang menjerumuskan Myanmar kembali ke dalam jurang kerahasiaan dan teror.
Perkiraan jumlah korban tewas selama aksi demonstrasi berskala besar tersebut berkisar 3.000-10.000 orang.
Meski demikian, pihak berwenang Myanmar mengeklaim hanya 350 yang tewas.
Demonstrasi tersebut juga membidani kelahiran Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi.
Baca juga: [Cerita Dunia]: Bos dari Segala Bos, Miguel Angel Felix Gallardo, “Arsitek” Perang Narkoba
Suu Kyi berpidato di hadapan setengah juta pengunjuk rasa di Pagoda Shwedagon pada akhir Agustus 1988 sebagaimana dilansir Time.
“Keinginan dan aspirasi seluruh bangsa sangat jelas. Tidak ada keraguan bahwa setiap orang menginginkan sistem pemerintahan demokratis multi partai. Adalah tugas pemerintah sekarang untuk mewujudkan sistem seperti itu secepat mungkin,” ujar Suu Kyi kala itu.
Baca juga: [Cerita Dunia] Banjir Sungai Yangtze Tewaskan 3,7 Juta Orang, Terparah di Dunia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.