Dia mengabdikan waktu yang signifikan untuk mempelajari sains dan astronomi dan juga toleran terhadap berbagai agama.
Baca juga: Sosok Pangeran Hamzah, Anak Kesayangan Raja yang Dituduh Bikin Kacau Jordania
Kaisar Romawi Elagabalus naik takhta pada usia 15 tahun, pada 218 M setelah ibu dan neneknya memicu pemberontakan.
Penguasa muda ini menimbulkan banyak kontroversi selama menjabat, yang terbesar adalah soal kebijakannya yang mengizinkan aktivitas ke arah transgender dan prostitusi.
Ia yang dipandang sebagai penguasa yang korup, juga mendapat cemoohan dari kelas politik Roma karena mengizinkan ibunya memasuki aula senat khusus laki-laki.
Tidak berhenti di situ, ia membuat skandal luar biasa dengan menikahi perawan vestal, kelas pendeta wanita yang seharusnya tetap suci.
Alasannya adalah untuk menghasilkan keturunan seperti dewa.
Perilakunya yang tidak senonoh akhirnya membawanya pada kematian, ia dibunuh dan posisinya digantikan oleh sepupunya, Alexander Severus.
Menurut cerita, ia dikenang sebagai salah satu pemimpin Roma yang paling buruk.
Tutankhamen adalah seorang firaun Mesir yang diperkirakan telah memerintah selama 10 tahun pada abad ke-14 SM.
"Raja Tut" mewarisi takhta pada usia sekitar 9 atau 10 tahun dan awalnya memerintah Mesir di bawah arahan penasihat karena usianya yang masih muda.
Masa pemerintahannya bukanlah waktu yang signifikan dalam sejarah Mesir, tapi Tutankhamen melakukan beberapa perubahan sosial yang besar.
Salah satunya adalah adalah membalikan reformasi yang tidak populer dari ayahnya, Akhenaten.
Ia menolak keputusan Akhenaten bahwa dewa matahari Aten adalah satu-satunya dewa. Tutankhamen kemudian mengembalikan dewa Amun.
Ia juga mengembalikan Thebes sebagai ibu kota Mesir.
Raja Tut meninggal secara misterius sekitar usia 19 tahun
Baca juga: Seorang Pangeran Tuduh Raja Jordania Korupsi, Ini Tanggapan Militer