Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inspirasi Energi: Menanti Hidrogen sebagai Sumber Energi di Masa Depan

Kompas.com - 05/04/2021, 13:20 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber AFP

KOMPAS.com – Ketika dunia gegap gempita menyambut kendaraan listrik, khususnya mobil lsitri, ada salah satu sumber energi yang membayangi dan bisa saja menyalip di masa depan.

Sumber energi tersebut adalah hidrogen. Melansir AFP, hidrogen di masa depan bisa menjadi bahan bakar untuk kereta api, pesawat terbang, mobil, truk, atau bahkan untuk pabrik.

Pemanfaatan hidrogen sebagai bahan bakar dinilai ramah lingkungan karena sangat rendah emisi. Melansir AFP, berikut kegunaan hidrogen di masa depan.

Baca juga: Inspirasi Energi: Manfaat Terusan Suez Bagi Perdagangan Minyak Dunia

Mobil dan truk

Mobil listrik fuel cell hidrogen sudah ada di jalan. Pada akhir 2014, Toyota meluncurkan sedan Mirai, kendaraan listrik fuel cell hidrogen yang diproduksi secara massal pertama di dunia.

Pabrikan asal Korea Selatan, Hyundai, tak mau kalah dan meluncurkan SUV Nexo pada 2018.

Kendala utama dari mobil listrik fuel cell hidrogen adalah harganya yang tinggi. Di pasar Amerika Serikat (AS), Mirai misalnya, dibanderol dengan harga 50.000 dollar AS (Rp 726 juta).

Kendala lainnya adalah kurangnya stasiun pengisian ulang hidrogren. Untuk membuatnya pun, diperlukan modal yang besar.

Namun di satu sisi, beberapa produsen mobil dan produsen alat telah mengumumkan rencana berupa investasi berskala besar untuk mengembangkan kendaraan ini.

Baca juga: Inspirasi Energi: Cara Kerja Panel Surya dan Komponen PLTS

Salah satu segmen yang kemungkinan bisa dikembangkan adalah segmen kendaraan niaga untuk transportasi barang, yakni truk.

Di segmen ini, hidrogen dapat menggantikan mesin diesel berbahan bakar solar. Kecepatan pengisian bahan bakar merupakan salah satu kelebihan dari truk dengan hidrogen.

Hyundai telah meluncurkan prototipe truk dengan hidrogen. GM, Traton (Volkswagen), dan Toyota mempercepat pengembangan model mereka sendiri.

Perusahaan otomotif rintisan di AS, Nikola, membuat gebrakan berumur pendek dengan janjinya akan truk berbahan bakar hidrogen sebelum mengakui bahwa jalannya masih panjang.

Beberapa perusahaan mengusulkan bus yang menggunakan fuel cell hidrogen, tetapi sektor ini masih dalam tahap percobaan.

Baca juga: Inspirasi Energi: Gas Alam Jadi Sumber Energi Primer pada 2050, Salip Minyak dan Batubara

Prototipe kereta api

Kereta berbahan bakar hidrogen dianggap sebagai alternatif yang baik untuk kereta berbahan bakar diesel dan tidak dapat beroperasi dengan listrik.

Namun, segmen ini membutuhkan jaringan pengisian bahan bakar khusus.

Perusahaan asal Perancis, Alstom, telah menguji kereta semacam itu di Jerman sejak akhir 2018, dan kini mengaku siap untuk membangun sarana perkeretaapian.

Perusahaan perkeretaapiaan Perancis, yakni SNCF, dan empat wilayah Perancis diharapkan menandatangani kontrak untuk kereta semacam ini.

Kontrak tersebut bertujuan untuk meletakkan prototipe di rel pada 2023, diikuti oleh program percontohan pada 2024 hingga 2025.

Baca juga: Inspirasi Energi: Bagaimana Cara Kerja Turbin Angin? Ini Penjelasannya

Pesawat terbang

Sektor transportasi udara melirik hidrogen guna untuk memangkas tingkat emisi polusi yang diproduksi hingga separuhnya pada 2050.

