Buang Air Besar sembarangan merupakan penanda kemiskinan yang ekstrim.
Pada 2000, hampir 80 persen orang Ethiopia menggunakan kamar kecil di luar dan di tempat terbuka.
Lima belas tahun kemudian, angka itu turun menjadi 22,35 persen.
Untuk mencapai hal itu, kebanyakan orang membangun apa yang disebut “jamban,” struktur seperti kakus dengan dinding, atap, dan pintu untuk mencegah lalat.
Ini adalah solusi sederhana untuk masalah besar, dan struktur ini membantu mencegah penyebaran penyakit.
Sejak dahulu, mencuci tangan menjadi sangat penting dalam mencegah penyebaran penyakit,
Program Pemantauan Bersama (JMP) menganggap akses kebersihan "dasar" sebagai "ketersediaan fasilitas cuci tangan di lokasi dengan sabun dan air."
Di Ethiopia, 40,55 persen rumah tangga sama sekali tidak memiliki fasilitas cuci tangan.
Sebagian besar masyarakat, 51,49 persen memiliki fasilitas cuci tangan, tetapi tidak memiliki sumber air atau sabun yang dapat diandalkan.
Sisanya 7,96 persen, memiliki akses “dasar”, yang berarti mereka memiliki akses ke fasilitas seperti wastafel dengan sabun dan air bersih.
Hal ini membuat pemeliharaan kebersihan dan sanitasi yang sehat menjadi sangat sulit bagi kebanyakan komunitas di Ethiopia.
Dengan bangunan sederhana buatan rumah yang disebut "keran bergeser", lebih banyak orang Etiopia mendapatkan akses untuk mencuci tangan.
Baca juga: [CERITA DUNIA] Perjalanan Jack Ma, Pria Miskin Temukan Alibaba hingga Jadi Orang Terkaya
Tingkat kesuburan rata-rata anak perempuan menurun dan itu terhubung langsung ke pertumbuhan ekonomi.
Pada 2000, jumlah rata-rata anak dari setiap wanita di Etiopia adalah antara 6-7. Pada 2017, menjadi 4 anak dari setiap wanita menikah.
Sehingga, beban biaya hidup berkurang dan anak-anak dapat menerima pendidikan serta perawatan medis yang lebih baik.