Ada dua opsi pengembangan hidrogen untuk pesawat. Opsi pertama adalah menggunakan hidrogen langsung sebagai bahan bakar untuk mesin jet.

Opsi ini cukup simpel karena mengatasi hambatan teknis yang serius dan tidak terlalu banyak memodifikasi desain pesawat.

Namun, opsi ini menghadapi kedala pada masalah penyimpanan bahan bakar. Pada suhu -253 derajat Celsius, hidrogen memakan ruang empat kali lebih banyak daripada bahan bakar minyak.

Opsi kedua adalah menggabungkan hidrogen dengan karbon dioksida untuk menghasilkan bahan bakar sintetis.

Baca juga: Inspirasi Energi: PLTB Lepas Pantai Bakal Serap Tenaga Kerja 3 Kali Lipat pada 2030

Bahan bakar sintetis ini dapat digunakan sendiri atau dicampur bahan bakar minyak tanpa modifikasi mesin besar-besaran.

Pabrikan pesawat asal Eropa, Airbus, telah menjadikan pesawat berbahan bakar hidrogen sebagai prioritas strategis mereka.

Perusahaan ini menargetkan tahun 2035 sebagai tahun untuk setidaknya satu dari tiga konsepnya mulai membuahkan hasil.

Kelompok riset kedirgantaraan Jerman DLR dan Boeing tertarik dengan konsep bahan bakar hibrida.

Baca juga: Inspirasi Energi: Apa Itu Kilang Minyak? Ini Penjelasannya

Industri berat

Industri berat juga memiliki target iklim yang harus dipenuhi pada 2050. Dan hidrogen tampaknya memiliki keunggulan di industri semen, kimia, dan baja.

Menurut prospek Ekonomi Hidrogen yang diterbitkan oleh BloombergNEF, “hidrogen hijau” yang diproduksi dari air dan listrik berkelanjutan dapat berharga antara 0,80 dollar AS hingga 1,60 dollar AS per kilo pada 2050.

Dengan semakin murahnya harga “hidrogen hijau”, akan membuatnya kompetitif dengan gas alam di sebagian besar negara.

Hidrogen sudah banyak digunakan dalam proses pembuatan pupuk.

Perusahaan asal Perancis, Air Liquide, memperkirakan bahwa antara 2030 hingga 2040, lebih dari setengah penjualan hidrogennya akan disalurkan ke sektor industri.

Baca juga: Inspirasi Energi: Listrik dari PLTU Batubara Terseok Selama Pandemi, Emisi Gas Rumah Kaca Menurun

Sedangkan 40 persen di antaranya akan disalurkan untuk transportasi dan 10 persen digunakan untuk beragam aktivitas.

Perusahaan raksasa yang memproduksi baja, ArcelorMittal, bertujuan untuk mengurangi emisi global hingga 30 persen dalam waktu kurang dari 10 tahun.

ArcelorMittal telah meluncurkan proyek dengan Air Liquide di sebuah pabrik di Dunkirk, Perancis, yang sudah menjadi pemimpin eksperimental di Eropa.

Di La Mede, Perancis, perusahaan energi Total dan Engie mengerjakan kilang bio bertenaga surya yang diproyeksikan menghasilkan lima ton “hidrogen hijau” dalam sehari

Air Liquide memiliki proyek energi lain yang sedang dikembangkan di Normandia dan Kanada.

Baca juga: Inspirasi Energi: Perusahaan Migas Eropa Ramai-ramai Investasi Energi Terbarukan, Ini Daftarnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Genosida Armenia, Apa Itu?

Genosida Armenia, Apa Itu?

Internasional
Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Internasional
Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Internasional
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Internasional
Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Internasional
Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Internasional
Apa Status Palestina di PBB?

Apa Status Palestina di PBB?

Internasional
Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Internasional
Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Internasional
Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Internasional
Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Internasional
Mengapa Banyak Sekali Tentara Rusia Tewas di Ukraina?

Mengapa Banyak Sekali Tentara Rusia Tewas di Ukraina?

Internasional
Kecerdikan dan Kegigihan Hamas dalam Memperoleh Senjata

Kecerdikan dan Kegigihan Hamas dalam Memperoleh Senjata

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com